Trik khas bintang Nets, James Harden, yaitu memancing pelanggaran lawan, tidak lagi berguna pada musim ini. Perubahan peraturan NBA menjerat peraih gelar MVP 2017-2018 ini untuk menampilkan performa terbaiknya.
Oleh
kelvin hianusa
·4 menit baca
NEW YORK, KAMIS — James Harden, point guard Brooklyn Nets, dikenal sebagai ahli dalam memancing pelanggaran untuk mendapat hadiah lemparan bebas. Musim ini Harden dalam masalah besar karena kehilangan salah satu trik andalannya tersebut. Dia terjerat peraturan baru NBA yang tidak lagi merespons gerakan memancing pelanggaran yang disengaja.
Salah satu trik Harden itu adalah sering berpura-pura menembak bola dari garis tiga angka. Ketika lawannya bergerak untuk memblok, dia sengaja maju menabrakkan tubuhnya sambil melempar bola. Biasanya dia akan mendapatkan pelanggaran sekaligus lemparan bebas pada musim-musim lalu. Trik seperti ini tidak lagi dihitung pelanggaran mulai musim ini menyusul hasil evaluasi dari NBA.
Evolusi peraturan ini berdampak nyata terhadap permainan Harden. Most Valuable Player (MVP) 2017-2018 ini baru mendapatkan rata-rata 3 lemparan bebas per gim dalam empat laga pertama Nets. Padahal, Harden mencatatkan rata-rata 7,3 percobaan lemparan bebas selama 12 musim terakhir.
Kesulitan Harden juga kembali terlihat jelas dalam kekalahan Nets dari tim tamu, Miami Heat, 93-106, di Barclays Center, Brookyln, New York, pada Kamis (28/10/2021) waktu Indonesia. Si ”Berewok”, yang hanya memperoleh 3 kali lemparan bebas, harus puas dengan sumbangan 14 poin saja.
Tanpa hadiah lemparan bebas, pemain berusia 32 tahun itu belum mampu berkontribusi maksimal untuk Nets. Sejauh ini dia baru mencatat rata-rata 17,3 poin per gim, tertinggal jauh dari catatan musim sebelumnya 24,6 poin per gim. Tidak pelak Nets yang diunggulkan juara musim ini harus memulai liga terpincang-pincang dengan rekor 2 kali menang dan 3 kali kalah.
Sorotan utama
Steve Nash, Pelatih Nets, menilai, peraturan baru memang berpengaruh terhadap penampilan anak asuhannya itu. Apalagi Harden menjadi sorotan utama dalam perubahan peraturan itu. Dia semakin sulit mendapatkan pelanggaran akibat wasit cenderung mengabaikannya saat ini.
Harden harus menerima konsekuensi itu. Dia merupakan salah satu alasan terbesar diubahnya peraturan tersebut. ”Saya pikir itu tidak adil untuknya. Beberapa kali dia memang dilanggar dan seharusnya mendapatkan sesuatu dari itu. Akan tetapi, itu tidak diberikan karena dia jadi pusat perhatian keputusan baru ini,” kata Nash.
Pembiaran Harden terlihat jelas dalam statistik yang dikeluarkan Fansided. Guard bertubuh gempal ini hanya dilanggar sebanyak 3,6 persen dalam seluruh upaya serangannya. Jumlah ini menurun lebih dua kali lipat dibandingkan musim lalu, yaitu 8,2 persen.
Perubahan peraturan ini tidak hanya berdampak terhadap Harden, tetapi juga seluruh liga. Hingga berlangsungnya pekan pertama NBA musim ini, jumlah lemparan bebas di setiap pertandingan rata-rata hanya 19,5 kali. Angka tersebut merupakan yang terendah sepanjang sejarah liga basket itu.
Perubahan peraturan memang sudah lumrah terjadi di liga bola basket terbaik dunia tersebut. Perubahan bisa terjadi karena peraturan terlalu menguntungkan salah satu pemain yang dominan. NBA, misalnya, pernah mengubah peraturan akibat Michael Jordan (illegal offense) dan Shaquille O’Neal (zone defense).
Saya pikir perubahan itu perlu diikuti dengan penyesuaian. Setelah bertanya langsung dalam rapat dengan NBA, saya juga jadi lebih tahu mana yang pelanggaran dan tidak. (Trae Young)
Karena itu, pengamat NBA, Chris Broussard, berharap Harden bisa segera beradaptasi dengan peraturan baru. ”Jika dia tidak bisa menyesuaikan, Nets ada dalam masalah yang sangat besar. Peluang mereka untuk juara menipis. Namun, saya yakin Harden adalah seorang megabintang spesial. Dia mampu melewatinya,” ucapnya.
Penurunan performa, menurut Harden, bukan hanya karena peraturan baru. Mantan ikon Houston Rockets ini memang belum dalam kondisi terbaik setelah mengalami cedera hamstring musim lalu. Dia masih memulihkan kepercayaan dirinya untuk bisa bermain eksplosif seperti biasa.
”Saya juga ingin menghasilkan 30 poin atau 40 poin setiap laga, tetapi belum bisa. Saya tidak punya kesempatan mempersiapkan diri selama pramusim. Selama itu yang saya lakukan hanya rehabilitasi cedera. Butuh waktu untuk kembali ke kondisi terbaik setelah cedera tiga kali musim lalu,” ucap Harden yang menyumbang rata-rata poin terendah dalam satu dekade terakhir.
Salah satu yang hilang dari Harden musim ini adalah kecepatannya. Menurut data Second Spectrum, si ”Berewok” merupakan pemain dengan salah satu kecepatan lari paling lambat musim ini, yaitu 5,8 kilometer per jam. Dia bahkan lebih lambat dibandingkan center raksasa 76ers, Joel Embiid.
Di sisi lain, kembalinya sosok MVP seperti Harden masih sangat mungkin. Harapan itu muncul berkat point guard Atlanta Hawks, Trae Young, yang bisa tampil optimal musim ini. Adapun Young merupakan salah satu pemain yang juga punya banyak trik untuk mendapatkan lemparan bebas.
Jumlah rata-rata lemparan bebas Young memang berkurang, dari 8,7 kali menjadi 4,8 kali. Namun, dia justru bisa mencatatkan sumbangan rerata 26,5 poin, lebih besar dibandingkan musim lalu (25,3 poin).
Young tidak lagi terlalu sering memancing pelanggaran di garis tiga angka. Dia justru lebih banyak menerobos ke area dekat keranjang lawan, lalu menembak dari jarak dekat.
”Saya pikir, perubahan itu perlu diikuti dengan penyesuaian. Setelah bertanya langsung dalam rapat dengan NBA, saya juga jadi lebih tahu mana yang pelanggaran dan tidak,” ucap guard yang mengantarkan Hawks ke final NBA musim lalu tersebut. (AP/REUTERS)