Mencontoh Greysia/Apriyani, Febriana/Amalia Buat Kejutan
Pelapis pelatnas ganda putri utama, Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi, membuat kejutan dengan mengalahkan unggulan kedelapan, Pearly Tan/Thinaah Muralitharan. Mereka mencontoh semangat Greysia/Apriyani.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Pasangan Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi, salah satu pelapis pelatnas ganda putri utama, selalu mencontoh semangat senior mereka yang telah menjadi juara Olimpiade, Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Semangat itu dan latihan yang setara dengan para seniornya membawa Febriana/Amalia pada perempat final SimInvest Indonesia Terbuka BWF World Tour Super 1000.
Tiket perempat final itu didapat setelah mereka membuat kejutan dengan mengalahkan unggulan kedelapan, Pearly Tan/Thinaah Muralitharan (Malaysia), 14-21, 22-20, 21-17, pada babak kedua di Bali International Convention Center, Kamis (25/11/2021). Mereka mengikuti langkah Greysia/Apriyani yang juga melangkah ke perempat final setelah mengalahkan sesama pemain Indonesia, Fitriani/Yulia Yosephine Susanto, 21-10, 21-15.
Kami sangat senang bisa memenangi pertandingan yang melelahkan tadi karena sudah mengeluarkan kemampuan semaksimal mungkin.
”Kami sangat senang bisa memenangi pertandingan yang melelahkan tadi karena sudah mengeluarkan kemampuan semaksimal mungkin,” komentar Febriana setelah bertanding selama satu jam 21 menit.
Berpasangan sejak Juli 2019, setelah keduanya bergonta-ganti partner, Febriana/Amalia tampil baik pada tahun tersebut di level yunior. Sebulan setelah menjalani debut pada Kejuaraan Asia Yunior, mereka menjuarai turnamen untuk kategori usia di bawah 19 tahun tersebut, yaitu Exist International Series dan Malaysia International Challenge. Pada tahun yang sama, mereka menjadi finalis Kejuaraan Dunia Yunior.
Sayangnya, mereka kehilangan kesempatan bertanding pada masa peralihan ke level lebih tinggi pada 2020. Pandemi Covid-19, yang membuat ajang bulu tangkis internasional dihentikan pada hampir sepanjang 2020 sejak Maret, membuat mereka tak bertanding dalam satu turnamen pun.
Berselang 16 bulan setelah terakhir kali tampil pada Malaysia International Challenge, November 2019, Febriana/Amalia bertanding lagi pada Maret 2021 di Orleans Masters Super 100. Setelah itu, mereka mendapat kesempatan tampil dalam turnamen kategori BWF World Tour yang terdiri atas turnamen Super 300, 500, 750, dan 1000.
Setelah tersingkir pada babak pertama Spanyol Masters Super 300 dan Indonesia Masters Super 750, mereka menjalani debut pada level Super 1000 dan membuat kejutan.
Menjadi salah satu dari tujuh ganda putri pelatnas utama, Febriana/Amalia adalah salah satu generasi penerus Greysia/Apriyani seperti Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto dan Nita Violina Marwah/Putri Syaikah.
Memiliki teman latihan dengan reputasi peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020, Febriana/Amalia pun selalu mencontoh Greysia/Apriyani. ”Kami meniru semangat dan cara mereka latihan, cara kami latihan harus sama dengan mereka. Kadang, kami pun menambah latihan sendiri. Medali emas Kak Ge/Kak Apri menjadi motivasi bagi pemain ganda putri bahwa kami juga bisa seperti mereka,” kata Febriana.
Bersama Greysia/Apriyani, pasangan peringkat ke-201 dunia itu menjadi dua wakil ganda putri yang akan tampil pada perempat final Indonesia Terbuka. Febriana/Amalia akan berhadapan dengan pemenang pertandingan Nami Matsuyama/Chiharu Shida (Jepang) melawan Puttita Supajirakul/Sapsiree Taerattanachai (Thailand). Sementara, Greysia/Apriyani akan berhadapan dengan pasangan Jepang, Mayu Matsumoto/Ayako Sakuramoto.
Ragu pada momen akhir
Pada tunggal putri, pemain nomor satu Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung tersingkir pada babak kedua setelah dikalahkan Pornpawee Chochuwong (Thailand), 21-11, 9-21, 20-22. Ini menjadi kekalahan kedua Gregoria dari tiga pertemuan dengan Chochuwong.
Skor pada gim terakhir didapat setelah momentum permainan berubah. Gregoria tertinggal 0-7 hingga 10-15, lalu berbalik unggul 16-15 dan 19-16. Dia, bahkan, membuat match point terlebih dulu ketika unggul 20-19.
”Pada poin-poin terakhir, saya terlalu berhati-hati hingga akhirnya selalu ragu-ragu dalam memukul, sedangkan lawan justru bermain lebih lepas hingga mudah dalam menyerang,” kata Gregoria, menjelaskan tiga poin terakhir yang didapat lawan.
Salah satu momen seperti yang diceritakan Gregoria adalah ketika dia melakukan pukulan net dengan ketinggian kok yang membuat Chocuwong dengan mudah mengembalikannya. Pemain Thailand peringkat ke-10 dunia itu memukul dengan gerakan cepat dan mengarahkan kok ke belakang lapangan hingga tak bisa dijangkau Gregoria.
”Saat tertinggal pada gim ketiga, saya hanya berpikir, kalaupun kalah, harus tetap bermain baik. Pikiran itu akhirnya membuat saya bisa mengejar, tetapi setelah memimpin jadi ragu-ragu. Selain itu, saya juga menyesalkan penampilan gim kedua yang menurun saat lawan mengubah pola main,” tutur Gregoria.
Setelah ini, pemain peringkat ke-25 dunia itu akan kembali ke Jakarta guna mempersiapkan diri untuk Kejuaraan Dunia yang akan berlangsung di Huelva, Spanyol, 12-19 Desember.