Selangkah lagi Antonio Conte akan menjadi manajer baru Tottenham Hotspur. Conte perlu melakukan pembenahan besar-besaran di dalam skuad apabila ingin memperbaiki penampilan buruk Spurs pada musim ini.
Oleh
Muhammad Ikhsan Mahar
·6 menit baca
LONDON, SELASA — Berdasarkan sejumlah laporan di Inggris dan Italia, Antonio Conte hanya butuh membubuhkan tanda tangan di kertas kontrak untuk menjadi manajer keempat Tottenham Hotspur dalam tiga tahun terakhir. Andai tidak ada aral, pria berusia 52 tahun itu akan diresmikan sebagai pengganti Nuno Epsirito Santo, Selasa (2/11/2021) siang waktu setempat. Conte bakal menandatangani kontrak hingga Juni 2023.
Conte pun telah berada di London sejak Senin (1/11/2021). Ini adalah kedua kalinya Spurs bernegosiasi dengan Conte setelah kontak pertama gagal, Juni lalu. Kini, Spurs bisa lebih percaya diri untuk merayu Conte karena kehadiran Direktur Teknik Fabio Paratici yang juga berperan mendatangkan Conte ke Juventus pada pertengahan 2011.
Pakar transfer, Fabrizio Romano, mengabarkan, Conte telah mencapai kesepakatan verbal dengan Spurs. Peran Paratici pun amat besar memengaruhi Conte untuk melanggar prinsipnya yang tidak mau menerima tawaran klub ketika musim tengah berjalan.
”Paratici menginginkan Conte di Spurs sejak Juni. Ia mengubah pikiran Conte yang sebelumnya tidak ingin bergabung dengan klub di tengah musim. Hanya Spurs yang bernegosiasi dengan Conte, sedangkan Manchester United belum melakukan pembicaraan resmi kepada Conte,” tulis Romano dalam kolomnya di The Guardian.
Apabila menangani Spurs, Conte akan berkoordinasi langsung dengan Paratici terkait pembelian dan penjualan pemain di bursa transfer musim dingin yang dimulai awal Januari mendatang. Spurs pun dikabarkan siap menggelontorkan dana sekitar 280 juta euro atau sekitar Rp 4,6 triliun untuk memenuhi kehadiran pemain baru yang disyaratkan Conte.
Dana transfer adalah isu yang sensitif bagi Conte. Mantan pelatih tim nasional Italia tidak akan berpikir dua kali untuk meninggalkan klub yang enggan memenuhi hasratnya di bursa transfer. Hal itu ditunjukannya ketika meninggalkan Juventus pada 2014 dan mengakhiri kerja sama dengan Inter, Mei lalu.
”Saya memiliki visi. Saya melihat cara yang perlu dilakukan manajemen di luar lapangan apabila kami ingin meraih target,” ujar Conte beberapa waktu lalu ketika mengkritik kebijakan transfer pemain Inter.
Tradisi juara
Spurs tentu berbeda dengan tiga tim yang telah lebih dahulu ditangani Conte, yaitu Juventus, Chelsea, dan Inter Milan. Conte datang ke tiga tim itu dengan misi untuk mengembalikan mental juara yang telah menjadi identitas klub di masa lalu. Alhasil, Conte hanya butuh satu musim untuk mengakhiri paceklik gelar liga bagi Juve dan Chelsea, kemudian ia memberikan Inter scudetto (gelar juara Liga Italia)di musim keduanya memimpin di Stadion San Siro.
Adapun Tottenham Hotspur terakhir kali meraih gelar Liga Inggris 60 tahun lalu, tepatnya pada musim 1960-1961. Itu adalah trofi liga kedua yang dimiliki ”Si Lili Putih” hingga saat ini.
Dalam dua dekade terakhir, prestasi terbaik Spurs ialah menjadi juara Piala Liga Inggris edisi 2007-2008. Spurs sesungguhnya memiliki peluang mengakhiri kemarau trofi pada musim lalu, tetapi mereka tumbang 0-1 dari Manchester City di final Piala Liga Inggris.
Jose Mourinho, yang menangani Spurs pada periode Desember 2019 hingga April 2021, mengungkapkan, Spurs memiliki masalah di internal yang membuat tim kesulitan untuk meraih trofi. Hal itu berkaitan dengan ambisi para pemain hingga manajemen yang dipimpin Daniel Levy.
”Ada masalah besar di dalam tim ini yang telah berlangsung beberapa tahun terakhir. Masalah itu tidak bisa hanya diselesaikan oleh saya,” kata Mourinho seusai timnya disingkirkan Dinamo Zagreb di babak 16 besar Liga Europa musim lalu, Maret 2021.
Meski begitu, Conte punya harapan untuk bsia mengakhiri paceklik trofi bagi Spurs. Peluang itu hadir di Liga Konferensi Eropa dan Piala Liga Inggris. Spurs menjadi tim dengan materi paling berkualitas di Liga Konferensi Eropa. Adapun di Piala Liga Inggris, Spurs bisa memanfaatkan kurangnya ambisi tim-tim besar untuk mengejar trofi di ajang tersebut, apalagi penguasa Piala Liga Inggris pada empat musim terakhir, City, telah tersingkir di babak 16 besar.
Pembenahan mental
Kendala terbesar Conte di Spurs ialah minimnya waktu untuk memperbaiki mental pemainnya. Padahal, Conte selalu mengutamakan pembenahan mental pemain ketika menangani klub baru. Program itu dilakukan di sesi awal latihan tim pada masa pramusim.
Nemanja Matic, yang pernah berkerja sama dengan Conte di Chelsea, menganggap manajer asal Italia itu adalah sosok yang mencurahkan 24 jam waktunya untuk sepak bola, terutama setelah dan menjelang pertandingan. Menurut dia, Conte mempersiapkan pemainnya di awal musim untuk memiliki rasa ”lapar” kemenangan di setiap laga.
”Ia (Conte) akan membuat timnya untuk mampu berlari dengan level yang sama selama 95 menit. Secara taktik, ia merupakan salah satu yang terbaik di dunia,” kata Matic, pemain MU.
Dengan menerima pinangan Spurs, tengah pekan ini, Conte sudah harus menyiapkan tim untuk menghadapi Vitesse Arnhem di Liga Konferensi Eropa, Jumat (5/11/2021), lalu bertandang ke markas Everton di liga, dua hari berselang. Setelah itu, mayoritas pemain Spurs akan meninggalkan Inggris untuk membela negaranya di masa jeda internasional.
Selain pembenahan mental, Conte juga akan mewajibkan anak asuhannya untuk bisa menjalankan sistem permainan favoritnya, 3-5-2. Formasi itu telah gagal dijalankan Nuno dalam 17 pertandingan resmi yang dijalaninya. Padahal, taktik 3-5-2 adalah ramuan utama Nuno untuk menjadikan Wolverhampton Wanderers dari tim Divisi Championship menjadi tim papan tengah Liga Primer dalam tiga musim terakhir.
Conte akan membuat timnya untuk mampu berlari dengan level yang sama selama 95 menit. Secara taktik, ia merupakan salah satu yang terbaik di dunia. (Nemanja Matic)
Dengan taktik tersebut, Conte menginginkan timnya memiliki keseimbangan dalam bertahan dan menyerang. Namun, Spurs memiliki catatan bertahan dan serangan yang buruk di awal musim ini. Hingga pekan ke-10 Liga Primer Inggris musim ini, Spurs merupakan salah satu tim dengan catatan kebobolan terburuk. Gawang kiper Hugo Lloris telah 16 kali kemasukan gol.
Di lini serang, Conte juga perlu mengembalikan ketajaman mesin gol Spurs, Harry Kane, yang baru mencetak satu gol di liga. Mandeknya gol dari Kane membuat Spurs baru mencetak 9 gol dari 10 laga. Jumlah produktivitas Spurs itu hanya lebih baik dari Norwich City yang menduduki peringkat terbuncit di Liga Primer.
Jumlah gol yang amat rendah itu didasari minimnya jumlah tembakan yang dihasilkan skuad Spurs. Kane dan kawan-kawan baru mencatatkan 103 tembakan. Bahkan, pada pertandingan terakhir melawan Manchester United, Spurs gagal menghasilkan satu pun tembakan mengarah ke gawang lawan.
Secara total, Spurs telah gagal melakukan tendangan tepat sasaran ke gawang lawan selama 135 menit di Liga Inggris. Terakhir kali tembakan tepat sasaran dihasilkan Kane pada menit ke-44, yaitu ketika Spurs tumbang 0-1 dari gawang West Ham, 24 Oktober lalu.
Roy Keane, legenda Manchester United, menilai, hasil yang diterima Spurs di musim ini merupakan buah dari kombinasi buruknya lini pertahanan dan tumpulnya lini depan. Menurut dia, Spurs terlalu bergantung kepada Kane, tetapi pemain timnas Inggris itu belum mampu bangkit dari masa sulitnya pada musim ini.
”Spurs adalah tim yang amat membosankan untuk disaksikan. Mereka tidak memiliki urgensi untuk memburu gol dan menang. Sebenarnya, saya tidak percaya mereka tampil seburuk itu dengan materi pemain yang ada,” ujar Keane kepada Sky Sports.
Gelandang Spurs, Pierre-Emile Hojbjerg, mengakui timnya bermain amat buruk dan tidak memiliki hasrat besar untuk menang ketika dilibas MU, 0-3, akhir pekan lalu. ”Pada pertandingan kandang seharusnya ada ’kembang api’ dan determinasi, tetapi hal itu tidak terlihat dari kami. Bermain seperti ini jelas sebuah hal yang tidak bisa diterima,” tutur Hojbjerg seusai laga kontra MU.
Apakah Conte bisa menghadirkan keajaiban bagi Spurs di musim ini? Conte jelas perlu dukungan dari pemainnya dan manajemen untuk menghadirkan ”warna” baru sekaligus mengakhiri kutukan trofi Si Lili Putih. (REUTERS)