Penampilan fenomenal Mohamed Salah di Old Trafford lebih dari cukup untuk membuktikan kehebatannya. Tak bisa dimungkiri, dia adalah pemain terbaik dunia saat ini.
Oleh
Kelvin Hianusa
·5 menit baca
MANCHESTER, SENIN — Mohamed Salah, penyerang Liverpool, pernah berikhtiar akan menunjukkan kemampuan terbaiknya saat kembali ke Inggris setelah gagal di Chelsea pada kurun 2014-2016. Si ”Raja Mesir” membayar tuntas ucapannya. Seusai menjalani musim kelimanya di Liverpool, Salah membuktikan dirinya adalah pemain terbaik di Liga Inggris sekaligus di dunia saat ini.
Kuasa Salah menggema di Stadion Old Trafford dalam laga versus Manchester United yang berakhir Senin (25/10/2021) dini hari WIB. Lewat sumbangan tiga gol dan satu asis, dia mengantar Liverpool menang telak 5-0 atas tuan rumah yang merupakan rival abadi timnya. Keindahan ”tariannya” di lini sayap ”Si Merah” menjadi bencana bagi pertahanan MU.
Salah bersinar terang di hadapan penyerang andalan lawan, Cristiano Ronaldo, yang digadang-gadang sebagai pemain terbaik sepanjang masa atau greatest of all time (GOAT). Saat Salah dinobatkan sebagai pahlawan kemenangan, Ronaldo menyudahi laga dengan rasa frustrasi dan tanpa kontribusi berarti.
Perasaan Manajer Liverpool Juergen Klopp bercampur aduk. Sang manajer terkesima dengan penampilan anak asuhnya itu. Meskipun demikian, dia sama sekali tidak kaget dengan ”ledakan” Salah di Old Trafford.
Pada bulan lalu, Klopp sudah berkata bahwa Salah adalah pemain terbaik di dunia pada momen ini, melampaui Ronaldo dan Lionel Messi yang performanya menurun pada musim ini. ”Dia sedang menikmati permainannya. Hal ini masih akan berlanjut dalam waktu yang sangat lama,” ucapnya seusai laga bertajuk derbi ”Barat Laut” tersebut.
Terbukti, pemain 29 tahun ini sanggup menyulap atmosfer angker Old Trafford seolah-olah menjadi taman bermainnya. Lewat raihan hattrick, dia menjadi satu-satunya pemain dalam sejarah Liverpool yang mencetak gol dalam tiga kali lawatan beruntun ke markas MU.
Penyerang berambut keriting itu juga sudah mengoleksi 107 gol di Liga Inggris. Sebanyak 105 gol dihasilkan bersama Liverpool, sedangkan dua gol lain di Chelsea. Salah, hanya dalam 167 laga, sekarang memuncaki daftar pemain Afrika dengan gol terbanyak di Liga Inggris. Dia melampaui torehan Didier Drogba, mantan striker Chelsea, yang sempat tak tersentuh dengan koleksi 104 gol dalam 254 laga.
”Pastinya, dia yang terbaik di dunia. Caranya melakukan penyelesaian akhir seperti tidak nyata. Pada akhirnya, dia bisa memberikan yang semua tim inginkan, yaitu gol,” kata Diogo Jota, penyerang Liverpool yang merasa tersanjung bisa mendampingi Salah di lini depan.
Fase terbaik
Musim ini, Salah sedang berada dalam fase terbaik. Pemain kidal ini sudah mengoleksi 10 gol dan lima asis hanya dalam sembilan laga. Dia mengonversikan satu gol setiap tiga kali tendangan, juga menghasilkan 1,89 kali peluang untuk rekan-rekannya dalam setiap 90 menit. Tidak ada yang punya kontribusi gol sebanyak Salah di liga itu.
Meskipun sedang menjejak puncak dunia, Salah tidak terlalu peduli. Dia memang punya ambisi untuk selalu jadi yang terbaik. Namun, dia berpikir tidak akan pernah ada pemain terbaik di dunia. Semua bergantung pada subyektivitas orang-orang yang menilai.
Salah juga harus melewatkan sekolahnya demi mengejar mimpi. Dia sering hanya masuk sekolah selama dua jam, lalu langsung berangkat ke tempat latihan karena jarak yang sangat jauh.
Karena itu, dia hanya ingin fokus berkontribusi sebanyak mungkin untuk Liverpool. ”Selama tim ini tetap bisa menang, saya akan bahagia. Saya akan memberikan yang terbaik agar tim menang,” ucap Salah yang sudah dua kali meraih gelar Sepatu Emas (2017-2018, 2018-2019).
Dari sisi prestasi, Salah bahkan melampaui Ronaldo dan Messi dalam tiga musim terakhir. Salah sukses membawa Liverpool juara Liga Champions Eropa musim 2018-2019. Sementara dua pemain yang sering dijuluki GOAT itu belum mampu mengangkat trofi ”Si Kuping Lebar” lagi.
Salah bisa berada di puncak dunia karena kerja kerasnya. Dia tidak menyerah ketika gagal di Chelsea. Setelah sempat berlabuh di Liga Italia, penyerang setinggi 1,75 meter ini kembali ke Liga Inggris dengan memperbaiki banyak hal, mulai dari fisik tubuh hingga penyelesaian akhir. Dia pun lebih siap bertarung dalam kerasnya kompetisi di liga terbaik sejagat itu.
Mental tidak mudah menyerah itu berasal dari masa lalunya. Majalah Four Four Two edisi Maret 2018 menceritakan, Salah harus melewati perjalanan selama tiga setengah jam dengan naik tiga hingga empat bus untuk bisa berlatih bersama klub pertamanya di kota Kairo, El Mokawloon.
Salah juga harus melewatkan sekolahnya demi mengejar mimpi. Dia sering hanya masuk sekolah selama dua jam, lalu langsung berangkat ke tempat latihan karena jarak yang sangat jauh. Perjuangan mulai 2006 itulah yang membentuk mental kuatnya. Dia akan mengorbankan apa pun untuk tampil hebat di sepak bola.
Belenggu Solskjaer
Berbanding terbalik dengan kondisi Salah, Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer kini tengah terpuruk di dasar jurang ketidakpastian. Ia tidak lagi nyaman seusai timnya, MU, menelan kekalahan terburuk sepanjang sejarah pertemuan dengan Liverpool di Old Trafford.
Solskjaer pernah menghindari badai isu pemecatan berkali-kali. Namun, dia akan sulit berlari dari badai tersebut. Performa MU dalam derbi kemarin sangat mengkhawatirkan. Para pemain tampak frustrasi dan tidak memberikan perlawanan berarti. Mereka seperti sudah tidak ingin berjuang untuk sang manajer.
”Ini adalah hari paling gelap dalam sejarah saya memimpin para pemain (tim) ini. Tidak ada yang bisa lebih buruk dari ini. Tetapi, kami sudah berjalan terlalu jauh sebagai grup. Kami terlalu dekat dengan tujuan untuk menyerah sekarang,” ucap manajer asal Norwegia tersebut.
Adapun jurnalis spesialis transfer, Fabrizio Romano, menjelaskan, manajemen klub akan memutuskan masa depan Solskjaer dalam beberapa hari ke depan. Sang manajer kini masih mendapat dukungan dari para pengambil keputusan di MU. (AP/REUTERS)