Sumut Jadi Pusat Pembibitan Atlet, Edy Sebut Olahraga Nasional Tertinggal
Menpora Zainudin Amali meminta Sumatera Utara menjadi pusat pembibitan atlet nasional. Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengingatkan olahraga nasional Indonesia sangat jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain.
Oleh
NIKSON SINAGA
·2 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali meminta Sumatera Utara menjadi pusat pembibitan atlet nasional. Sumut punya histori menghasilkan atlet dunia di beberapa cabang olahraga. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan juga diminta menyiapkan atlet.
Sementara itu, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengingatkan olahraga nasional sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain, termasuk dibandingkan negara tetangga.
”Kita harus meninjau total olahraga nasional. Pembangunan olahraga ke depan akan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional,” kata Zainudin saat sosialisasi aturan tersebut di Medan, Sabtu (4/12/2021).
Zainudin mengatakan, Sumut menjadi lokasi ketujuh dalam kegiatan sosialisasi tersebut. Dipilihnya Sumut karena punya potensi yang besar dalam membina olahraga nasional.
Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) diharapkan menjadi pedoman bagi pemerintah pusat, daerah, induk organisasi cabang olahraga, hingga industri olahraga. DBON adalah desain jangka menengah hingga panjang dari 2021 hingga 2045.
Desain itu antara lain menargetkan Indonesia bisa masuk 30 besar dalam Olimpiade 2024 dan 20 besar pada 2028. DBON juga memasang target optimistis agar Indonesia masuk 5 besar pada Olimpiade 2044. Zainal pun mengingatkan, pendanaan DBON tidak hanya dari APBN, tetapi juga dari APBD.
Pendanaan DBON tidak hanya dari APBN, tetapi juga dari APBD.
Edy mengingatkan, capaian olahraga Indonesia masih sangat tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Ia pun meminta agar DBON diterjemahkan dengan lebih detail. ”Harus ada dibuat apa yang harus dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi, hingga kabupaten,” kata Edy.
Edy pun mencontohkan ketertinggalan sepak bola nasional dibandingkan dengan negara lain. Indonesia, misalnya, hanya punya sekitar 67.000 pemain sepak bola profesional atau hanya 0,026 persen dari populasi 270 juta jiwa. ”Sementara Singapura sendiri punya 190.000 pemain atau 4,49 persen dari hanya 4,5 juta jiwa penduduknya,” katanya.
”Pelatih sepak bola di Indonesia yang berlisensi Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) hanya 197 pelatih. Malaysia sendiri punya 1.810 pelatih. Itu sebabnya pelatih diperebutkan di Indonesia,” kata Edy yang juga mantan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) itu.
Edy juga mengingatkan minimnya jumlah wasit dan stadion sepak bola yang berstandar FIFA di Indonesia. Di Sumut, kata Edy, Stadion Teladan Medan belum memenuhi standar Liga 1. ”Wasit berlisensi FIFA hanya ada lima di Indonesia. Satu di antaranya sedang sakit. Begitulah kondisi olahraga kita saat ini,” katanya.
Rektor Universitas Negeri Medan Syamsul Gultom mengatakan, pihaknya akan menjadi bagian dari pembentukan bibit atlet nasional dari daerah. Kampus itu mempunyai fasilitas olahraga, seperti kolam renang, stadion sepak bola, lintasan lari, lapangan voli, dan basket.