Sirkuit Mandalika mengubah kawasan pantai Lombok Barat menjadi bergairah kembali seiring hadirnya para pebalap Superbike. Raungan sepeda motor di sirkuit elok itu membuat Mandalika berdenyut di tengah pandemi.
Oleh
Agung Setyahadi dan Ismail Zakaria
·6 menit baca
PUJUT, KOMPAS — Sempat sepi akibat pandemi Covid-19, kawasan Mandalika di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, kini kembali bergeliat seiring kedatangan tim-tim dan para pebalap Kejuaraan Dunia Superbike, Supersport, dan Asia Talent Cup. Pesona Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika pun berkelindan dengan kerinduan masyarakat Indonesia akan balap berkelas dunia, seperti Superbike dan MotoGP.
Bersamaan hadirnya sejumlah pebalap terbaik dunia, seperti Toprak Razgatlioglu dan Scott Redding yang aktif berinteraksi dengan warga lokal di Mandalika, para penggemar balap sepeda motor dari sejumlah daerah di Indonesia berdatangan ke kawasan wisata itu. Sejumlah hotel dan losmen di kawasan Pantai Kuta Mandalika pun habis dipesan sejak tiga pekan lalu.
”Sampai menolak permintaan kamar karena sudah lama habis. Hotel di sekitar sini (Kuta) sudah habis semua karena Superbike. Kalau tahun depan, MotoGP, tidak tahu seperti apa ramainya,” ujar Wahyu, resepsionis salah satu resor penginapan di Kuta Mandalika.
Kehadiran calon penonton dan tim balap juga menguras persediaan mobil sewa di Praya dan Mandalika. Mereka pun terpaksa mendatangkan mobil dari Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat. ”Mobil-mobil rental sudah habis di sini, bahkan dari Mataram pun limit (sedikit). Sekarang cari mobil sudah susah. Harganya pun naik sekitar Rp 200.000 dari harga normal,” ujar Alwi Ditara, warga yang ikut mencarikan mobil-mobil sewa untuk ajang Superbike.
[embed]https://youtu.be/LSCz-9noxiU[/embed]
Geliat ekonomi lokal akibat Superbike ini telah diprediksi PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau ITDC, pengelola Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Nilai perputaran uang dari ajang besar itu bisa mencapai Rp 500 miliar. Namun, itu baru permulaan. Geliat ekonomi itu bakal lebih besar ketika MotoGP digelar di Mandalika pada Maret 2022. Hal itu mengingat sangat besarnya jumlah penggemar MotoGP di Indonesia.
ITDC ingin ”menangkap” para penggemar balap sepeda motor, khususnya MotoGP, yang selama ini pergi ke Sepang, Malaysia, untuk menyaksikan balapan itu. Bahkan, para penggemar MotoGP dari Australia juga diyakini bisa ditarik ke Mandalika.
”Penonton itu kan mau nyoba nonton sirkuit di mana-mana. Saat ini, kita baru diizinkan dengan 25.000 penonton, yaitu sekitar seperenam kapasitas sirkuit, karena pandemi. Jika sudah tidak pandemi, akan jauh lebih besar (penonton),” tutur Direktur ITDC Abdulbar M Mansoer, Jumat (19/11/2021).
Menurut Abdulbar, Dorna Sports selaku pemegang hak komersial Superbike dan MotoGP menaruh perhatian besar pada balapan di Indonesia, khususnya Sirkuit Mandalika. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penggemar MotoGP terbesar di dunia, begitu pula dengan kepemilikan sepeda motor.
Penantian lama
Namun, butuh waktu 24 tahun bagi Indonesia untuk kembali menggelar balap sepeda motor berkelas dunia, seperti Superbike. Terakhir kali sebelumnya Indonesia menggelar balap sepeda motor itu dan MotoGP adalah pada 1997 di Sentul, Bogor, Jawa Barat.
”Negara kita penting bagi mereka (Dorna Sports). Saya belum pernah dengar sirkuit yang belum teruji (seperti Mandalika), tetapi sudah dapat kontrak lima tahun. Lalu, ditambah lagi lima tahun. Saya baru lihat sekarang,” ungkap Abdulbar kemudian.
Antusiasme penonton itu telah terlihat di sesi latihan bebas Superbike, kemarin. Sejak pukul 08.00 Wita, penonton telah tiba di kawasan Mandalika. Saking antusiasnya, sebagian dari mereka mengabaikan larangan mengambil video dan melakukan live streaming lewat media sosial.
Saya senang ada di sini karena tempat dan sirkuitnya bagus. Saya pun melihat banyak orang Indonesia mengirim pesan (di media sosial). Terima kasih atas dukungannya. Saya akan berusaha sebaik-baiknya (untuk juara). (Toprak Razgatlioglu)
Budi Winardo (68), salah satu penonton, datang dari Surabaya, Jawa Timur. Setelah menanti lama, ia bisa menyaksikan Superbike di Tanah Air. Biasanya, penggemar balap sepeda motor itu rutin menonton ajang balap berkelas dunia serupa, seperti MotoGP, di Malaysia.
Meskipun senang, ia sedikit kecewa dengan lambatnya pelayanan tiket di sirkuit baru itu. ”Saya berharap proses (pelayanan) tiket bisa lebih cepat. Kerja sama tim untuk pelayanan di bagian ini (tiket) harus lebih baik. Ya, pemula, belum berpengalaman,” kata Budi.
Seri penentu
Terlepas masalah layanan tiket itu, daya tarik Mandalika kini semakin besar mengingat tempat itu menjadi seri terakhir penentu gelar juara dunia Superbike musim 2021. Persaingan antara Razgatlioglu dan Jonathan Rea menjadi magnet besar. Mereka akan mengawali penentuan juara dalam perebutan superpole atau posisi start terdepan untuk balapan pertama, Sabtu (20/11/2021).
Razgatlioglu, pebalap tim Pata Yamaha with Brixx, kini unggul 30 poin atas Rea yang menjadi andalan tim Kawasaki Racing. Dengan tiga balapan yang menyediakan 62 poin maksimal, peluang Rea meraih gelar juara dunia ketujuh secara beruntun masih terbuka lebar. Di sisi lain, Razgatlioglu juga berpeluang mengunci gelar juara jika perolehan poinnya unggul tujuh poin dari Rea, Sabtu ini.
Kondisi itu membuat persaingan menjadi kian ketat dan panas, apalagi hasil sesi latihan pertama dan kedua pada Jumat menempatkan Razgatlioglu sebagai pebalap tercepat. Namun, pebalap Turki itu mengaku hanya memacu sepeda motornya, yaitu Yamaha YZF-R1, seperti biasa.
”Saya selalu menyukai trek baru dan cepat beradaptasi. Saya senang dengan trek kotor karena selalu berlatih dengan kondisi seperti ini di Turki,” ujar Razgatlioglu yang tidak terlalu terganggu dengan masalah terkelupasnya aspal di tikungan 1 Sirkuit Mandalika.
”Saya senang ada di sini karena tempat dan sirkuitnya bagus. Saya pun melihat banyak orang Indonesia mengirim pesan (di media sosial). Terima kasih atas dukungannya. Saya akan berusaha sebaik-baiknya (untuk juara),” ujar Razgatlioglu.
Adapun Rea, juara Superbike enam kali beruntun, ingin tampil lepas dan menikmati balapan. Ia tidak mau memusingkan hasil akhir balapan nanti. Ia pun mengomentari trek Sirkuit Mandalika yang punya sejumlah tikungan yang mirip di Sirkuit Termas de Rio Hondo di Argentina dan Sirkuit Donnington Park di Inggris.
”Di sejumlah area (trek) kotor dan bergelombang, tetapi penampakannya bagus, bisa dinikmati, dan menyenangkan,” ujar Rea.
Mencuri perhatian
Enggan sekadar menjadi penonton di rumah sendiri, sejumlah pebalap muda Indonesia bertekad mencuri perhatian di Mandalika saat tampil pada ajang Asia Talent Cup (ATC). Sedikitnya ada enam pebalap muda Indonesia hasil binaan Astra Honda Motor yang akan terjun di ajang balap yang jadi batu loncatan ke MotoGP itu. Balapan level Asia-Oseania itu ditunda dari Minggu lalu akibat faktor keamanan, salah satunya kesiapan marshall di sirkuit.
”Balapan kali ini akan terasa berbeda. Selain mendapat dukungan semangat langsung dari penonton negeri sendiri, Sirkuit Mandalika juga punya karakter trek yang menantang untuk ditaklukkan,” ungkap Fadillah Arbi Aditama, pebalap Indonesia.
Selaku pengelola Sirkuit Mandalika, Direktur Utama Mandalika Grand Prix Association (MGPA) Ricky Baheramsjah mengatakan, sirkuit itu telah siap dan memenuhi syarat untuk menggelar balapan, termasuk Superbike. Hal itu menyusul lulusnya Sirkuit Mandalika dari homologasi atau pengesahan oleh Federasi Balap Motor Internasional (FIM), Kamis.
”Itu menjadi bukti sirkuit ini telah layak dan memenuhi syarat menggelar balap sepeda motor internasional. Pembangunan sirkuit juga dilakukan dengan cepat, yaitu memakan waktu hanya 14 bulan. Kami berterima kasih atas dukungan semua pihak sehingga kita dapat mencapai prestasi ini,” kata Ricky dalam keterangan tertulisnya, kemarin.