Latihan intens dengan pemain senior level elite dunia di pelatnas bulu tangkis Cipayung membuat para pemain ganda putra lapis kedua Indonesia meningkat kualitasnya.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Latihan intens dengan pemain senior level elite dunia di pelatnas bulu tangkis Cipayung pada masa pandemi Covid-19 mulai memperlihatkan hasil baik bagi skuad muda ganda putra. Program latihan itu mereka praktikkan pada turnamen-turnamen level tinggi tahun ini.
Buah dari latihan itu adalah perkembangan kemampuan teknik dan rasa percaya diri hingga bisa mengalahkan para senior yang mereka contoh dan menjadi rekan latihan di Cipayung. Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana, misalnya, mengalahkan dua senior mereka dalam sebulan terakhir pada turnamen berbeda.
Salah satu pemain pelapis di pelatnas utama ganda putra itu menyingkirkan pasangan peringkat keenam dunia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, 13-21, 21-18, 22-20, pada babak pertama Daihatsu Indonesia Masters BWF World Tour Super 750 di Bali International Convention Center, Selasa (16/11/2021). Pada Denmark Terbuka Super 1000, 19-24 Oktober, Fikri/Bagas mengalahkan senior yang lain, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, pada babak kedua.
Pemain lain, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, mendapat pengalaman sama, yaitu mengalahkan Fajar/Rian pada perempat final Hylo Terbuka, di Jerman, dua pekan lalu. Adapun Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin menang atas Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan pada babak dan turnamen yang sama.
Bagi Fikri, bertemu dengan senior pada turnamen tak membuatnya tertekan. Dia justru bisa tampil tanpa beban. Pola pikir itu pula yang dia terapkan dalam turnamen-turnamen level tinggi, yaitu Super 500 ke atas, yang mulai intens diikuti pada tahun ini.
”Bermain pada level atas justru membuat saya lebih percaya diri, tidak ada beban karena berhadapan dengan pemain-pemain senior. Kami justru termotivasi untuk bisa menambah poin untuk menaikkan peringkat dunia,” ujar Fikri yang saat ini berperingkat ke-31 dunia.
Bermain pada level atas justru membuat saya lebih percaya diri, tidak ada beban karena berhadapan dengan pemain-pemain senior.
Rasa percaya diri itu didapat berkat proses latihan selama tidak ada turnamen pada hampir sepanjang tahun 2020 karena pandemi Covid-19. Setelah hanya tampil dalam satu hingga tiga turnamen, mereka hanya bisa berlatih di Cipayung sejak Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) menghentikan turnamen pada Maret 2020. PP PBSI tetap menggelar latihan bagi atlet. Mereka, bahkan, tidak diperbolehkan pulang, termasuk pada libur akhir pekan.
Selama proses inilah, para generasi penerus itu mendapat pelajaran dari senior mereka. Yeremia, misalnya, mencontoh cara bermain Hendra yang menurut dia memiliki pukulan paling berkualitas. Sementara, Pramudya mencontoh kelebihan dari setiap senior.
”Saya mencontoh ketekunan Koh Hendra dan semangat pantang menyerah Bang Ahsan. Koh Sinyo juga selalu terlihat bersemangat, sementara dari Mas Kevin, saya mencontoh teknik pukulannya,” tutur Pramudya.
Pelajaran-pelajaran itu mereka praktikkan hingga menghasilkan gelar juara Belgia International Challenge dan semifinal Hylo Terbuka. ”Kami ingin bisa lebih konsisten dalam turnamen level tinggi karena itu menjadi tes mental bagi kami setelah latihan panjang,” kata Pramudya yang akan berhadapan dengan unggulan kedelapan, Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov (Rusia), pada babak pertama Indonesia Masters.
Perkembangan Pramudya dan kawan-kawan juga dipuji senior mereka. Fajar mengatakan, kondisi seperti saat ini bernilai positif untuk masa depan ganda putra.
”Selama ini, kami berlatih bersama. Mereka mendapat rekan latih tanding yang bagus, jadi, tidak heran mereka cepat berkembang,” kata Fajar.
Kevin mengatakan hal serupa. Latihan saat tak ada turnamen membuat pemain pelapis bisa berlatih intens dengan tiga pasangan senior berperingkat sepuluh besar dunia. ”Berdasarkan faktor teknik, saya kira tidak ada perbedaan besar di antara kami dengan mereka. Pemain-pemain pelapis sudah mendekati kemampuan kami,” katanya.
Meski mulai memperlihatkan perkembangan, Fikri maupun Pramudya selalu mengingatkan diri sendiri bahwa mereka masih memiliki banyak faktor yang harus ditingkatkan. ”Kemenangan atas senior membuat kami percaya diri, tetapi kami harus tetap berkembang karena level kami masih di bawah para senior. Menurut saya, tahap kemampuan kami baru bisa mendekati mereka,” kata Fikri.
Hendra pun selalu mengingatkan agar pemain-pemain muda dalam rentang usia 20-23 tahun itu jangan cepat puas. ”Sejauh ini sudah lumayan, tetapi harus lebih stabil lagi karena mereka belum bertemu banyak pemain-pemain top dunia lainnya,” kata pemain yang telah memiliki gelar juara dunia dan Olimpiade itu.