Italia untuk ketiga kalinya akan tampil di fase ”play off” Kualifikasi Piala Dunia. Evaluasi penampilan dan perbaikan mental perlu dilakukan ”Gli Azzurri” agar tidak absen di dua edisi Piala Dunia beruntun.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
BELFAST, SELASA — Hanya dalam kurun empat bulan nasib Italia berubah drastis. Setelah sempat menyandang predikat raja di Eropa berkat kemenangan adu penalti atas Inggris pada final Piala Eropa 2020 di Stadion Wembley, London, 12 Juli lalu, ”Gli Azzurri” gagal memenuhi ekspektasi untuk merebut tiket otomatis ke Qatar karena gagal mengalahkan Irlandia Utara pada laga pamungkas fase grup Kualifikasi Piala Dunia 2022, Selasa (16/11/2021) dini hari WIB, di Stadion Windsor Park, Belfast.
Hasil imbang 0-0 kontra Irlandia Utara membuat ”Gli Azzurri” tergusur oleh Swiss di posisi puncak Grup C. Pada saat bersamaan, Swiss membenamkan Bulgaria, 4-0, pada laga yang berlangsung di Swissporarena, Luzern. Alhasil seusai merampungkan delapan laga babak kualifikasi, Italia mengumpulkan 16 poin, sedangkan Swiss lebih superior dengan koleksi 18 poin.
Meskipun masih berpeluang lolos ke putaran final Piala Dunia 2022 melalui jalur play off, Italia sejatinya masih diselimuti trauma seusai kalah agregat dari Swedia di babak play off Piala Dunia Rusia 2018. Oleh karena itu, skuad Italia dianggap menyentuh titik nadir keduanya dalam kurun tiga tahun terakhir,
Setelah wasit asal Romania, Istvan Kovacs, meniup peluit akhir pertandingan di Windsor Park, seluruh skuad Italia diliputi rasa kecewa. Pelatih Italia Roberto Mancini langsung meminta anak asuhannya masuk ke ruang ganti. Para pemain pun berjalan dari lapangan menuju lorong ruang ganti sembari menundukkan kepala. Agenda wawancara seusai laga dua pemain Italia, Leonardo Bonucci dan Domenico Berardi, dengan RAI pun sempat ditunda karena permintaan tim pelatih Italia.
Di ruang ganti, Mancini membiarkan para pemainnya duduk tanpa berbicara satu sama lain sekitar 15 menit. Setelah cukup berdiam untuk meratapi penyesalan gagal meraih tiket langsung ke Qatar, Mancini memberikan pidato di hadapan anak asuhannya agar mereka tidak patah arang karena kans tampil di Piala Dunia 2022 masih terbuka.
Saya sampaikan kepada mereka bahwa kami tidak bisa melakukan apa pun dengan kondisi ini. Sekarang kami harus fokus untuk menghadapi pertandingan (play off) pada Maret, kami akan mempersiapkan diri dengan baik.
”Saya sampaikan kepada mereka bahwa kami tidak bisa melakukan apa pun dengan kondisi ini. Sekarang kami harus fokus untuk menghadapi pertandingan (play off) pada Maret, kami akan mempersiapkan diri dengan baik,” kata Mancini dilansir Corriere dello Sport.
Andrea Belotti, penyerang Italia, mengakui adanya rasa pahit dan kekecewaan dalam diri seluruh anggota tim ”Gli Azzurri” ketika memasuki ruang ganti pemain di akhir laga. Ia menambahkan, dirinya dan para pemain depan Italia patut disalahkan dari kegagalan mempertahankan posisi puncak pada klasemen akhir Grup C.
Menurut Belotti, para pemain depan seharusnya bisa memaksimalkan setiap peluang mencetak gol pada dua laga penentu melawan Swiss dan Irlandia Utara. Selain itu, kata Belotti, skuad Italia akan menjadikan kegagalan pada play off Piala Dunia 2018 sebagai pelecut untuk tampil sempurna di dua pertandingan play off Piala Dunia 2022.
”Pelatih berbicara kepada kami seusai laga, tetapi seluruh pernyataan yang ada di ruang ganti tidak bisa dibocorkan kepada publik. Terpenting, fokus utama kami adalah mempersiapkan diri untuk Maret nanti,” ucap penyerang Torino itu.
Jalan rumit
Italia tetap akan menjadi unggulan teratas untuk merebut salah satu dari tiga tiket dari fase play off. Status sebagai juara Piala Eropa 2020 serta menduduki peringkat keempat dalam ranking FIFA edisi Oktober menjadi modal ”Gli Azzurri” untuk percaya diri bisa melaju ke Qatar. Namun, Italia akan menemui jalan rumit di babak play off.
Pasalnya, UEFA (Asosiasi Sepak Bola Uni-Eropa) menghadirkan format baru fase play off yang membagi 12 tim ke dalam tiga bagan masing-masing dihuni empat tim. Setiap tim akan langusng menjalani laga semifinal untuk merebut kesempatan tampil di partai final. Pemenang tiga laga final itu akan mendapatkan tiga tiket tersisa ke Qatar dari zona UEFA.
Sebanyak 12 tim di babak play off itu terdiri dari 10 tim peringkat kedua babak penyisihan Kualifikasi Qatar 2022 serta dua tim peringkat terbaik Liga Nasional Eropa edisi 2020-2021, yang tidak menduduki posisi dua besar di babak kualifikasi. Sejumlah tim langganan mewakili Eropa di ajang Piala Dunia, seperti Portugal, Rusia, Swedia, dan Polandia, juga dipastikan akan tampil di fase play off. Salah satu dari empat tim itu kemungkinan besar berpeluang menjadi lawan Italia pada laga final play off apabila anak asuhan Mancini bisa menang di laga semifinal play off.
Andrea Di Caro, Wakil Direktur La Gazzetta dello Sport, menilai Italia kehilangan karakter permainan yang menjadi bekal untuk meraih trofi Piala Eropa kedua. Karakter ”Gli Azzurri” yang dimaksud Di Caro adalah permainan kolektif saat bertahan dan menyerang, kaya kreativitas dalam menyerang, serta tampil penuh semangat.
”Setelah laga final di Wembley, Italia gagal menunjukkan permainan luar biasa dan sempurna ketika menghadapi laga penentu di Liga Nasional Eropa dan Kualifikasi Piala Dunia. Dengan kondisi saat ini, Italia akan menjalani laga yang tidak mudah di fase play off,” kata Di Caro.
Sejak UEFA memperkenalkan babak play off pada Kualifikasi Piala Dunia 1998, Italia sudah dua kali berkiprah di fase tersebut. Pada kesempatan pertama tampil di play off Kualifikasi Piala Dunia Perancis 1998, Italia berhasil unggul agregat 2-1 atas Rusia. Namun, Italia tumbang 0-1 dari Swedia pada Kualifikasi Piala Dunia Rusia 2018.
Mancini menekankan dirinya akan menitikberatkan untuk membenahi lini serang timnya jelang tampil di playoff. Secara umum, lanjutnya, Italia telah bermain sesuai dengan keinginannya, yaitu mendominasi penguasaan bola pada empat laga terakhir Grup C yang berakhir imbang. Empat laga itu terdiri dari dua laga kontra Swiss, lalu masing-masing satu laga menghadapi Bulgaria dan Irlandia Utara. Dalam empat laga itu, Italia hanya bisa mencetak satu gol ke gawang Swiss.
”Kami sangat kesulitan mencetak gol meskipun mendominasi penguasaan bola dan melakukan inisiatif serangan. Ketika lawan bertahan total, seperti Irlandia Utara, kami gagal menemukan cara untuk menembus pertahanan mereka,” ucap Mancini yang berusia 56 tahun itu. (AFP)