Papua dan Indonesia Bersenyawa Menepis Semua Keraguan
Jelang penutupan Peparnas Papua 2021, pemerintah pusat menilai Papua sukses menjadi tuan rumah PON maupun Peparnas. Itu membuktikan bahwa Papua dan Indonesia bersenyawa dalam satu tujuan menepis semua keraguan yang ada.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH, FABIO MARIA LOPES COSTA
·5 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS – Jelang penutupan Pekan Paralimpiade Nasional atau Peparnas Papua 2021 di Stadion Mandala, Kota Jayapura, Sabtu (13/11/2021) malam WIT, pemerintah pusat menilai Papua sukses menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional dan Peparnas. Kesuksesan itu menjadi bukti, Papua dan Indonesia sudah sangat bersenyawa dan menyatu dalam semangat dan tujuan, serta senasib dan sepenanggungan menepis semua keraguan yang ada.
”Dulu menjelang pelaksanaan PON dan Peparnas di Papua, kami mencatat banyak kekhawatiran terkait kemanan, ketertiban protokol kesehatan Covid-19, sambutan publik, dan lain-lain. Tetapi, hasilnya luar biasa. Itu bukti bahwa Papua sama dengan daerah lain, bisa aman, bisa meriah, bisa hidup nyaman, dan juga tenang. Oleh karena itu, mari ke depan, kita hidup normal sebagai satu bangsa,” ujar Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD dalam konferensi pers daring, Jumat (12/11).
Mahfud mengatakan, pemerintah pusat memberikan apresiasi tertinggi kepada Papua karena dianggap sukses menyelenggarakan PON di empat kluster selama 2-15 Oktober dan Peparnas di dua kluster selama 5-13 November. Nyaris tidak ada gangguan yang dikhawatirkan selama pelaksanaan dua ajang tersebut.
Terkait pandemi Covid-19 misalnya, pemerintah mengakui bahwa ada yang terinfeksi selama PON. Namun, semuanya tertanggani dengan baik sehingga tidak ada korban jiwa atau meninggal dunia. ”Kesuksesan itu membuktikan bahwa Papua salah satu kekuatan olahraga nasional yang mampu mengedepankan solidaritas, persatuan, dan kesatuan Indonesia,” katanya.
Mahfud menuturkan, Peparnas Papua yang dibuka pada 5 November akan ditutup pada 13 November. Pemerintah pusat berharap semua pihak tetap fokus memastikan kelancaran Peparnas dalam waktu kurang lebih 24 jam sebelum penutupan. ”Agar rasa manis dan sedap dari PON maupun Peparnas bisa dinikmati sampai tuntas,” ungkapnya.
Dihadiri Presiden
Upacara penutupan akan dihadiri Presiden Joko Widodo. Presiden memastikan bahwa Papua selalu ada di hatinya. Maka itu, setelah membuka PON, Presiden ingin menuntaskan rangkaian kegiatan olahraga nasional terbesar di Papua dengan menutup Peparnas. ”Dengan kesuksesan PON dan Peparnas, kita jaga Indonesia. Dari Merauke-Sabang, kita pelihara. Dari Pulau Miangas-Pulau Rote, kita bangun bersama,” tutur Mahfud.
Sebanyak 4.100 personel gabungan TNI/Polri dipastikan mengawal rangkaian penutupan Peparnas. Tak hanya mengamankan acara di Stadion Mandala, mereka turut mengawal sejumlah agenda Presiden yang direncanakan bertemu dengan masyarakat dan mengunjungi arena Peparnas.
Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Ignatius Yogo Triyono mengutarakan, aparat TNI/Polri yang terlibat untuk melakukan pengamanan diharapkan menggunakan pendekatan humanis kepada masyarakat saat kunjungan Presiden. ”Aparat TNI/Polri mendapat apresiasi dari semua pihak, baik pemerintah daerah maupun pusat serta dari kementerian karena pelaksanaan PON berjalan sukses. Saya berharap penutupan Peparnas pun berjalan aman dan lancar," ujar Pangdam.
Secara keseluruhan, sampai Jumat pukul 20.00 WIT, Papua masih berada di peringkat pertama perolehan medali Peparnas. Papua mengumpulkan 114 perak, 72 perak, dan 75 perunggu. Jawa Barat berada di urutan kedua dengan 81 emas, 73 perak, dan 62 perunggu. Jawa Tengah di tempat ketiga dengan 79 emas, 49 perak, dan 66 perunggu.
Membuka mata daerah
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyampaikan, kesuksesan Peparnas membuka mata semua kepala daerah bahwa kelompok disabilitas memiliki potensi yang sama dengan nondisabilitas untuk berkarier dan berprestasi di segala bidang, termasuk dalam olahraga. Untuk itu, dia mendorong semua kepala daerah untuk melakukan arah pembangunan yang memperhatikan kebutuhan kelompok disabilitas.
Kesuksesan itu membuktikan bahwa Papua salah satu kekuatan olahraga nasional yang mampu mengedepankan solidaritas, persatuan, dan kesatuan Indonesia.
Aksesibilitas menjadi yang harus benar-benar diperhatikan, seperti jalan umum, gedung perkantoran, atau fasilitas umum yang menyediakan jalur disabilias. ”Ini membantu pula untuk saudara-saudara disabilitas berkarier. Mereka pun punya peluang untuk bekerja di kantor pemerintahan atau sebagai ASN. Ini semua prinsip dasar dan semangat kita semua untuk memberikan kesetaraan antara kelompok disabilitas dan nondisabilitas,” kata Tito.
Berkaca dari Peparnas, masih ada provinsi yang tidak mengirimkan kontingennya. Dari 34 provinsi, Sulawesi Barat menjadi satu-satunya provinsi yang tidak berpartisipasi. Padahal, Tito mengungkapkan, dirinya telah mengirim surat edaran kepada semua gubernur agar memberikan dukungan anggaran dan mengirimkan atletnya.
”Kami akan meminta staf kami untuk menanyakan kepada Gubernur Sulawesi Barat apa yang menjadi hambatan sehingga mereka tidak ikut Peparnas. Yang jelas, semuanya bisa lihat bahwa Peparnas ini banyak melahirkan rekor baru. Itu menjadi bukti dan membuka mata kepala daerah bahwa saudara para difabel memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan nondifabel,” tegas Tito.
Jaga warisan
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali mengatakan, usai sukses penyelenggaraan, dirinya berharap Pemerintah Provinsi Papua bisa menjaga momentum semangat olahraga dari PON dan Peparnas. Semua arena yang dibangun mesti dioptimalkan menjadi tempat pembinaan atlet, dan rutin melaksanakan kegiatan olahraga untuk disabilitas maupun nondisabilitas.
”Sebagaimana Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang disahkan pada peringatan Hari Olahraga Nasional, 9 November lalu, ada 10 sentra pembinaan atlet di Indonesia, yang salah satunya di Papua. Gubernur Papua (Lukas Enembe) sudah berniat untuk merawat dan menyelenggarakan ajang olahraga level internasional, paling tidak di wilayah Pasifik, usai PON dan Peparnas. Kami pasti mendukung agar warisan PON dan Peparnas ini tidak terlantar, seperti di beberapa kota tuan rumah sebelumnya,” tutur Zainudin.
Zainudin menuturkan, pemerintah pusat melalui DBON juga memastikan terus berkomitmen menjaga semangat pembinaan yang setara untuk olahraga disabilitas dan non disabilitas. Salah satu bentuknya, pemerintah akan membangun pusat pelatihan nasional disabilitas di Solo, Jawa Tengah yang punya fasilitas setara dengan yang akan dimiliki nondisabilitas di Cibubur, Jakarta Timur.
Wakil Sekretaris Jenderal NPC Indonesia Rima Ferdianto mengutarakan, untuk menjaga semangat pembinaan olahraga disabilitas, Indonesia dan Thailand menawarkan diri sebagai tuan rumah alternatif ASEAN Para Games 2021. Adapun Vietnam menyatakan hanya ingin menjadi tuan rumah SEA Games 2021 pada Mei 2022.
”Kami tidak ingin ASEAN Para Games 2021 tidak diselenggarakan karena ASEAN Para Games 2020 di Filipina telah dibatalkan. Kami ingin menjaga momentum pembinaan di Indonesia setelah sukses menjadi juara umum ASEAN Para Games 2017 di Malaysia dan merebut dua emas, prestasi tertinggi Indonesia pada Paralimpiade Tokyo 2020. ASEAN Para Games sangat penting untuk menyiapkan atlet sebelum Asian Para Games Hangzhou 2022,” pungkasnya.