Maria Natalia Londa, Jembatan Regenerasi Pelompat Putri Indonesia
Ratu lompat jauh Indonesia Maria Natalia Londa sudah berniat pensiun sebagai atlet. Namun, panggilan jiwa untuk membantu regenerasi atlet membuatnya menunda rencana tersebut dalam waktu dekat ini.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Atlet lompat jauh Bali Maria Natalia Londa menunjukkan medali emas yang diperolehnya hasil dalam final nomor lompat jauh putri cabang atletik PON Papua 2021 di Stadion Atletik Mimika Sport Center, Kota Timika, Kabupaten Timika, Papua, Selasa (5/10/2021). Maria Natalia Londa menjuarai nomor ini dengan hasil lompatan 6,26 meter. Hasil lompatan ini mengantarkannya meraih medali emas. Medali perak diraih oleh atlet NTB Rohani dan medali perunggu diraih oleh atlet Papua Vinsensia Awutet Amjaram.
Ratu lompat jauh Indonesia Maria Natalia Londa (31) menyatakan pensiun sehabis SEA Games Filipina 2019. Namun, dia mengubah haluan karier untuk tetap eksis dalam waktu dekat. Itu demi tujuan mulianya yang ingin menjembatani regenerasi atlet lompat jauh putri nasional.
”Tadinya, saya niat pensiun setelah SEA Games 2019. Tetapi, karena jarak prestasi saya dan para yunior saya masih jauh, saya jadi berat untuk pensiun sekarang,” ujar Maria sehabis latihan di pelatnas atletik di Stadion Madya Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (5/11/2021).
Setelahupacara pengalungan medali lompat jauh putri SEA Games 2019 di Stadion Atletik, New Clark City, Filipina, Minggu (8/12/2019), Maria yang meraih emas dengan lompatan 6,47 meter mengumumkan bahwa itu menjadi emas sekaligus medali terakhirnya di SEA Games. Saat itu, atlet bertinggi 165 sentimeter ini telah membulatkan tekad mengakhiri kariernya sebagai atlet alias pensiun.
”Saya ingin undur diri dari lompat jauh yang sudah saya geluti selama 20 tahun. Saya rasa ini adalah penutup karier sekaligus perpisahan yang manis dengan dunia atletik yang telah membesarkan saya selama ini,” kata Maria pada momen yang penuh haru tersebut.
Saya rasa ini adalah penutup karier sekaligus perpisahan yang manis dengan dunia atletik yang telah membesarkan saya selama ini.
Pengoleksi emas lompat jauh Asian Games Incheon 2014 ini ingin pensiun karena cedera lutut berkepanjangan dan ingin fokus ke keluarga. Maria cedera ligamen lutut kanan dan kiri seusai merebut emas bersejarah dalam SEA Games Singapura 2015. Ketika itu, atlet kelahiran Denpasar, Bali, ini berhasil memecahkan rekor nasional dengan lompatan 6,70 meter dan lolos ke Olimpiade Rio 2016.
Cedera itu tak pernah pulih 100 persen. Empat tahun terakhir, Maria berkarier dalam bayang-bayang cedera yang membuat pasang surut prestasi dan suasana hatinya. Setelah emas lompat jauh dan lompat jangkit SEA Games 2015, dirinya tidak pernah lagi meraih emas di ajang muticabang internasional. Pada SEA Games Malaysia 2017, ia hanya merebut perak lompat jauh dan lompat jangkit. Di Asian Games Jakarta-Palembang 2018, dia gagal mendapatkan medali.
Awal 2019, Maria dihantam cedera achilles (tendon bagian belakang tungkai kaki bawah) dan engkel kaki kanan. Cedera itu membuatnya benar-benar putus asa dan ingin segera mengakhiri karier. Berkat dukungan orang-orang terdekat, dia coba menunda pensiun hingga tuntas SEA Games 2019. Semangat kian tumbuh karena dirinya sukses meraih emas lompat jauh Kejuaraan Nasional Atletik 2019 dengan lompatan terbaik 6,68 meter atau kurang 0,02 meter dari rekornasnya.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Ratu lompat jauh Indonesia Maria Natalia Londa berpose sehabis latihan bersama pelatnas di Stadion Madya Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (6/11/2021). Maria menyatakan pensiun sehabis SEA Games Filipina 2019. Namun, dia mengubah haluan karier untuk tetap eksis dalam waktu dekat. Itu demi tujuan mulianya yang ingin menjembatani regenerasi atlet lompat jauh putri nasional.
Kembali ke pelatnas
Akan tetapi, ada pemandangan unik tahun ini. Maria masih berlaga di Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021 dan tetap berlatih di pelatnas sehabis PON. Ternyata, atlet kelahiran 29 Oktober 1990 ini telah bergabung ke pelatnas sejak April 2021 dan kemungkinan terus berlanjut untuk mempersiapkan diri tampil di SEA Games Vietnam 2021 pada Mei 2022, ke Islamic Solidarity Games Konya, Turki 2022 pada Agustus, atau ke Asian Games Hangzhou 2022 pada September.
Maria coba kembali menunda niatnya meninggalkan lapangan atletik setidaknya dalam waktu dekat. Kali ini, niat itu timbul bukan karena alasan mengejar prestasi, melainkan dia punya tanggung jawab moral dengan situasi prestasi lompat jauh putri nasional. Sampai saat ini, belum ada pelompat jauh putri muda atau yunior yang bisa mendekati prestasinya.
Berkaca dari Kejuaraan Nasional 2019, capaian Maria berjarak nyaris 1 meter di atas peraih perak asal NTB, Rohani dengan lompatan 5,82 meter, dan lebih dari 1 meter di atas peraih perunggu asal Yogyakarta, Nica Beta Ayu dengan lompatan 5,54 meter.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Aksi atlet lompat jauh Bali Maria Natalia Londa dalam final nomor lompat jauh putri cabang atletik PON Papua 2021 di Stadion Atletik Mimika Sport Center, Kota Timika, Kabupaten Timika, Papua, Selasa (5/10/2021). Maria Natalia Londa menjuarai nomor ini dengan hasil lompatan 6,26 meter. Hasil lompatan ini mengantarkannya meraih medali emas.
Kondisi itu berlanjut di PON Papua, Maria cukup melakukan dua kali lompatan dari enam kesempatan untuk memastikan merebut emas. Lompatan keduanya mencapai jarak 6,26 meter. Itu pun sangat jauh di atas dua pesaingnya, yakni perak dengan 5,79 meter oleh Rohani dan perunggu dengan 5,72 meter oleh atlet Papua, Vinsensia Awutet Amjaram.
Tak cuma di lompat jauh, Maria juga masih mendominasi lompat jangkit putri nasional. Setelahmeraih emas di Kejuaraan Nasional 2019, dia merebut perak SEA Games 2019, dan emas PON Papua. Bahkan, di PON Papua, dirinya memecahkan rekor PON atas namanya sendiri, yakni dari 13,52 meter pada PON Jawa Barat 2016 menjadi 13,60 meter.
Menurut Maria, rentetan prestasi itu membuatnya bangga, tetapi sekaligus iba. Dia cukup miris karena kemampuannya belum bisa diimbangi yuniornya. ”Rasanya tidak enak hati kalau saya pensiun sekarang. Saya takut prestasi lompat jauh putri Indonesia di level internasional terputus, khususnya di SEA Games,” ungkapnya.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Pelompat jauh putri Indonesia Maria Natalia Londa merayakan emas lompat jauh putri SEA Games 2019 di Stadion Atletik, New Clark City, Filipina, Minggu (8/12/2019). Dalam final itu, Maria berhasil meraih emas dengan lompatan terbaik 6,47 meter.
Membantu regenerasi
Dengan menunda pensiun ini, Maria ingin membantu menjembatani regenerasi pelompat jauh putri di pelatnas. Dia memang bukan pelatih, tetapi bisa menjadi atlet senior yang mendampingi para yunior selama latihan. Dirinya berkomitmen berbagi ilmu dan pengalaman kepada para yuniornya.
Itu diharapkan bisa berkontribusi melahirkan andalan baru Indonesia di lompat jauh putri. ”Kalau jadi pelatih, saya tidak berbakat karena saya orangnya kurang sabaran. Jadi, saya lebih baik jadi pembimbing atlet yunior saja,” terangnya.
Keputusan itu bukan keputusan mudah. Maria harus mengorbankan kepentingan pribadi untuk menjalani misi tersebut. Paling tidak, dia mesti meninggalkan ibunya, Anastasia Ariningsih, tinggal sendiri di Bali.
Maria pun mau tak mau meninggalkan sementara kuliah S-2 Program Studi Pendidikan Olahraga, Universitas Pendidikan Ganesha di Singaraja, Bali. Maria juga menunda memiliki momongan seusai menikah dengan mantan rekannya sesama atlet, I Made Sukariata pada 19 Januari 2019.
Kalau jadi pelatih, saya tidak berbakat karena saya orangnya kurang sabaran. Jadi, saya lebih baik jadi pembimbing atlet yunior saja.
Selain itu, Maria perlu beradaptasi dengan lingkungan baru tetapi lama di Jakarta. Selama ini, dia latihan di Bali dengan pelatihnya sejak usia 9 tahun, I Ketut Pageh. Akan tetapi, Pageh tidak bisa ikut hijrah ke Jakarta. Peran Pageh digantikan oleh Made yang sering kali canggung menegur Maria dalam latihan.
Bagi Maria, itu semua bentuk pengorbanannya untuk bangsa dan negara. ”Kalau sudah ada atlet muda yang mendekati atau lebih baik dari saya, barulah saya bisa benar-benar mengakhiri karier dengan lega,” tuturnya.
Anggota Komisi Pelatih Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia Agustinus Ngamel menyampaikan, Maria merupakan pemegang rekor remaja, yunior, dan senior di lompat jauh maupun lompat jangkit, serta masih bagus hingga saat ini. Segenap pengalaman Maria diharapkan bisa turut membantu mengorbitkan atlet muda di kedua nomor spesialisnya tersebut.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Pelompat jauh putri andalan Indonesia Maria Natalia Londa (kanan) dan suami sekaligus pelatihnya, I Made Sukariata, berpose sehabis latihan di pelatnas atletik PB PASI di Stadion Madya Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (5/11/2021).
Maria Natalia Londa
Lahir: Denpasar, Bali, 29 Oktober 1990
Prestasi:
- Emas lompat jauh Asian Games Incheon 2014
- Perak lompat jauh Islamic Solidarity Games Baku 2017
- Emas lompat jauh dan perak lompat jangkit SEA Games Filipina 2019
- Perak lompat jauh dan lompat jangkit SEA Games Malaysia 2017
- Emas lompat jauh dan lompat jangkit SEA Games Singapura 2015
- Emas lompat jauh dan lompat jangkit SEA Games Myanmar 2013
- Perak lompat jauh dan lompat jangkit SEA Games Indonesia 2011
- Perunggu lompat jauh dan lompat jangkit SEA Games Laos 2009
- Rekor nasional lompat jauh dengan 6,70 meter pada SEA Games 2015
- Rekor nasional lompat jangkit dengan 14,17 meter pada SEA Games 2013