Valentino Rossi merangkum 26 karier balapnya dalam tiga kata, menyenangkan, luar biasa, kompetitif. Ia memancarkan kegembiraan memacu motor hingga menembus layar televisi, menjadikan MotoGP tontonan wajib akhir pekan.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·6 menit baca
Valentino Rossi merangkum 26 tahun karier balapnya dalam tiga kata: menyenangkan, luar biasa, kompetitif. Rossi memancarkan kegembiraan memacu motor hingga menembus layar televisi, menjadikan MotoGP tontonan wajib akhir pekan.
Valentino Rossi abadi dalam kenangan para penggemarnya. Dia menghidupkan balapan MotoGP dengan aksinya yang di luar kelaziman, mulai dari pilihan kombinasi warna motor ngejreng tapi tidak norak, keberaniannya mengambil resiko besar untuk mengalahkan lawan-lawannya, serta perayaan kemenangan yang membuat penggemarnya merasa muda terus. Karier balapnya yang fenomenal dibungkus oleh senyum ramahnya yang membuat orang merasa dekat dan nyaman.
Karakter itu membungkus sisi lain Rossi yang sangat keras untuk memenangi persaingan dengan lawan-lawannya yang kuat. Dia selalu berusaha menghabisi lawan beratnya hingga kehilangan kepercayaan diri, seperti dialami oleh Max Biaggi dan Sete Gibernau. Namun, dia juga mengalami momen-momen pahit, seperti gagal juara pada 2015, saat bertarung dengan Jorge Lorenzo dan Marc Marquez. Rossi pun sempat merasa dirinya dirampok sehingga gagal meraih gelar juara ke-10.
Namun, dia selalu bisa membungkus kegetiran dengan senyuman. Menjelang balapan terakhirnya di Valencia, Minggu (14/11/2021), dia merasa angka 9 mungkin memang untuk dirinya. Banyak hasil dalam kariernya yang berakhir dengan angka itu, termasuk podium ke-199 di GP500/MotoGP.
Namun, balapan pamungkasnya di Sirkuit Ricardo Tormo berakhir di posisi 10. Pencapaian itu tidak akan pernah dilupakan oleh Rossi karena menjadi tonggak akhir kariernya selama 16 tahun. ”Finis di posisi ke-10 di belakang para pebalap terkuat di dunia sesuatu yang indah. Saya bisa mengatakan bahwa saya tidak finis di posisi terakhir balapan terakhir saya,” ungkap Rossi.
Posisi itu sempat dinilai sengaja diberikan Franco Morbidelli karena Franco yang berada di belakang Rossi sepanjang balapan tidak berniat mendahului. Namun, pebalap tim pabrikan Yamaha itu mengonfirmasi bahwa Rossi memang tidak bisa dia dahului.
”Ya, luar biasa mendapat keberuntungan menjalani balapan di belakang dia. Sebenarnya, sebelum balapan, saya hanya ingin berada sejauh mungkin dari dia. Saya tidak ingin terlibat dalam apa pun. Namun, pada satu titik saya mendapati diri saya tepat di belakang dia dan saya mengatakan, ’Oke, mari coba tancap gas dan mungkin mencoba mendahului dia.’ Namun, dia sangat cepat dan tidak bisa diserang sehingga saya berada di belakang dia di sepanjang balapan,” ungkap Morbidelli, pebalap binaan Rossi di Akademi VR46.
”Dia menaikkan kecepatan di lap-lap akhir, dan Anda bisa melihat dia sangat menghargai itu dan menikmati momen-momen terakhirnya di MotoGP,” pungkas Morbidelli.
Rossi pun mengakhiri kariernya dengan senyum dan tawa, bukan tangisan. Perpisahan di paddock yang dihadiri oleh seluruh tim lebih mirip pesta. Perpisahan yang selaras dengan karakternya yang ceria. ”Mereka berusaha berulang kali membuat saya menangis, tetapi itu (perpisahan) menjadi seperti pesta,” ungkap Rossi, dikutip La Gazzetta dello Sport.
Setelah menjalani perpisahan yang meriah, Rossi mendapat kejutan lain, dengan peresmian dirinya masuk dalam daftar para pebalap legendaris Hall of Fame MotoGP, pada Minggu malam. Penghargaan ini biasanya diberikan setelah beberapa saat, biasanya setahun, seusai seorang pebalap menjalani balapan terakhirnya.
”Saya selalu menganggap hari ini seperti mimpi buruk, karena ini adalah akhir dari karier yang panjang, dan saya pikir itu akan terjadi di Valencia, tetapi pada akhirnya saya sangat menikmati ini. Jadi, saya harus berterima kasih kepada semua orang, semua orang yang telah bekerja dengan saya, semua yang ada di paddock, para pebalap lain, ini adalah hari yang tak terlupakan dan saya menikmati ini. Itu adalah karier yang panjang, dan selalu menyenangkan,” kata Rossi setelah menerima penghargaan itu.
Legenda
Rossi kini berada dalam jajaran pebalap legendaris, seperti Giacomo Agostini, Mick Doohan, Wayne Gardner, Mike Hailwood, Angel Nieto, Wayne Rainey, Kenny Roberts, Kevin Schwantz, Barry Sheene, Randy Mamola, dan Nicky Hayden.
”Satu hal yang bisa saya katakan kepada Vale adalah terima kasih banyak. Sungguh luar biasa sejak (1996) di Malaysia, kami melihat anak muda yang menjalani balapan dengan fantastis, tetapi juga sangat istimewa karena banyak alasan. Kami mulai berbicara dengan dia dan sejak saat itu, semua kami lakukan bersama, dengan semua orang yang bekerja di MotoGP, itu luar biasa,” ungkap CEO Dorna Carmelo Ezpeleta dalam malam penganugerahan itu, dikutip Crash.
”Pertama-tama, Valentino telah menjadi pebalap yang luar biasa, bahkan kemarin, pada usia 42, dia hanya sepersepuluh detik dari Fabio (Quartararo). Namun, juga kepribadiannya, situasi yang dia bantu untuk kami ciptakan, Komisi Keselamatan, itu adalah sesuatu yang sangat istimewa. Hanya itu yang bisa saya katakan. Grazie, Valentino!” pungkas Ezpeleta yang selalu menilai Rossi adalah sosok yang membuat MotoGP populer dan ditonton ratusan juta orang.
Rossi pun merasa bersyukur bisa ikut menjadikan MotoGP olahraga yang diminati banyak orang di seluruh dunia. ”Saya pikir hal yang paling positif adalah sangat banyak orang mulai mengikuti MotoGP, mengikuti karier saya. MotoGP menjadi semakin besar, semakin besar lagi, dan lebih terkenal di seluruh dunia. Ini sesuatu yang bagus memahami bahwa sepanjang karier saya, saya menjadi sesuatu yang berbeda. Semacam ikon. Dan itu sangat bagus, sangat menyenangkan,” ungkap Rossi.
”Bagi saya, itu adalah hal terbaik dalam karier saya, karena (balap motor) adalah gairah utama saya, jadi bisa membantu olahraga ini dengan membuat banyak orang, muda atau tua, mengikuti balapan, rasanya sangat bagus,” tegas Rossi.
Sang legenda hidup MotoGP itu pun menjadi idola banyak selebritas dan bintang-bintang olahraga kelas dunia, salah satunya Ronaldo Luis Nazario de Lima. ”Olahragawan favorit saya, atlet istimewa,” ungkap ”Il Phenomenon”.
Kini, Rossi telah meninggalkan dunia MotoGP dan akan menjalani hidup baru. Rossi bersama pasangannya, Francesca Sofia Novello, sedang menantikan bayi perempuan yang akan lahir tahun depan. Novello, yang sering ngeri melihat Rossi balapan, berada di paddock tim Petronas SRT Yamaha pada akhir pekan lalu untuk menyaksikan tarian terakhir cintanya. ”Mata saya yang berbicara. Tidak ada kata-kata. Saya jatuh cinta dengan pria yang luar biasa,” ungkap Novello yang akan mendampingi Rossi memulai babak kehidupan baru.