Skuad Juventus gagal mempersembahkan kado manis untuk malam bersejarah sang pelatih, Massimiliano Allegri. ”Si Nyonya Besar” takluk di kandang dari Sassuolo.
Oleh
Kelvin Hianusa
·4 menit baca
TURIN, KAMIS — Perayaan laga ke-200, Pelatih Juventus Massimiliano Allegri yang mestinya bahagia justru berujung mengenaskan. Setelah mengarungi tren tanpa kekalahan dalam sembilan laga, skuad ”Si Nyonya Besar” tersandung saat menjamu Sassuolo di Stadion Allianz, Rabu (27/10/2021). Juve takluk, 1-2, dalam hari spesial Allegri lewat gol menyakitkan pada pengujung laga.
Allegri hanya bisa mengernyitkan dahi ketika skuad asuhannya kebobolan pada injury time (menit 90+4). Gol serangan balik kilat tim tamu dieksekusi sempurna oleh sang gelandang, Maxime Lopez. Pertahanan Juve yang kosong melompong dihukum lawan karena terlalu fokus berburu gol kemenangan.
Kerja keras Paulo Dybala dan rekan-rekan terbuang percuma. Tim tuan yang sudah tertinggal pada paruh pertama sempat menyamakan kedudukan lewat sundulan gelandang Weston McKennie (menit ke-76) setelah mengepung benteng Sassuolo selama setengah jam babak kedua. Namun, momentum itu terlepas akibat melupakan pertahanan.
”Kami harusnya bisa lebih terorganisasi, terutama pada akhir laga. Ini adalah laga yang tidak boleh berakhir kalah jika Anda merasa tidak bisa menang. Kami tidak bisa kemasukan dengan gol serangan balik seperti itu,” ujar Allegri seusai pertandingan kepada DAZN.
Perayaan laga ke-200 Allegri bersama Juve di Liga Italia pun berakhir pahit. Padahal, momen ini sangat spesial untuk sang pelatih. Allegri mencapai jumlah laga tersebut dengan waktu cukup panjang, dalam dua periode melatih, pada 2014-2019 dan dilanjutkan lagi mulai musim ini. Adapun jumlah laganya hanya kalah dari dua pelatih legendaris, Marcelo Lippi dan Giovanni Trapattoni.
Sang ”Allenatore” semakin kecewa karena tren positif tim berakhir pada laga ke-10. Si Nyonya Besar sekarang harus membangun ulang kepercayaan diri lagi dari awal seusai kekalahan menyakitkan ini.
Menurut Allegri, anak asuhnya terlalu tergesa-gesa pada akhir laga. Hal itu akan menjadi evaluasi ke depan. ”Itu tidak boleh terjadi lagi. Permasalahan laga tadi bukanlah fisik, melainkan lebih ke mentalitas. Kami perlu lebih tenang,” kata pelatih yang mempersembahkan lima gelar scudetto ke Juve tersebut.
Juve, memainkan formasi klasik 4-4-2, lebih mendominasi permainan dengan penguasaan bola hingga 56,3 persen. Pemain utama mereka tampak solid dengan kembalinya Dybala, sang kapten, sebagai starter untuk pertama kali setelah cedera sebulan terakhir.
Tak hanya itu, starter Juve juga diperkuat penyerang sayap Federico Chiesa dan bek tengah Matthijs de Ligt. Keduanya kembali lagi menjadi pemain mula seusai dicadangkan dalam laga imbang versus Inter Milan.
Sayangnya, dominasi Juve tidak berimbang dengan kualitas peluang. Mereka kesulitan menghadapi tim tamu yang cenderung lebih bertahan. Dari 14 percobaan tembakan tuan rumah, hanya 3 kali yang mengarah ke gawang. Sassuolo justru lebih efektif dengan menembak 4 kali tepat sasaran dari 8 kali percobaan.
Dybala dan rekan-rekan mendapat beberapa peluang matang. Misalnya, pada menit ke-37, Dybala nyaris memecah kebuntuan lewat sepakan dari luar kotak penalti. Namun, tendangannya masih membentur tiang gawang. Sassuolo justru mampu unggul lebih dulu pada akhir babak pertama lewat sepakan terukur gelandang Davide Frattesi.
Pada babak kedua, Allegri memasukkan Juan Cuadrado dan Kaio Jorge untuk tampil lebih agresif. Juve lebih menyerang seusai pergantian itu. Jorge nyaris saja menyamakan kedudukan lewat tendangan salto, tetapi sepakannya masih tipis menyamping dari gawang lawan.
”Kami harus becermin. Kami punya beberapa peluang untuk mencetak gol, tetapi tidak berhasil mengeksekusinya. Ketika Anda tidak tajam, semuanya akan jadi lebih sulit. Apalagi ketika kami harus menghadapi tim yang punya serangan balik bagus seperti Sassuolo,” kata Allegri.
Hingga pekan ke-10, Juve masih tertahan di peringkat ke-7 (15 poin). Tim tersukses dalam sejarah Italia ini masih tertinggal jauh dari pemuncak klasemen, AC Milan (28 poin). Sementara itu, Sassuolo menguntit di peringkat ke-9 (14 poin).
Kami harus becermin. Kami punya beberapa peluang untuk mencetak gol, tetapi tidak berhasil mengeksekusinya.
Bagi Sassuolo, kemenangan tandang di Turin ini merupakan sebuah sejarah. Mereka untuk pertama kali menang di markas Juve. Sebelumnya, Sassuolo pernah menang atas Juve, tetapi di kandang sendiri, Stadion Mapei, pada 2015.
”Pada awalnya kami menderita karena tekanan Juve. Lalu kami perlahan mulai bereaksi. Kami bertahan lebih dalam setelah unggul di babak kedua. Tim ini mencoba tetap solid. Kami punya pemain kuat di sayap dan kami menggunakan itu sebaik mungkin hari ini. Tiga gelandang di tengah juga memberikan keseimbangan,” ujar Pelatih Sassuolo Alessio Dionisi yang menurunkan formasi modern, 4-2-3-1. (REUTERS)