Kediri Dholo KOM Challenge Ingin Kenalkan Keindahan Jawa Timur
Seiring situasi pandemi Covid-19 yang melandai termasuk di Jawa Timur, diadakan balap sepeda KAI Kediri Dholo KOM Challenge yang diikuti secara terbatas, yakni 250 orang dari Nusantara untuk turut mengenalkan pariwisata.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebanyak 250 peserta dari Nusantara siap mengikuti kegiatan bersepeda KAI Kediri Dholo KOM Challenge pada 4-5 Desember 2021. Lomba sejauh 230 kilometer dari Surabaya sampai Kediri itu juga ingin mengenalkan potensi pariwisata Jawa Timur kepada komunitas pesepeda Nusantara.
Demikian diutarakan oleh Founder Mainsepeda.com Azrul Ananda selaku penggagas dan penginisiasi kegiatan dalam jumpa pers di Surabaya, Jumat (3/12/2021) petang. Lomba diikuti oleh 250 peserta yang ternyata mayoritas berasal dari luar Jatim.
Kegiatan ini pada awalnya akan dilaksanakan pada Juli lalu tetapi ditunda karena ledakan kasus Covid-19. Kegiatan kembali ditunda saat akan dilaksanakan pada Oktober juga karena situasi pandemi.
Setelah dua kali penundaan, kata Azrul, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jatim melihat situasi pandemi melandai. Kediri Dholo KOM Challenge bisa diadakan tetapi dengan penerapan protokol kesehatan, yakni pembatasan jumlah peserta maksimal 250 orang. Kegiatan serupa Bromo KOM Challenge pada 14 Maret 2020 diikuti 1.448 peserta sebelum serangan Covid-19 masuk Jatim dan diberlakukan pembatasan sosial berskala besar.
Azrul, mantan Pemimpin Redaksi Jawa Pos itu, mengatakan, lomba diikuti pesepeda dengan usia minimal 16 tahun. Peserta tertua dari Surabaya berusia 72 tahun. Lomba akan dimulai dari Novotel Samator East Surabaya Hotel menyusuri rute sepanjang 183,5 kilometer.
Rute melewati Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, dan menanjak ke Museum Gunung Kelud untuk berakhir di Kota Kediri. Rute berkarakter datar tetapi panjang sehingga menuntut ketahanan fisik peserta.
Keterkenalan suatu daerah salah satunya karena kegiatan bersepeda. (Azrul Ananda)
Hari kedua peserta menempuh rute 48 kilometer menuju Air Terjun Dholo. ”Rute 18 kilometer menanjak yang sebagian curam sehingga bisa membuat peserta terpaksa menuntun sepeda,” kata Azrul. Selain kekuatan fisik, kondisi rute yang menanjak curam menuntut kecerdikan peserta agar tidak tumbang alias berhasil menuntaskan perjalanan.
Azrul mengatakan, Air Terjun Dholo merupakan obyek wisata yang menawan dan layak didatangi komunitas pesepeda. Untuk itu, Kediri Dholo KOM Challenge bertujuan mengenalkan keindahan Jatim kepada peserta. ”Keterkenalan suatu daerah salah satunya karena kegiatan bersepeda,” ujarnya.
Executive Vice President (Kepala) Daerah Operasi 8 Surabaya PT Kereta Api Indonesia (Persero) Heri Siswanto mengatakan, KAI bersedia menjadi salah satu pendukung kegiatan untuk memperkuat citra sebagai perusahaan transportasi nasional yang ramah bagi pesepeda.
KAI termasuk di Daop 8 Surabaya dengan kewenangan pengelolaan jaringan rel di Malang-Blitar-Kediri-Tulungagung terus berusaha menjadi angkutan massal yang ramah bagi pesepeda. Salah satu kebijakan yang dipertahankan ialah membolehkan penumpang membawa sepeda lipat dengan diameter maksimal roda 22 inci masuk ke kabin. Sepeda berdimensi lebih besar juga bisa diangkut tetapi di gerbong barang.
”Semoga setelah pandemi melandai, semakin banyak pesepeda yang berkegiatan di luar daerah dengan menumpang kereta api karena kebijakan layanan kami itu,” kata Heri.