Junior Messias muncul dari antah-berantah, lalu menjadi pahlawan AC Milan di Liga Champions Eropa. Messias, yang pernah bekerja sebagai kurir, membuktikan tidak ada kata terlambat untuk bersinar.
Oleh
kelvin hianusa
·4 menit baca
Tiga menit menjelang bubarnya laga Atletico Madrid versus AC Milan, skor masih imbang tanpa gol. Tiba-tiba, bola meluncur dari langit menuju kotak penalti lewat umpan silang spekulasi gelandang Milan, Franck Kessie. Di antara kepungan dua pemain bertahan Atletico, sang debutan Milan di Liga Champions Eropa, Junior Messias, muncul. Ia lalu mendanduk bola dengan keras.
Gol pembuka keunggulan Milan pun tercipta. Messias langsung berlari ke sudut lapangan. Penyerang pengganti ini tidak percaya akan datang menjadi pahlawan kemenangan. Kedua telunjuknya mengarah ke arah langit sebagai penanda rasa syukur. Kemudian, dia telentang di rumput karena campuran rasa terlalu bahagia dan tidak percaya.
Markas Atletico, Stadion Wanda Metropolitano, Kamis (25/11/2021) dini hari WIB, menjadi saksi kisah dongeng Cinderella sang debutan Rossoneri”. Gol semata wayang Messias menjadi penentu kemenangan Milan atas tuan rumah Atletico, 1-0. Berkat gol itu pula, Milan tidak jadi angkat koper lebih cepat dari Liga Champions musim ini.
”Saya sangat bahagia dengan penampilan ini dan kemenangan tim. Kami masih tetap hidup di kompetisi ini. Semua yang saya lakukan tadi hanyalah insting. Saya hanya melangkah untuk mengejar bola yang datang. Ketika tenang, Anda akan melakukan hal hebat,” kata Messias yang baru bermain total 74 menit di semua kompetisi selama musim ini.
Kurir barang
Bagi pemain 30 tahun itu, penampilan heroiknya di Madrid itu lebih seperti mimpi ketimbang kenyataan. Pada usia 23 tahun, dia hanyalah seorang imigran asal Brasil yang bekerja sebagai kurir barang elektronik di Italia. Sepak bola hanya sekadar hobi saat itu. Dia harus bekerja keras demi menghidupi istri dan anaknya.
Namun, roda nasib membawa pemain pinjaman dari Crotone ini berlabuh ke Milan pada musim panas lalu. Kemarin, dia pun menjadi pahlawan terbesar bagi skuad asuhan pelatih Stefano Pioli. Messias membawa Milan kembali ke tempat seharusnya, yaitu bersaing memerebutkan tiket fase gugur Liga Champions.
Dia bersinar terang di antara rekan-rekannya yang merupakan pemain top dunia, seperti Zlatan Ibrahimovic. ”Saya mendedikasikan gol ini untuk keluarga dan semua yang percaya kepada saya,” ucapnya kepada Amazon Prime Video Italia.
Kisah Messias memberikan inspirasi besar. Tidak ada kata terlambat untuk menggapai mimpi di dunia ini. Dia masih membela klub Serie D Liga Italia, Casale, pada tiga tahun lalu. Akan tetapi, semangatnya membawa sang pemain mampu menanjak divisi lebih tinggi setiap tahunnya.
Kariernya mulai bersemi saat pindah ke Crotone pada 2019. Messias membawa klubnya promosi ke divisi tertinggi, Liga Italia Serie A, hanya dalam satu musim. Dia pun bisa bermain di jenjang kompetisi tertinggi pada musim 2020-2021. Dalam musim debutnya di Serie A, dia langsung menyumbang 9 gol dan 4 asis dalam 36 penampilan.
Pada usia 23 tahun, Messias hanyalah seorang imigran asal Brasil yang bekerja sebagai kurir barang elektronik di Italia. Dia harus bekerja keras demi menghidupi istri dan anaknya.
Tak pelak, penampilan itu menarik perhatian Pioli. Messias dipinjam sementara pada musim ini karena Crotone turun kasta ke Serie B. Kepindahan pemain tanpa status bintang ini ternyata jadi sesuatu yang sangat bernilai untuk Milan pada laga dini hari tadi.
”Kisahnya sangat indah. Namun, saya berpikir kisah ini hanyalah sebuah awalan untuk dia. Sebab, saya melihat dia punya kualitas hebat. Dia mengalami kesulitan saat pertama datang, tetapi sekarang sudah mulai bisa membantu tim,” kata Pioli yang berjudi dengan menurunkan Messias untuk menggantikan Rade Krunic pada menit ke-65.
Bakat Messias pertama kali ditemukan oleh Ezio Rossi, mantan Pelatih Casale. Ketika itu, Rossi masih menjadi pelatih grup pengungsi politik. Sang pelatih kemudian diajak rekannya untuk melihat seorang pemain amatir berbakat asal Brasil. Momen itu menjadi pertemuan pertama Rossi dan Messias.
Rossi bisa merasakan talenta sang pemain. Dia pun mengajaknya berbicara pada malam hari seusai Messias selesai bekerja mengantarkan kulkas. Dia berjanji akan membantu pemain setinggi 1,79 meter itu untuk memasuki dunia sepak bola, minimal di level amatir.
Nyaris menyerah
Namun, Messias bercerita, dirinya pernah hampir menyerah untuk menjadi pesepak bola di Italia. Dia belum bisa mendapatkan visa yang merupakan syarat bermain sebagai profesional. ”Saat itu, dia tidak percaya bisa menjadi seorang pemain sepak bola. Pada saat bersamaan, dia tidak ingin kehilangan pekerjaannya,” ucap Rossi, seperti dikutip Football Italia.
Empat bulan setelah itu, Rossi ditunjuk sebagai Pelatih Casale. Messias menjadi orang pertama yang diajak bergabung. Sang pelatih lalu membantunya untuk mendapatkan visa lewat bantuan klub.
”Saat itu, saya tahu dia berbakat karena punya tubuh kuat. Namun, saya tidak tahu sikapnya. Dia tidak pernah menjadi pesepak bola. Dari sanalah awal mula kariernya. Setelah melatih, dia ternyata punya sikap yang bagus. Saya berpesan kepadanya untuk selalu mengejar sesuatu yang lebih dari tujuan awalnya,” kata Rossi.
Messias telah menjadi juru selamat sementara Milan di Liga Champions. ”Sang Mesias” AC Milan ini juga menjadi pahlawan untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Lewat gol semata wayang itu, dia punya jalan lebih cerah ke depannya.
”Malam ini adalah momen terpenting dalam karier saya, tetapi kerendahan hati harus tetap dijaga. Saya tidak boleh jatuh karena kritik dan terbuai dengan pujian,” ucapnya. (AP/REUTERS)