Lifter Papua berjaya di hari ketiga Kejuaraan Nasional Angkat Besi Remaja dan Yunior 2021. Mereka meraih tiga emas dari 67 kg yunior, tiga emas dari 73 kg yunior, dan dua perak serta satu perunggu 64+ kg putri remaja.
Oleh
Adrian Fajriansyah
·5 menit baca
DOKUMENTASI PB PABSI
Lifter Papua Misbahul Munir (tengah) merah tiga emas dari kelas 73 kg yunior Kejuaraan Nasional Angkat Besi Remaja dan Yunior 2021 di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Selasa (23/11/2021).
JAKARTA, KOMPAS – Semangat menjaga momentum kebangkitan dunia olahraga pasca Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 ditunjukkan oleh para lifter asal Papua pada Kejuaraan Nasional Angkat Besi Remaja dan Yunior 2021 di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Para lifter muda provinsi berjuluk ”Bumi Cendrawasih” diharapkan semakin matang dan bisa membawa daerahnya kembali menjadi salah satu kiblat angkat besi nasional, seperti era lifter putri legendaris Raema Lisa Rumbewas.
Di hari ketiga kejuaraan, Selasa (23/11/2021), tiga lifter Papua yang tampil semuanya meraih medali di kelas masing-masing. Lifter kelas 67 kilogram (kg) yunior Papua Jan Adrianus Hosea menjadi yang terbaik dari delapan lifter yang ada. Lifter kelahiran 31 Maret 2003 ini sukses meraih tiga emas, yakni snatch dengan 110 kg, clean and jerk dengan 141 kg, dan total angkatan dengan 251 kg.
Prestasi sensasional itu diikuti oleh lifter kelas 73 kg yunior Papua Misbahul Munir. Lifter kelahiran 9 Februari 2003 menjadi yang terbaik dari tujuh lifter yang ada dengan raihan tiga emas, yakni snatch dengan 127 kg, clean and jerk dengan 155 kg, dan total angkatan dengan 282 kg.
Lifter putri kelas 64+ kg remaja Papua Erni Wuka memang tidak menjadi yang terbaik dari tujuh lifter yang berpartisipasi. Namun, prestasinya cukup menjanjikan dengan merebut perunggu snatch dengan 66 kg, perak clean and jerk dengan 85 kg, dan perak total angkatan 151 kg.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Lifter putri Papua Natasya Beteyob tampil sebagai peserta tamu dalam kelas 59 kg putri yunior Kejuaraan Nasional Angkat Besi Remaja dan Yunior 2021 di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (22/11/2021).
Hasil tiga lifter itu jauh lebih baik dari rekan-rekannya yang tampil sebelumnya. Pada Senin, lifter putri Papua Natasya Beteyob memang menjadi yang terbaik di kelas 59 kg dengan snatch 84 kg, clean and jerk 105 kg, dan total angkatan 189 kg. Akan tetapi, Natasya hanya tampil sebagai peserta tamu karena usianya yang sudah 21 tahun atau masuk kategori senior. Untuk itu, capaiannya tidak dihadiahi medali.
Adapun lifter Papua Sumberba Frederik cuma menjadi juru kunci dari 10 lifter yang berpartisipasi di kelas 61 kg remaja dan juru kunci dari 13 lifter di kelas 61 kg yunior. Pada Minggu, lifter putri Papua Jennifer Wakum menempati urutan keempat di kelas 49 kg remaja sekaligus yunior. Namun, lifter kelahiran 21 April 2005 ini masih berhak atas perunggu clean and jerk dengan 66 kg pada kategori remaja maupun yunior.
Papua kaya potensi
Pelatih tim angkat besi Papua Ibrahim saat ditemui, Senin, mengatakan, mereka membawa tiga lifter putra dan tiga lifter putri dalam kejuaraan ini. Secara keseluruan, penampilan para lifter itu memuaskan. Apalagi mereka cenderung minim jam terbang. ”Hanya sebagian yang pernah tampil di kejuaraan selevel nasional, seperti Natasya yang berpartisipasi dan meraih perak kelas 55 kg putri PON Papua 2021,” ujarnya.
Ibrahim menuturkan, tujuan utama mereka ikut dalam kejuaraan ini untuk menunjukkan bahwa Papua memiliki lifter berbakat yang tak kalah dengan daerah-daerah lain penghasil lifter andalan nasional. Akan tetapi, selama ini, bakat-bakat dari Tanah Papua itu terkendala mental berkompetisi. Sebab, mereka minim sekali kesempatan ikut kejuaraan.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Lifter Kalimantan Selatan Salman Al Farisi berhasil melakukan angkatan snatch dalam kelas 61 kg remaja yunior Kejuaraan Nasional Angkat Besi Remaja dan Yunior 2021 di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (22/11/2021).
Hal itu pula yang membuat Natasya gagal memenuhi target meraih emas 55 kg PON Papua. Sejak mulai berlatih angkat besi pada 2014, praktis Natasya cuma dua kali ikut kejuaraan level nasional, yakni Pra PON Jawa Barat 2016 di Soreang, Jawa Barat dan Pekan Olahraga Pelajar Nasional 2017 di Semarang, Jawa Tengah sebelum tampil di PON Papua.
”Akibat minim pengalaman berkompetisi, Natasya sedikit grogi saat tampil di PON. Itu membuatnya tidak lepas dan gagal mengulangi catatan terbaiknya dalam latihan. Namun, setelah memetik pengalaman dari PON, dia lebih terbiasa berkompetisi dan terbukti capaiannya jauh lebih baik dalam kejuaraan kali ini,” kata Ibrahim.
Menurut Ibrahim, kalau intensitas perlombaan bisa lebih bergeliat di Papua maupun nasional, dirinya yakin lifter berbakat dari Papua akan semakin terasah. Mereka sangat mungkin untuk direkrut ke pelatnas dan mewakili Indonesia di pentas internasional, seperti era Lisa Rumbewas yang sukses menyabet tiga perak dan satu perunggu dari tiga Olimpiade medio 2000-2008.
”Sehabis kejuaraan ini, saya berharap PB PABSI bisa lebih banyak menyelenggara kejuaraan, termasuk di Papua yang punya fasilitas warisan PON. Kejuaraan sangat penting untuk atlet, terutama di masa peralihan dari yunior ke senior. Tanpa kejuaraan, atlet yang bagus di level yunior bakal habis ketika masuk ke level senior,” tuturnya.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Lifter Banten Yuda Permana beraksi dalam kelas 61 kg remaja Kejuaraan Nasional Angkat Besi Remaja dan Yunior 2021 di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (22/11/2021).
Komitmen pengurus
Bendahara Umum Pengurus Provinsi PABSI Papua Yanti menyampaikan, selama ini, alasan minim kejuaraan di Papua karena keterbatasan peralatan. Bahkan, karena faktor itu, atlet harus mengantri mengangkat barbel dalam latihan.
Kendati demikian, kini, Papua memiliki fasilitas olahraga mumpuni warisan PON, termasuk di angkat besi. Mereka mendapatkan bantuan peralatan dari PB PABSI maupun KONI Papua. Maka itu, tidak ada alasan lagi untuk Papua tidak bisa menyelenggarakan kejuaraan.
Dengan modal warisan PON, kami akan lebih banyak melaksanakan kejuaraan di Papua. Sekarang, kami memulainya dengan lebih gencar mencari bibit di pelosok-pelosok daerah.
”Dengan modal warisan PON, kami akan lebih banyak melaksanakan kejuaraan di Papua. Sekarang, kami memulainya dengan lebih gencar mencari bibit di pelosok-pelosok daerah. Setelah itu, baru ada pembinaan dan kejuaraan. Namun, kami harap PB PABSI pun bisa melirik kami sebagai tuan rumah ajang nasional agar semarak olahraga di Papua terus terjaga,” ujar Yanti.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB PABSI Hadi Wihardja menerangkan, dengan pengalaman melaksanakan PON Papua dan kejuaraan kali ini, pihaknya berkomitmen untuk lebih rutin menggelar kejuaraan sehabis ini. ”Mungkin nanti, kejuaraannya sistem zonasi, seperti zona Sumatera, Kalimantan, atau Papua. Supaya, pengelolaan dan pemantauannya lebih mudah,” pungkas Hadi.