PB PABSI Perlu Merawat Lifter-Lifter Muda Berbakat
Sejumlah bakat baru muncul dari Kejuaraan Nasional Angkat Besi Remaja dan Yunior 2021. PABSI perlu menjaga bakat itu agar tidak layu sebelum berkembang. Caranya antara lain menyediakan kejuaraan yang berkelanjutan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sejumlah bakat baru bermunculan di Kejuaraan Nasional Angkat Besi Remaja dan Yunior 2021 di Sentul, Bogor, Jawa Barat, pada 21-24 November 2021. Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) perlu memastikan lifter-lifter muda itu terus berkembang hingga ke jenjang berikutnya dan kelak bisa melanjutkan tongkat estafet sebagai andalan Indonesia di pentas internasional.
”Penampilan para lifter muda ini sebagian mengejutkan. Selain bisa memecahkan lima rekor nasional remaja maupun yunior, beberapa lifter bisa mengimbangi bahkan melampaui hasil para lifter pada Kejuaraan Dunia Remaja 2021 di Jeddah, Arab Saudi, 5-12 Oktober. Sekarang, lifter-lifter potensial itu harus terus dipantau agar terus berkembang ke level berikutnya. Jangan sampai mereka hanya bagus di level remaja atau yunior saja,” ujar Ketua Program Studi Kepelatihan Fisik Olahraga Universitas Pendidikan Indonesia Dikdik Zafar Sidik saat dihubungi Kamis (25/11/2021).
Menurut pemandu bakat PB PABSI dalam Kejuaraan Nasional Remaja dan Yunior 2021 itu, sebelum kejuaraan, semua pihak berharap para lifter muda bisa memecahkan rekornas. Ternyata, ada lima rekornas yang terpecahkan.
Empat rekornas dipecahkan di sektor putra. Lifter kelas 55 kilogram asal Lampung, Muhammad Husni, memecahkan rekornas remaja milik lifter Bengkulu, Muhammad Ramadhan, pada Kejurnas PPLP 2019 di Lampung, yakni clean and jerk dari 116 kg menjadi 126 kg dan total angkatan dari 212 kg menjadi 227 kg.
Husni pun memecahkan rekornas yunior milik lifter Lampung, Andrean Putra Albin, pada Kejuaraan Asia Yunior 2019 di Pyongyang, Korea Utara, yakni clean and jerk, dari 125 kg menjadi 126 kg dan total angkatan dari 223 kg menjadi 227 kg.
Satu rekornas lainnya dipecahkan di sektor putri. Lifter putri kelas 45 kg asal Lampung, Adelia Prasasti, memecahkan rekornas yunior milik lifter Kalimantan Selatan, Riska Nur Amanda, pada Pekan Olahraga Pelajar Nasional 2019 di Jakarta, yakni clean and jerk dari 85 kg menjadi 86 kg.
Setara lifter dunia
Tidak kalah menarik, menurut Dikdik, capaian sejumlah lifter muda itu bisa menyamai bahkan melampaui raihan lifter di Kejuaraan Dunia Remaja 2021. Husni misalnya. Angkatan snatch-nya seberat 101 kg bisa melampaui snatch lifter Arab Saudi, Ali Majed Kalitit, yang meraih perak dengan angkatan 100 kg.
Angkatan clean and jerk Husni, yaitu seberat 126 kg, melampaui angkatan lifter Meksiko, Adolfo Tun, yang merebut emas dengan 125 kg. Total angkatan Husni, yaitu 227 kg, melampaui capaian lifter Thailand, Patsaphong Thongsuk, yang mendapatkan emas dengan angkatan 223 kg.
Di putri, angkatan snatch lifter putri 49 kg Jawa Timur, Luluk Diana Tri, dengan 75 kg melampaui angkatan lifter putri Kolombia, Alvarez Lopez, yang meraih emas dengan 73 kg. Angkatan clean and jerk-nya dengan 88 kg menyamai clean and jerk Lopez yang merebut perunggu. Total angkatan Luluk seberat 163 kg melampaui total angkatan Lopez yang mendapatkan perunggu dengan 161 kg.
Berkat hasil itu, Husni dan Luluk dinobatkan sebagai lifter terbaik dalam kejurnas kali ini. Dikdik menerangkan, berbagai capaian atlet muda dalam kejurnas tahun ini, terutama yang memecahkan rekornas dan menyamai ataupun melampaui raihan lifter di Kejuaraan Dunia 2021, membuktikan para lifter muda itu memang berbakat.
Mereka bisa menjadi pelapis para seniornya di pelatnas saat ini, termasuk untuk Olimpiade Paris 2024 dan menjadi andalan Indonesia di Olimpiade Brisbane 2032 mendatang.
Betapa tidak, para lifter itu tidak pernah bertanding dalam dua tahun terakhir karena pandemi Covid-19. Namun, mereka ternyata bisa menjaga latihan dengan konsisten dan tetap menunjukkan semangat berkompetisi dengan baik. Hasilnya, mereka tak hanya meraih medali emas melainkan pula bisa melampaui rekornas ataupun capaian lifter dunia.
”Para lifter muda ini wajib dijaga. Secara psikologis, tanpa kejuaraan dua tahun, itu sangat tidak menguntungkan. Terlepas dari bagaimana cara mereka berlatih, mereka membuktikan bisa tetap mengeluarkan kemampuan terbaik. Itu artinya mereka ini punya potensi atau talenta. Benih atau bibit potensial ini mesti dijaga dengan baik hingga ke senior,” kata Dikdik.
Kejuaraan berkelanjutan
Dikdik menuturkan, para lifter muda itu tidak harus ditarik ke pelatnas dalam waktu dekat. Mereka boleh jadi tetap di daerah. Mungkin, dengan usia yang masih muda, mereka lebih nyaman berada di daerah. Kalau dipaksa ke pelatnas, tidak menutup kemungkinan mereka justru tidak nyaman. Perkembangannya pun bisa buruk.
”Lagi pula, dalam Desain Besar Olahraga Nasional atau Manajemen Talenta Nasional, pembinaan atlet memungkinkan dengan sistem desentralisasi. Di angkat besi, ini juga bukan hal baru. Sejak lama, mereka memiliki sekurang-kurangnya 10 kantong pembinaan di daerah seusai Asian Games Jakarta-Palembang 2018,” tuturnya.
Yang paling penting, tambah Dikdik, para lifter muda itu mendapatkan kesempatan ikut kejuaraan secara berkelanjutan di level nasional maupun internasional. Dengan kejuaraan kontinyu, mereka bisa terus mengasah mental dan mengevaluasi hasil latihannya.
”Para pelatih maupun pengurus PB PABSI wajib melakukan pengendalian atau pengawasan dari pusat dengan optimal. Program latihan lifter muda di daerah mesti sinergis dengan periodisasi di pelatnas. Capaian lifter muda jangan dinilai dari medali semata, melainkan peningkatan hasil angkatan,” ujarnya.
Dikdik menyampaikan, dengan pola pembinaan yang tetap, lifter muda itu diharapkan berkembang dengan baik dalam empat hingga delapan tahun ke depan. ”Mereka bisa menjadi pelapis para seniornya di pelatnas saat ini, termasuk untuk Olimpiade Paris 2024 dan menjadi andalan Indonesia di Olimpiade Brisbane 2032 mendatang,” katanya.
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB PABSI Hadi Wihardja mengutarakan, pihaknya bakal melakukan evaluasi, rapat, dan berkoordinasi dengan pengurus provinsi untuk membuka peluang merekrut lifter berbakat dari kejuaraan kali ini. Akan tetapi, kalau tidak memungkinkan, pembinaan mereka bisa tetap di daerah dengan dukungan seperti di pelatnas.
Dengan begitu, di mana pun latihan digelar, mereka bisa tetap mendapatkan kesempatan berkiprah di level internasional, termasuk ke SEA Games Vietnam 2021 di Mei 2022. ”Yang jelas, sekarang, kami masih memerlukan parameter latihan dan rekam jejak kepelatihan mereka sebelumnya. Lalu, kami perlu memperbanyak kompetisi untuk mereka di nasional maupun internasional. Itu semua untuk memastikan mereka bisa berkembang dengan baik dan benar sampai level selanjutnya (senior),” pungkas Hadi.