Di balik lanskap yang menawan, Sirkuit Mandalika masih menyisakan banyak ruang untuk pembenahan. Hal itu terkuak menjelang balapan pertama Superbike yang ditunda akibat hujan, Sabtu (20/11/2021).
Oleh
Agung Setyahadi dan Ismail Zakaria
·4 menit baca
PUJUT, KOMPAS - Dalam kurun waktu sepekan, dua ajang balap bergengsi di Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat, harus tertunda. Terakhir, balapan pertama Kejuaraan Dunia Superbike seri Indonesia, Sabtu (20/11/2021) urung digelar akibat hujan deras yang menimbulkan sejumlah genangan.
Minggu (14/11) lalu, balapan lainnya di Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika, yaitu Asia Talent Cup, juga ditunda akibat masalah kekurangan marshall (petugas keselamatan di sirkuit). Masalah itu telah diperbaiki, namun hujan kemarin menyingkap faktor lainnya yang juga perlu disempurnakan.
Jonathan Rea, pebalap juara dunia Superbike, mengungkap, Sirkuit Mandalika berdebu saat kering dan bergelombang di sejumlah titik. Saat hujan, kondisi itu menimbulkan lumpur dan sejumlah genangan.
”Saat hujan mulai turun, saya berpikir ini merupakan peluang meraih beberapa poin. Saya merasa cukup percaya diri dalam kondisi seperti itu. Akan tetapi, kondisinya menjadi berbahaya. Banyak genangan di lintasan,” ujar Rea, pebalap tim Kawasaki Racing yang berupaya mengejar gelar juara dunia ketujuh beruntun di Mandalika.
Penundaan balapan pertama Superbike di Mandalika itu merugikan Rea karena balapan superpole yang semestinya digelar pada Minggu (21/11) dibatalkan. Alokasi waktu balapan itu lantas digunakan untuk menggelar balapan pertama yang tertunda. Padahal, balapan superpole menyediakan tambahan 12 poin.
Dengan demikian, kini hanya tersisa maksimal 50 poin (dari sebelumnya 62 poin) yang bisa dikejar setiap pebalap Superbike dari dua balapan di Mandalika. Adapun Rea, yang kini berada di peringkat kedua klasemen, tertinggal 30 poin dari rivalnya di puncak, Toprak Razgatlioglu (tim Pata Yamaha).
Meskipun lebih diuntungkan, namun Razgatlioglu tidak terlalu gembira. Pebalap asal Turki itu ingin menjalani balapan sebaik mungkin, bukan sekadar mengejar gelar juara dunia Superbike musim 2021.
”Saya tidak terlalu senang karena ini (balapan) bukan hanya untuk diri saya, melainkan juga bagi Jonathan. Kita lihat saja besok seperti apa. Kami akan bertarung,” ujar Razgatlioglu yang akan menjadi juara dunia mekipun perolehan poinnya di Mandalika tertinggal lima poin dari Rea.
[embed]https://youtu.be/w_S-QHw0drg[/embed]
Kemarin, ia dan para pebalap Superbike lainnya telah bersiap memacu motor di garis start. Namun, mereka kembali ke garasi menyusul munculnya status start delayed box atau penundaan start. Bukan hanya genangan di sejumlah titik, hujan cukup deras juga membuat jarak pandang sangat terbatas.
”Kami melakukan inspeksi di trek dan sayangnya hujan tidak reda meskipun tidak selebat sebelumnya. Area yang kritis sebenarnya bukan di trek, tetapi di luar trek. Jika ada kecelakaan, itu akan jadi masalah besar bagi pebalap. Keamanan pebalap jadi yang utama. Maka, sayangnya, kami harus menunda balapan hingga besok,” ujar Direktur Eksekutif World Superbike Gregorio Lavilla.
Selaras dengan penjelasan Lavilla, hujan lebat yang mengguyur Mandalika menyebabkan banyak genangan di area sirkuit, termasuk jalan masuk ke sana. Akses ke sejumlah area tribune penonton juga dihadang banyak genangan air berlumpur, seperti di terowongan menuju tribune utama yang ada di kawasan panggung hiburan. Hujan juga membuat teras lantai dua paddock sirkuit tergenang, sehingga pekerja terus menerus membuang air dengan pel.
Berkaca dari pengalaman itu, sejumlah hal perlu dibenahi pengelola Sirkuit Mandalika sebelum menggelar ajang MotoGP musim 2022 pada Maret tahun depan. Salah satu fokus perbaikan adalah sistem drainase di kawasan sirkuit.
Begitu hujan turun, penonton di tribune yang tanpa atap, seperti tribune barat, mulai beranjak mencari tempat berteduh. Ada yang langsung turun ke bawah tribune atau ke tenda-tenda di belakang tribune. Sejumlah penonton yang membawa jas hujan sempat bertahan. Akan tetapi, saat hujan kian deras, mereka pun pergi.
Setelah ada kepastian penundaan balapan pertama Superbike ke hari Minggu, penonton pun mulai meninggalkan tribune dengan menggunakan bus yang telah dipersiapkan pengelola. Lalu, mereka diangkut ke titik keberangkatan awal, yakni di Parkir Timur (kawasan Pantai Tanjung Aan) dan Parkir Barat (area Bazar Mandalika).
”Saya kecewa (balapan dibatalkan), apalagi sampai harus hujan-hujanan. Tetapi, besok saya berencana datang lagi untuk menonton,” kata Yandi (25), penonton asal Mataram.
Memaklumi kondisi
Fery, penonton asal Jakarta, bisa memaklumi kondisi Sirkuit Mandalika yang masih banyak kekurangannya. Ia pun berjanji akan kembali datang menonton balapan pada Minggu ini.
”Kecewa sih gak. Hanya saja, tadi, saat keluar (dari tribune) becek. Tetapi, kami menyadari, sarana pendukung sirkuit masih dalam proses. Belum final. Akan tetapi, kalau aspal, luar biasa. Saat hujan berhenti, keringnya merata,” kata Fery.
Berkaca dari pengalaman itu, sejumlah hal perlu dibenahi pengelola Sirkuit Mandalika sebelum menggelar tes pramusim MotoGP pada Februari 2022 dan balapan seri kedua MotoGP musim 2022 pada Maret tahun depan. Salah satu fokus perbaikan adalah sistem drainase di kawasan sirkuit internasional itu.
Untuk bisa menggelar balapan Grand Prix, seperti MotoGP, Sirkuit Mandalika akan kembali diperiksa untuk mendapatkan pengesahan. Syarat homologasi ajang Grand Prix lebih banyak dibandingkan Superbike.
Di tengah kekecewaan ditundanya balapan, sejumlah pebalap menunjukkan keceriaannya. Hal itu antara lain diperlihatkan Dominique Aegerter, juara dunia Supersport musim 2021. Seperti halnya bocah, dengan hanya mengenakan celana pendek, pebalap asal Swiss itu justru mandi hujan di Sirkuit Mandalika. (JON)