Memasuki usia kepala tiga, ratu lompat jauh Indonesia Maria Natalia Londa belum berhenti mengejar prestasi terbaik. Itu diupayakannya dengan mencoba teknik baru agar membuka peluang bisa mencatat lompatan lebih baik.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Ratu lompat jauh Indonesia Maria Natalia Londa berlatih penguatan otot di Stadion Madya Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (9/11/2021). Maria menjajal teknik baru untuk mencatat lompatan lebih baik. Untuk bisa mempraktikan teknik itu, Maria perlu memperkuat sejumlah otot terutama di paha, pinggul, dan perut.
JAKARTA, KOMPAS – Memasuki usia kepala tiga, ratu lompat jauh Indonesia Maria Natalia Londa belum berhenti mengejar prestasi terbaik. Hal itu tampak dari upaya atlet kelahiran Denpasar, Bali ini menjajal teknik baru untuk mencatat lompatan lebih baik.
Maria (31) terus beradaptasi dengan kebiasaan baru itu dan coba mempraktikannya dalam Golden Fly Series 2021 di Phuket, Thailand, 3-5 Desember. Golden Fly adalah seri kejuaraan dunia khusus nomor nomor lompat dan loncat. Gelaran itu diikuti atlet berdasarkan undangan. Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) menyodorkan empat nama atlet, tetapi yang disetujui panitia hanya Maria.
”Saya dapat masukan ini dari Harry Marra (konsultan kepelatihan dari Amerika Serikat) sewaktu mendampingi pelatnas (Juni-Oktober). Selain ada peluang meningkatkan hasil lompatan, ini tantangan baru yang memacu semangat saya agar tidak jenuh setelah lebih dari 20 tahun terbiasa dengan kebiasaan lama,” ujar Maria usai latihan di Stadion Madya, Jakarta, Selasa (9/11/2021).
Dalam latihan ini, Maria melakukan program penguatan otot. Ada belasan gerakan yang dilakukannya sejak pukul 08.00 hingga 10.00. Gerakan itu lebih banyak fokus pada otot bagian paha, pinggul, dan perut. ”Latihan ini untuk menunjang saya mempraktikan teknik baru,” kata Maria.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Ratu lompat jauh Indonesia Maria Natalia Londa berlatih penguatan otot di Stadion Madya Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (9/11/2021). Maria menjajal teknik baru dan ingin mencobanya pada turnamen Golden Fly Series 2021 di Phuket, Thailand, 3-5 Desember 2021.
Tiga masukan
Maria mengatakan, ada tiga masukan yang diberikan Marra. Pelatih senior itu menyarankan Maria mengubah teknik start dari berdiri tegak dan memulai lari dari check point start menjadi flying start, atau mengambil ancang-ancang lari lima meter sebelum check point tersebut. Hal itu agar atlet Maria ini mendapatkan tambahan kecepatan untuk melompat.
Marra juga menyarankan Maria mengubah teknik take off atau bertolak. Biasanya, dia take off tanpa jeda dari start ke papan take off, dan langsung melompat sehingga tubuh cenderung tegak dan condong ke depan. Oleh Marra, Maria diminta melakukan sedikit jeda di papan take off agar tubuh lebih rendah atau jongkok sebelum lepas landas. Hal itu memungkinkan tubuh mendapatkan lebih banyak energi tolakan untuk melompat.
Marra pun menyarankan Maria mengubah teknik mendarat. Selama ini, atlet bertinggi 165 sentimeter ini melayang dengan kaki cenderung ke bawah sehingga terlihat terburu-buru mendarat. Marra meminta dia meluruskan kaki di titik puncak lompatan, yang membuat seperti ada jeda di udara sebelum mendarat.
Menurut Maria, tidak mudah untuk mengubah teknik lompat karena dirinya sudah punya teknik pakem yang terbentuk 20 tahun terakhir. Tak pelak, dia sempat cedera saat melakukan kebiasaan baru tersebut. Suatu kali, otot pinggulnya cedera tatkala mencoba teknik take off yang disarankan Marra. Hal itu karena otot pinggulnya kurang terlatih.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Ratu lompat jauh Indonesia Maria Natalia Londa berlatih menguatkan otot didampingi pelatih I Made Sukariata di Stadion Madya Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (9/11/2021).
Maka itu, Maria belum sempat mencoba teknik baru itu dalam Pekan Olahraga Nasional Papua 2021. ”Dalam teknik lama, saya lebih mengandalkan otot hamstring (atau paha),” ungkap atlet pengoleksi emas lompat jauh putri Asian Games Incheon 2014 tersebut.
Tidak menyerah
Namun, Maria tidak mau menyerah. Dia berkomitmen untuk mematangkan teknik baru tersebut. Apalagi dampaknya positif dan sangat terasa dalam latihan. Dengan teknik lama, rata-rata lompatan latihannya sekitar 6,2-6,3 meter. Sejak mencoba teknik baru, lompatan sejauh 6,4-6,5 meter lebih mudah tercapai.
Selain ada peluang meningkatkan hasil lompatan, ini tantangan baru yang memacu semangat saya agar tidak jenuh setelah lebih dari 20 tahun terbiasa dengan kebiasaan lama.
Maria tak sabar mencoba teknik baru dalam kesempatan berpartisipasi di Golden Fly Series. ”Untuk menjalani kebiasaan baru ini, yang paling utama kepercayaan diri. Saya ingin memulainya di Golden Fly. Di kejuaraan itu, saya memang tidak ada target khusus. Lagi pula, ajang itu menjadi tempat saya untuk mengeimbalikan atmosfer persaingan internasional setelah dua tahun vakum karena pandemi Covid-19,” terangnya.
I Made Sukariata, pelatih sekaligus suami Maria, menyampaikan, merekontruksi ulang teknik Maria itu gampang-gampang susah. Dari segi tantangan, Maria butuh menyesuaikan lagi ototnya agar bisa beradaptasi dengan teknik baru. Hal itu mesti dijalani dengan sabar karena usia Maria yang tak muda lagi dan memiliki riwayat cedera.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Ratu lompat jauh Indonesia Maria Natalia Londa berlatih penguatan otot paha, pinggul, dan perut di Stadion Madya Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (9/11/2021).
Dari sisi positif, Maria adalah atlet berpengalaman yang paham betul dengan seluk beluk pelatihan lompat jauh. Hal itu membuatnya mudah mencerna dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru tersebut. ”Kami yakin kalau semua persiapan mulus, Maria bisa mencatat prestasi lebih baik dengan perbaikan-perbaikan tersebut. Mudah-mudahan, dia bisa memecahkan rekornas menjadi 6,71 meter atau 6,82 meter sekaligus agar mendapatkan tiket ke Kejuaraan Dunia Atletik 2022 di Oregon, AS (15-24 Juli),” jelas Made.
Pelatih kepala PB PASI Agustinus Ngamel mengutarakan, dengan kapasitasnya, Maria masih pelompat jauh putri terbaik di Indonesia dan Asia Tenggara. Untuk itu, dia tetap diandalkan pelatnas sampai sekarang, termasuk untuk SEA Games Vietnam 2021 pada Mei 2022 dan Asian Games Hangzhou 2022 pada September tahun depan.
Dengan segala persiapan yang ada, Maria diharapkan bisa mengeluarkan semua potensi terbaiknya walau tidak muda lagi. ”Turnamen Golden Fly menjadi bagian dari persiapan tersebut. Kami tidak memberi Maria target muluk-muluk, yang penting dia bisa dapat lagi pengalaman berlomba di level internasional. Belum lagi, itu kejuaraan internasional pertamanya dalam dua tahun ini dan ajang ini diikuti oleh atlet-atlet elite dunia,” kata Agustinus.