Memiliki barisan penyerang terbaik dunia, seperti Lionel Messi dan Neymar, bukan jaminan Paris Saint-Germain bisa tampil perkasa di Liga Champions. Mereka justru tidak pernah bisa menang di laga tandang pada musim ini.
Oleh
Muhammad Ikhsan Mahar
·4 menit baca
MANCHESTER, KAMIS — Paris Saint-Germain gagal menunjukkan performa yang sebanding kualitas dan nama-nama besar para pemainnya ketika menghadapi Manchester City pada lanjutan penyisihan Grup A Liga Champions Eropa di Stadion Etihad, Inggris, Kamis (25/11/2021) dini hari WIB. ”Les Parisiens” tampil sangat pasif, defensif, dan cenderung menggantungkan gol pada kemampuan individu trisula penyerangnya.
Laga City versus PSG adalah duel dua tim bergelimang harta yang seharusnya menampilkan permainan menarik dan kaya gol. Merujuk data Transfermarkt, City merupakan tim dengan nilai jual pemain tertinggi di Liga Champions musim ini, yaitu 1,08 miliar euro atau Rp 18,73 triliun. PSG berada di peringkat kedua dengan nilai 990,2 juta euro (Rp 17,21 triliun).
Namun, laga itu terlihat berat sebelah. City, yang menang 2-1, unggul mutlak dalam berbagai aspek permainan. Mereka lebih mendominasi jalannya laga dan penguasaan bola, yaitu hingga 55 persen. ”The Citizens” juga menciptakan 16 peluang gol. Adapun PSG hanya membuat tujuh peluang pada laga itu.
Kesenjangan performa itu tidak lepas dari penampilan pasif PSG. Mereka lebih banyak menunggu tuan rumah melakukan serangan dan cenderung bertahan lebih dalam. Pemain PSG juga lebih ”malas” dibandingkan dengan skuad City.
Berdasarkan data statistik Opta, semua pemain PSG hanya berlari sejauh 105,4 kilometer. Angka itu terpaut 6,4 km dari total daya jelajah para pemain City yang menyentuh angka 111,7 km. Selain itu, para pemain PSG hanya melakukan 114 lari cepat, adapun City 167 kali sprint.
Permainan pasif itu berdampak pada minimnya ancaman atau serangan yang diciptakan PSG, khususnya lewat trisula penyerang, yakni Lionel Messi, Neymar Jr, dan Kylian Mbappe. Gol Mbappe pada menit ke-50 adalah satu-satunya ”buah” kolaborasi trisula penyerang tersebut pada laga itu. Selain minim peluang, untuk pertama kali pada musim ini, PSG juga gagal mendapatkan satu tendangan sudut pun.
Sikap ketiga pemain (Messi, Neymar, dan Mbappe) adalah masalah di dalam tubuh PSG.
Pelatih PSG Mauricio Pochettino mengakui City tampil jauh lebih baik dibandingkan dengan timnya. ”Babak pertama sangat sulit bagi kami. Akan tetapi, kami menemukan cara menciptakan kesempatan pada babak kedua,” ujarnya dikutip Bein Sports.
Presnel Kimpembe, bek tengah PSG, menambahkan, duel versus City memberikan banyak pelajaran bagi timnya. ”Kami akan menganalisis laga ini saat kembali ke Paris guna memperbaiki berbagai hal yang tidak berjalan baik,” katanya.
Menyusul hasil laga itu, PSG dipastikan hanya finis sebagai runner up Grup A, di bawah City. Selain gagal merebut posisi juara grup, PSG juga mencatatkan fakta yang janggal. Sebagai klub kaya dengan segudang pemain bintang, mereka belum sekali pun menang ketika bertandang di Liga Champions pada musim ini. Pada dua laga tandang lainnya, yaitu melawan Club Brugge dan RB Leipzig, PSG meraih hasil imbang.
Didier Domi, mantan pemain PSG, menyoroti sikap trisula penyerang PSG yang enggan melakukan tugas bertahan. Para penyerang berkelas dunia itu tidak pernah menyentuh kotak penalti timnya pada laga di Etihad. Hal itu kontras dengan City, dua penyerang sayapnya, Riyad Mahrez dan Raheem Sterling, tidak segan menutup pergerakan pemain lawan dan membantu pemain bertahan hingga ke kotak penalti sendiri.
”Sikap ketiga pemain (Messi, Neymar, dan Mbappe) adalah masalah di dalam tubuh PSG. Untuk mengimbangi tim dengan penguasaan bola seperti City, penyerang semestinya menjadi pemain paling pertama untuk merebut bola,” kata Domi.
Kontras dengan PSG yang masih kesulitan tampil kolektif, City memamerkan kekompakan para pemainnya yang menjadi bekal tampil superior atas PSG. Meskipun tidak dibela dua pemain kreatifnya, Kevin de Bruyne dan Phil Foden, variasi serangan City tetap sulit diredam ”Les Parisiens”. Bernardo Silva, yang bermain sebagai false nine, tampil menawan sebagai ”otak” serangan City pada laga itu.
Silva menjadi satu-satunya pemain yang mencatatkan 100 persen akurasi operan pada laga itu. Sebanyak 48 operannya pada laga itu tepat sasaran, salah satunya berujung gol kedua City yang dicetak Gabriel Jesus.
”Kami menyerang dengan sangat baik melalui ruang dan kualitas yang dibuat Silva. Ia menghadirkan tempo dan momen yang tepat guna mengkreasikan peluang bagus,” ucap Manajer Manchester City Pep Guardiola. (AFP)