Pelompat jauh putri Indonesia, Maria Natalia Londa, merasakan kebugarannya kembali seperti masa emasnya. Itu jadi kepercayaan diri untuk memecahkan rekornas atas namanya sendiri dan berprestasi lagi di tingkat Asia.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Pelompat jauh putri andalan Indonesia, Maria Natalia Londa (kiri), sedang melakukan pendinginan sehabis latihan utama di pelatnas atletik PB PASI di Stadion Madya Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (5/11/2021).
Setelah meraih emas lompat jauh putri Asian Games Incheon 2014, atlet lompat jauh kawakan Indonesia, Maria Natalia Londa (31), sulit bersaing di level Asia. Cedera yang menghantam silih berganti menjadi tantangan besar yang menghambat lajunya untuk mempertahankan prestasi. Akan tetapi, kini, Maria merasa fisiknya balik ke masa emasnya tersebut. Dia pun optimistis bisa mengulangi prestasi tujuh tahun lalu dalam ajang multicabang yang menanti pada tahun 2022.
Peluh keringat masih membasahi sekujur tubuh Maria. Namun, raut wajahnya tetap ceria dan penuh semangat. Padahal, Maria baru saja menjalani latihan intensitas tinggi dari sekitar pukul 07.00 hingga 08.00. ”Latihan hari ini hanya sebentar, tetapi sangat melelahkan,” ujar Maria sehabis latihan di Stadion Madya Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (5/11/2021).
Kehadiran Maria di Stadion Madya cukup langka. Sebab, selama ini, atlet kelahiran Denpasar, Bali, itu lebih banyak berlatih di Pulau Dewata. ”Saya di sini sudah sejak April kemarin. Sekarang, pelatnas semuanya terpusat di Jakarta dan Pangalengan, Jawa Barat. Biasanya, saya latihan di Jakarta paling lama dua bulan sebelum ikut SEA Games atau Asian Games. Jadi, ini periode latihan saya yang paling lama di Jakarta,” katanya.
Tidak mudah bagi Maria latihan di Jakarta. Walau atlet senior dan kenal sebagian besar personel pelatnas, atlet kelahiran 29 Oktober 1990 ini tetap butuh adaptasi. ”Sewaktu di Bali, kalau bosan latihan di lintasan, saya bisa latihan di pantai. Di sini, latihannya lebih banyak di lintasan di Stadion Madya. Kalau mau ke pantai, tempatnya jauh. Kalau memang pingin dapat suasana baru, paling latihan joging di hutan kota sekitar Stadion Madya atau ke kawasan Jakarta Utara,” ungkapnya.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Atlet lompat jauh putri andalan Indonesia, Maria Natalia Londa (topi dan baju hitam), sedang mengikuti penutupan sehabis latihan di pelatnas atletik PB PASI di Stadion Madya Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (5/11/2021).
Belum lagi, Maria mesti jauh dari ibunya. Untungnya, dengan bantuan telepon pintar, dia bisa setiap saat menghubungi ibunya melalui sambungan video. ”Ini yang cukup berat karena ibu sendirian di Bali. Tetapi, ibu sudah izinkan saya ke Jakarta,” ucap atlet bertinggi 165 sentimeter tersebut.
Selain beradaptasi dengan lingkungan baru, Maria mesti menyesuaikan diri dengan pelatih berbeda. Sejak awal karier, dia selalu ditangani pelatih I Ketut Pageh. Akan tetapi, Pageh tidak bisa mendampingi ke Jakarta sehingga perannya digantikan oleh suami Maria, I Made Sukariata.
Menurut Maria, tak mudah juga dilatih suami sendiri. Karena istri sendiri, Made sedikit canggung mengingatkan Maria. ”Tetapi, saya terus ingatkan supaya profesional saja. Di tempat latihan, kami bukan lagi suami-istri, tetapi pelatih dan atlet. Jadi, saya minta dia tetap bersikap tegas kalau mau mengingatkan saya,” terang Maria.
Merasa muda kembali
Kendati telah berusia 31 tahun, Maria merasa kondisi fisiknya seperti saat dia berusia 24 tahun ketika meraih emas dengan lompatan sejauh 6,55 meter pada Asian Games 2014, atau usia 25 tahun tatkala merebut emas sekaligus memecahkan rekor nasional lompat jauh putri dengan 6,70 meter pada SEA Games Singapura 2015. Semua cedera yang sempat dirasakannya nyaris tidak menjadi keluhan lagi.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Lompatan atlet lompat jauh Bali, Maria Natalia Londa, dalam final nomor lompat jauh putri cabang atletik PON Papua 2021 di Stadion Atletik Mimika Sport Center, Kota Timika, Kabupaten Mimika, Papua, Selasa (5/10/2021). Maria menjuarai nomor ini dengan hasil lompatan 6,26 meter sehingga mengantarkannya meraih medali emas. Perak diraih atlet NTB, Rohani, dan perunggu milik atlet Papua, Vinsensia Awutet Amjaram.
Itu pula yang mengubah haluan karier Maria. Sebelumnya, seusai membawa pulang emas lompat jauh dan perak lompat jangkit di SEA Games Filipina 2019, Maria berniat pensiun. Ketika itu, dia merasa berat meneruskan karier karena sering mengalami cedera kambuhan dan usia yang cukup senja.
Puncaknya memasuki pandemi Covid-19 pada awal 2020, Maria memutuskan untuk meneruskan kuliah ke jenjang strata dua di Program Studi Pendidikan Olahraga Universitas Pendidikan Ganesha di Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali. ”Waktu itu, saya berpikir buat apa lagi latihan. Lebih baik sekolah saja,” ujarnya.
Ternyata, di bangku kuliah itu, Maria mendapatkan informasi yang menyatakan atlet-atlet di nomor teknik atletik justru semakin matang memasuki usia senja. Tak tertutup kemungkinan, di usia itu mereka bisa memecahkan rekor pribadi.
Selain peluang berprestasi masih ada, saya juga ingin menjembatani regenerasi atlet lompat jauh putri nasional. Kalau pensiun sekarang, jarak prestasi saya dan yunior saya masih jauh.
Ditambah masukan dari keluarga, kerabat, dan Pengurus Provinsi PASI Bali, akhirnya, Maria memutuskan coba tetap meneruskan karier. ”Selain peluang berprestasi masih ada, saya juga ingin menjembatani regenerasi atlet lompat jauh putri nasional. Kalau pensiun sekarang, jarak prestasi saya dan yunior saya masih jauh. Jadi, setidaknya, saya coba tetap di pelatnas sambil membimbing yunior saya,” tuturnya.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Hujan deras mengguyur ketika berlangsung final nomor lompat jauh putri cabang atletik PON Papua 2021 di Stadion Atletik Mimika Sport Center, Kota Timika, Kabupaten Mimika, Papua, Selasa (5/10/2021). Maria Natalia Londa menjuarai nomor ini dengan hasil lompatan 6,26 meter sehingga mengantarkannya meraih medali emas. Perak diraih atlet NTB, Rohani, dan perunggu milik atlet Papua, Vinsensia Awutet Amjaram.
Grafik positif
Keputusan Maria menunda pensiun tidak berlebihan. Sebab, prestasi Maria memang cenderung naik akhir-akhir ini. Di Kejuaraan Nasional Atletik 2019 di Cibinong, Jawa Barat, dia merengkuh emas lompat jauh dan lompat jangkit. Di lompat jauh, dia malah nyaris memecahkan rekornas atas namanya sendiri, yakni mencatat jarak lompatan 6,68 meter.
Pada SEA Games 2019, Maria belum bisa diimbangi oleh pesaingnya di nomor lompat jauh. Dia meraih emas dengan 6,47 meter. Walau tidak menjadi yang terbaik, dia bisa merebut perak lompat jangkit dengan 13,60 meter dalam ajang tersebut.
Maria sangat digdaya di Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021. Dia menyabet emas lompat jauh dan lompat jangkit. Di lompat jangkit, dia justru bisa memecahkan rekor PON atas namanya sendiri, yakni dari 13,52 meter pada PON Jawa Barat 2016 menjadi 13,60 meter pada PON Papua. ”Tadinya, saya ingin memecahkan rekornas di lompat jauh, tetapi sulit karena hujan lebat pas lomba,” jelasnya.
Setelah PON Papua, Maria tidak berlama-lama istirahat. Praktis, dia cuma rehat sepekan dan langsung mulai latihan. Sebab, dia bakal segera kembali berlaga dalam Golden Fly Series di Phuket, Thailand, 3-5 Desember 2021. Dia menjadi satu-satunya wakil Indonesia dalam kejuaraan khusus nomor perlombaan lompat dan loncat tersebut.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Pelompat jauh putri andalan Indonesia, Maria Natalia Londa (kanan), dan suami sekaligus pelatihnya, I Made Sukariata, berpose sehabis latihan di pelatnas atletik PB PASI di Stadion Madya Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (5/11/2021).
Bagi Maria, lomba ini sangat penting untuk mengembalikan kepercayaan dirinya berlaga di level internasional setelah dua tahun vakum karena pandemi Covid-19. ”Saya tidak mematok target muluk-muluk dalam kejuaraan itu. Yang penting saya bisa lomba lagi. Lomba dengan sehat saja sudah sangat bersyukur,” tuturnya.
Nantinya, gelaran itu menjadi bahan evaluasi untuk menyiapkan program lanjutan bagi Maria. Sebab, dia dan rekan-rekannya di pelatnas atletik akan menghadapi jadwal yang cukup padat pada 2022. Tak kurang ada tiga ajang multicabang pada tahun depan, yakni SEA Games Vietnam 2021 pada Mei 2022, Islamic Solidarity Games Konya 2022 pada 9-18 Agustus, dan Asian Games Huangzhou 2022 pada 10-25 September.
Made mengatakan, dirinya menyiapkan program latihan yang sesuai untuk Maria. Dengan usia yang matang, Maria butuh latihan cerdas. Maksudnya, latihan tidak lagi bersifat sporadis atau keras seperti masa muda, melainkan detail kepada yang kurang atau yang perlu ditingkatkan.
”Maria sudah punya teknik yang matang. Jadi, dia tinggal butuh sedikit perbaikan, seperti masukan dari Harry Marra (konsultan pelatihan dari Amerika Serikat) agar Maria mengubah teknik lepas landas dari mengandalkan otot hamstring menjadi otot pinggul. Tujuannya, supaya dia bisa lepas landas lebih rendah sehingga memungkinkan lompatan lebih jauh. Selebihnya, latihan berusaha menjaga fisik agar tidak menimbulkan cedera kambuhan ataupun cedera baru,” ujarnya.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Ratu lompat jauh Indonesia, Maria Natalia Londa, berpose sehabis latihan bersama pelatnas di Stadion Madya Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (5/11/2021). Maria sudah menyatakan pensiun sehabis SEA Games Filipina 2019. Namun, dia mengubah haluan karier untuk tetap eksis dalam waktu dekat. Itu demi tujuan mulianya yang ingin menjembatani regenerasi atlet lompat jauh putri nasional.
Dengan segala persiapan itu, Made yakin Maria bisa memecahkan rekornas lompat jauh pada SEA Games 2021. Dia menargetkan Maria bisa mencatat jarak 6,82 meter agar menembus persyaratan Kejuaraan Dunia Atletik 2022 di Oregon, Amerika Serikat, 15-24 Juli.
Kalau bisa berpartisipasi di Kejuaraan Dunia, target berikutnya adalah berprestasi di Asian Games 2022. ”Dalam teorinya, semakin bertambah usia atlet nomor teknik atletik, seperti lompat jauh ini, maka semakin matang pula tekniknya. Itu memungkinkan mereka mencatat prestasi lebih baik justru di usia matang tersebut,” ujar Made.
Kepercayaan diri Maria dan Made ini menjadi tumpuan harapan PB PASI. Sebab, dunia atletik Indonesia sangat merindukan Maria bisa kembali merebut medali, bahkan emas di level Asia. Potensi itu terbuka karena Maria berada di jalur kebangkitan keduanya.