Peparnas Papua menghadirkan sejuta kisah bagi para atlet disabilitas. Dengan kesetaraan yang ditampilkan sejak awal hingga akhir, mereka merasakan kemenangan terbesar dalam hidup sebagai disabilitas.
Oleh
KELVIN HIANUSA, FABIO MARIA LOPES COSTA
·4 menit baca
KOMPAS/Ferganata Indra Riatmoko
Atraksi kembang api memeriahkan acara penutupan Pekan Paralimpiade Nasional Papua 2021 di Stadion Mandala, Jayapura, Papua, Sabtu (13/11/2021). Peparnas yang berlangsung sejak 5 November itu ditutup oleh Presiden Joko Widodo.
JAYAPURA, KOMPAS — Upacara penutupan Peparnas Papua 2021 tidak hanya mengakhiri pesta terbesar olahraga disabilitas di Tanah Air. Sukses penyelanggaraan ajang yang mempertemukan semangat prestasi dan kemanusiaan ini juga membuktikan, kaum disabilitas punya tempat setara di masyarakat. Mereka sedang berada di puncak penerimaan tertinggi.
Setelah berlangsung selama sembilan hari, Peparnas Papua resmi ditutup Presiden Joko Widodo di Stadion Mandala, Kota Jayapura, Sabtu (13/11/2021). Presiden yang berhalangan hadir pada pesta pembukaan menepati janjinya untuk menutup Peparnas.
”Kinerja tuan rumah Papua luar biasa. Penyelenggaraan PON dan Peparnas luar biasa. Sportivitas dan prestasi para atlet juga luar biasa. Malam hari ini Peparnas ke-16 secara resmi saya tutup. Sampai jumpa di Sumut dan Aceh,” ucap Presiden Jokowi, yang disambut dengan tepukan tangan sekitar 7.000 penonton di tribune stadion.
Presiden yang menonton pertandingan judo tunanetra dan bulu tangkis sebelum ke Stadion Mandala memuji persaingan, kesetaraan, dan keberagaman yang terpampang selama Peparnas. Dia berharap momentum Peparnas kali ini bisa semakin melecut prestasi olahraga Paralimpiade.
KOMPAS/Ferganata Indra Riatmoko
Presiden Joko Widodo menyapa para atlet peserta Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) Papua 2021 saat acara penutupan Peparnas di Stadion Mandala, Jayapura, Papua, Sabtu (13/11/2021). Kontingen tuan rumah Papua tampil sebagai juara umum dengan perolehan 127 medali emas, 86 medali perak, dan 93 medali perunggu.
”Peparnas menyampaikan banyak pesan, menunjukkan kesulitan bukanlah halangan. Dengan konsistensi dan kerja keras, kesulitan bisa kita atasi. Bahkan, berbagai prestasi bisa kita raih untuk mengharumkan nama bangsa dan negara. Semua bukan lagi torang bisa, tetapi torang hebat!” tambah Presiden.
Sepanjang Peparnas, semangat kemanusiaan menyala terang. Saling tolong dan dukung terlihat, sebelum, selama, dan setelah laga. Para pelatih dan staf juga menjaga atletnya dengan sepenuh hati. Mereka berlaku seperti kakak dan orangtua untuk mengurusi atlet di dalam dan luar lapangan.
Arena pertandingan di Papua terasa seperti dunia baru. Atlet yang menggunakan kursi roda, kaki palsu, hingga tongkat sudah menjadi pemandangan lazim. Semua atlet tunadaksa, tunagrahita, tunanetra, dan tunarungu bisa berekspresi tanpa harus merasa malu karena stigma masyarakat.
Pemandangan kesetaraan itulah yang kembali ditampilkan dalam meriahnya pesta penutupan. Warga disabilitas menjadi pusat pesta. Di awal acara, ratusan atlet dan ofisial dari 12 cabang disambut seperti idola yang berjalan di karpet merah di depan panggung. Penonton dan undangan di tribune bersorak mengelukan mereka, yang dibalas dengan lambaian tangan dan senyum lebar.
KOMPAS/Ferganata Indra Riatmoko
Penampilan pesawat nirawak dalam bermacam formasi menyemarakkan acara penutupan Pekan Paralimpiade Nasional Papua 2021 di Stadion Mandala, Jayapura, Papua, Sabtu (13/11/2021). Peparnas berikutnya akan diselenggarakan di Aceh dan Sumatera Utara.
Dua paralimpian, pebulu tangkis Leani Ratri Oktila dan lifter Ni Nengah Widiasih, turut ambil bagian dalam puncak acara. Kedua ”Srikandi” ini membacakan puisi berjudul ”Suara Hatiku” karya Setiono H, berisi tentang inspirasi kebangkitan.
Senny Marbun, Ketua Komite Paralimpiade Indonesia (NPC), berkata, Peparnas ini menjadi perjalanan panjang yang penuh makna. Banyak air mata untuk menggapai prestasi. Tetapi, semua itu sepadan karena olahraga disabilitas akan semakin berkembang setelah Peparnas. Penyandang disabilitas pun tidak lagi terjebak dalam diskriminasi.
Peparnas menyampaikan banyak pesan, menunjukkan kesulitan bukanlah halangan. Dengan konsistensi dan kerja keras, kesulitan bisa kita atasi. Bahkan, berbagai prestasi bisa kita raih untuk mengharumkan nama bangsa dan negara.
”Dulu olahraga disabilitas hanya menjadi instrumen pelengkap dan dianggap sebagai beban. Sekarang semua sudah berubah,” ucapnya yang duduk di kursi roda, di sebelah Presiden.
Kehadiran Presiden menyempurnakan pesta penutupan. Bagi atlet disabilitas, kehadiran Kepala Negara ini lebih dari sekadar formalitas. Jokowi sudah dianggap sebagai bapak kesetaraan. Sejak era kepemimpinannya, atlet Paralimpiade mendapat penghargaan, dari pembinaan dan bonus, setara dengan nondisabilitas.
KOMPAS/Ferganata Indra Riatmoko
Penampilan grup band Kotak menyemarakkan acara penutupan Pekan Paralimpiade Nasional Papua 2021 di Stadion Mandala, Jayapura, Papua, Sabtu (13/11/2021).
”Buat kami, arti kedatangan Pak Jokowi ke sini seperti bukti ucapan beliau. Kesetaraan antara disabilitas dan nondisabilitas benar adanya. Itu semakin meyakinkan kami yang sudah merasakan perubahan signifikan dalam kesetaraan itu,” kata Leani saat diwancarai di GOR Cendrawasih, seusai menyabet satu emas tunggal putri kelas elite SL4.
Sama seperti saat pembukaan, penutupan juga menampilkan atraksi 500 pesawat nirawak dan pesta kembang api. Ada juga hiburan dari band rock Ibu Kota, Kotak, yang menyanyikan salah satu tembang berjudul ”Terbang”. Lagu itu membuat seisi stadion bergoyang.
Selain kesetaraan, prestasi atlet juga berkilauan di Peparnas. Ajang empat tahunan ini menjadi muara kejutan wajah-wajah baru dan perlawanan para veteran. Pertemuan itu menghasilkan kompetisi sengit.
Hasilnya, 148 rekor Peparnas sukses dipecahkan dari cabang atletik, renang, dan angkat berat. Pemecahan rekor mayoritas diciptakan oleh para pendatang baru ataupun atlet non-pelatnas.
KOMPAS/Ferganata Indra Riatmoko
Penari membawakan tari tradisional dari sejumlah daerah di Papua dalam acara penutupan Pekan Paralimpiade Nasional Papua 2021 di Stadion Mandala, Jayapura, Papua, Sabtu (13/11/2021).
Sukses tuan rumah
Tuan rumah Papua mengakhiri perjalanan sebagai juara umum dengan raihan 127 emas, 86 perak, dan 93 perunggu. Meskipun banyak mengambil atlet kelahiran daerah lain, prestasi dari ujung timur ini bisa menjadi titik awal harapan semakin luasnya pembinaan.
Papua juga terbilang sukses sebagai tuan rumah. Para atlet dan ofisial mendapatkan akses standar disabilitas dari transportasi, penginapan, hingga arena pertandingan. Salah satu catatan krusial hanya keterlambatan makanan untuk para atlet pada dua hari awal Peparnas.
”Penyelenggaraan Peparnas di Papua ini merupakan bukti dari sinergisitas yang terbangun dengan amat baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Akselerasi pembangunan infrastruktur olahraga yang mengedepankan sarana ramah disabilitas adalah bukti serius Provinsi Papua untuk menjadi daerah dengan misi provinsi olahraga,” kata Gubernur Papua Lukas Enembe.