Angkat Besi Diisukan Absen di Olimpiade, Pemerintah Bersiap Lakukan Diplomasi
Pemerintah Indonesia meminta PABSI dan KOI bekerja sama untuk berdiplomasi agar angkat besi tetap dilombakan di Olimpiade. Upaya ini untuk melindungi kepentingan Indonesia.
Oleh
I Gusti Agung Bagus Angga Putra
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah, Komite Olimpiade Indonesia (KOI), dan Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI), merespons isu dicoretnya cabang olahraga angkat besi di Olimpiade Los Angeles 2028. Mereka bersiap melakukan diplomasi dan lobi jika memang diperlukan untuk melindungi kepentingan Indonesia.
Selain angkat besi, cabang olahraga lain yang terancam dicoret dari Olimpiade adalah tinju dan pentatlon modern. Isu pencoretan ketiga cabang ini sudah berembus sejak beberapa waktu belakangan. Persoalan utama yang disebut membuat Komite Olimpiade Internasional (IOC) mempertimbangkan untuk mencoret ketiga cabang tersebut adalah masalah doping.
Indonesia merasa dirugikan jika angkat besi tidak lagi menjadi cabang olahraga yang dilombakan di Olimpiade. Sebab, angkat besi tidak pernah absen menyumbang medali untuk Indonesia sejak Olimpiade Sydney 2000. Angkat besi juga masuk menjadi salah satu dari 14 cabang olahraga unggulan Indonesia dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali mengatakan, Pemerintah Indonesia belum mendapatkan pemberitahuan resmi dari IOC terkait kebenaran atau kepastian isu tersebut. Meski demikian, pemerintah menyiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk.
”Belum ada kepastian. Kami semua berharap tidak ada perubahan (angkat besi tetap masuk di Olimpiade) karena Indonesia punya kepentingan terhadap ini. Maka itu, tadi di dalam rapat, kami bersepakat tidak membiarkan PABSI berjuang sendirian,” kata Zainudin dalam konferensi pers, Senin (13/12/2021), di Jakarta.
Zainudin telah meminta PABSI bekerja sama dengan KOI untuk melakukan pendekatan pada Federasi Angkat Besi Internasional (IWF) ataupun ke IOC mengenai isu tersebut. Adapun peran pemerintah sebatas mendukung dan memfasilitasi hingga di area-area tertentu agar tidak dinilai melakukan intervensi terlalu jauh.
Di dalam rapat, kami bersepakat tidak membiarkan PABSI berjuang sendirian. (Zainudin Amali)
Ketua Umum KOI Raja Sapta Oktohari menyanggupi permintaan Zainudin dan bersedia membantu PABSI untuk menjalin komunikasi dengan IWF ataupun IOC. Menurut Okto, sapaan akrab Raja Sapta, Indonesia tidak akan berpangku tangan menunggu kepastian, tetapi ikut aktif mengambil peran untuk berdiplomasi. KOI, kata Okto, segera membangun komunikasi dengan semua kanal yang memungkinkan agar bisa menyuarakan kepentingan Indonesia.
Komunikasi paling utama akan dilakukan dengan IWF. Okto menyebut KOI memiliki hubungan yang baik dengan IWF. KOI akan menanyakan upaya apa yang bisa dilakukan untuk membantu diplomasi agar angkat besi tidak dicoret dari Olimpiade.
”Kami akan bekerja sama dengan PABSI untuk segera membuka kanal-kanal diplomasi, baik di Asia Weightlifting Federation maupun IWF. Tentunya yang bergerak di depan adalah PABSI,” ujarnya.
Wakil Ketua Umum PB PABSI Djoko Pramono mengaku sudah mendengar kabar angkat besi bersama dua cabang lain hendak diganti dengan tiga cabang baru di Olimpiade 2028. Tiga cabang olahraga baru yang dimaksud adalah selancar, panjat tebing, dan skateboard.
Djoko menyebut belum ada keputusan yang diambil IOC. Para petinggi IOC saat ini masih mempertimbangkan usulan itu dan melihat perkembangannya. PABSI menyambut baik uluran bantuan dari KOI dan Pemerintah Indonesia untuk sama-sama berjuang meminta IOC mempertimbangkan kembali wacana pencoretan angkat besi dari Olimpiade.
”Ini belum diketuk palu, tapi harus diwaspadai agar tidak terjadi,” katanya.