Darurat Pembenahan Kualitas Wasit
Kualitas wasit kembali menjadi sorotan di awal Liga 1 2021-2022. Setidaknya ada satu laga per pekan yang dihiasi keputusan keliru dari pengadil di lapangan.
Liga 1 Indonesia, kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Tanah Air, telah berjalan delapan pekan. Bukan persaingan di papan atas yang menjadi perhatian publik, tetapi kiprah para wasit yang menghasilkan keputusan kontroversial di beberapa pertandingan.
Hingga pekan kedelapan BRI Liga 1 2021-2022 terdapat sembilan laga yang dihiasi insiden kontroversial. Jumlah itu memang hanya 12,5 persen dari total 72 laga yang telah berjalan. Namun, ini berarti setiap pekan rata-rata ada satu laga yang diwarnai kontroversi dari keputusan wasit dan asisten wasit atau hakim garis.
Pertandingan pembuka musim ini, laga Bali United kontra Persik Kediri sudah dihiasi keputusan wasit yang bisa diperdebatkan. Pada laga itu, wasit Yudi Nurcahya tidak mengulang tendangan penalti Persik yang dieksekusi penyerang, Youssef Ezzejjari. Padahal, sebelum bola disepak Ezzejjari, kiper Bali, Wawan, telah bergerak lebih dahulu dan tidak menginjak garis gawang. Tendangan penalti itu pun bisa ditepis Wawan.
Baca Juga: Maung Bandung Jaga Persaingan di Papan Atas
Seusai menderita kekalahan pertama di musim ini dari Arema FC, Persija Jakarta langsung melayangkan surat protes resmi kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) terkait performa wasit Oki Dwi Putra Senjaya dalam laga di Stadion Manahan, Minggu (17/10/2021). Dalam surat yang ditandatangani Manajer Persija Bambang Pamungkas itu, tim ”Macan Kemayoran” melaporkan dua insiden yang terjadi di laga itu ketika Persija tertinggal 0-1.
Pertama, bek sayap Persija, Ilham Rio Fahmi, dijatuhkan pemain Arema, Muhammad Rafli, di kotak penalti, tetapi wasit menganggap itu bukan penalti. Kemudian, gol Persija melalui Marko Simic pada menit 90+4 dianulir karena penyerang asal Kroasia itu dianggap melanggar kiper Arema, Adilson Aguero. Sejatinya, Simic menyontek bola lebih dulu sebelum bertabrakan dengan Adlison.
”Kami meminta Komite Wasit PSSI untuk menindak tegas dan mengistirahatkan wasit tersebut karena telah memalukan PSSI. Keputusan wasit Oki juga membuat kontroversi yang semakin memperburuk citra PSSI di mata publik,” kata Bambang, Minggu lalu.
Tidak hanya Persija yang dirugikan dalam laga itu. Arema juga sesungguhnya harus menerima kekeliruan Oki. Penyerang Arema, Kushedya Hari Yudo, diganjar kartu kuning kedua di menit ke-68 karena dianggap melakukan diving. Dalam tayangan ulang, kaki Kushedya jelas-jelas dihadang oleh bek Persija sehingga penyerang tim nasional Indonesia itu terjatuh.
Baca Juga: ”Serdadu Tridatu” Terancam Tergusur dari Posisi Puncak
Selanjutnya, derbi Jawa Timur yang mempertemukan Persebaya Surabaya melawan Persela Lamongan, Kamis (21/10), kian membuat penikmat sepak bola nasional terheran-heran dengan kinerja wasit dan hakim garis di Liga 1 2021-2022. Pada menit ke-34, Persebaya mendapat peluang tendangan bebas. Bola hasil sepekan penyerang, Jose Wilkson, terlihat telah melewati garis gawang, tetapi wasit Mushofa Umarella tidak menganggap momen itu sebagai gol.
Ketika sebagian pemain ”Bajul Ijo”, julukan Persebaya, melakukan protes, Persela membangun serangan balik. Bola akhirnya bisa dialirkan ke penyerang andalan Persela, Ivan Carlos, yang lolos dari kawalan bek Persebaya dan mencetak gol penyama kedudukan. Laga itu berakhir dengan skor 1-1. Pada tayangan ulang, Carlos ternyata berada pada posisi off-side.
Carlos pun mengakui dirinya berada pada posisi off-side sebelum mencetak gol ketiganya di musim ini. Namun, ia menyalahkan wasit dan hakim garis yang tidak jeli melihat posisinya.
”Saya kembali berbicara, wasit di Indonesia banyak melakukan kesalahan di setiap pertandingan. Ya, saya dalam posisi off-side, tetapi itu salah wasit,” ujar Carlos dalam pernyataannya di akun Instagram pribadinya.
Pelatih Persebaya Aji Santoso menganggap keputusan hakim garis pada dua insiden itu sangat merugikan timnya. Menurut dia, dua hakim garis yang bertugas dalam laga itu gagal menjalankan tugasnya sebagai pembantu wasit.
Baca Juga: Borneo FC Termotivasi Capaian Bali United
”Sudah waktunya Indonesia memakai VAR (video assistant referee) agar tidak ada tim yang dirugikan keputusan wasit,” ucap Aji dalam konferensi pers seusai laga itu.
Sanksi tegas
Seiring protes dari sejumlah klub terhadap kinerja wasit dan hakim garis, PSSI pun langsung melakukan respons dengan melakukan investigasi atas sejumlah keputusan keliru yang diambil wasit. Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi mengungkapkan, apabila wasit dan hakim garis terbukti melakukan kesalahan yang tidak sesuai peraturan pertandingan (law of the game), PSSI akan melakukan pembinaan kembali kepada pengadil lapangan tersebut.
”Kami akan memberikan sanksi berupa mengistirahatkan wasit atau hakim garis itu. Ketika tengah menjalani hukuman dengan tidak diberi kepercayaan bertugas di pertandingan, mereka akan menjalani program pembinaan agar dapat memperbaiki kinerja di masa datang,” tutur Yunus.
Program pembinaan itu berisi pendidikan untuk menyegarkan kembali pemahaman wasit terhadap peraturan pertandingan. Durasi hukuman bagi wasit atau hakim garis itu ialah dua hingga empat pekan.
Evaluasi itu selalu berjalan rutin, bahkan kinerja kami selalu dievaluasi tiap laga. Kami selalu berusaha menghindari kekeliruan, tetapi hal itu terkadang tidak bisa dihindari karena momen di pertandingan berjalan sangat cepat.
Untuk memperbaiki kualitas, PSSI telah melakukan kegiatan penyegaran dan seleksi wasit Liga 1 jelang musim ini bergulir. Dalam kegiatan yang berlangsung pada 29 Agustus hingga 1 September itu, seluruh wasit yang akan memimpin laga di kompetisi kasta tertinggi harus lulus tes fisik hingga ujian pemahaman peraturan pertandingan terbaru yang dikeluarkan FIFA dan IFAB (Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional). Dalam proses itu terpilih 37 nama yang bertugas untuk wasit utama dan wasit cadangan serta 47 nama untuk hakim garis.
Tak hanya pembekalan wasit, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB), operator kompetisi nasional, juga melengkapi wasit dan hakim garis dengan alat komunikasi. Alat penunjang itu baru benar-benar digunakan di seluruh laga Liga 1 2021-2022.
Thoriq Alkatiri, salah satu wasit Liga 1, mengungkapkan, evaluasi dan penilaian selalu dilakukan setiap wasit selesai memimpin pertandingan. Empat wasit yang bertugas di setiap pertandingan, terdiri dari wasit utama, dua hakim garis, dan wasit cadangan, kata Thoriq, juga wajib membuat laporan terhadap keputusan dan jalannya pertandingan yang dipimpin.
”Evaluasi itu selalu berjalan rutin, bahkan kinerja kami selalu dievaluasi tiap laga. Kami selalu berusaha menghindari kekeliruan, tetapi hal itu terkadang tidak bisa dihindari karena momen di pertandingan berjalan sangat cepat,” kata Thoriq, salah satu wasit berlisensi FIFA yang dimiliki Indonesia.
VAR mustahil
Untuk mengurangi kontroversi keputusan wasit melalui VAR juga masih jauh panggang dari api di sepak bola Indonesia. Liga 1 Indonesia sudah tertinggal dari Liga Thailand, Liga Vietnam, dan Liga Super Malaysia yang menjadi pionir penggunaan VAR di kompetisi kawasan Asia Tenggara. Thailand dan Vietnam telah menggunakan VAR sejak musim 2019, sedangkan Malaysia memulai sejumlah laga percontohan dengan VAR pada akhir 2020.
Baca Juga: Pelatih Bertangan Dingin di Liga Indonesia
Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita mengakui, mustahil untuk bisa memenuhi tuntutan klub agar Liga 1 musim ini bisa memulai penggunaan VAR. Salah satu penyebabnya ialah kompetisi yang secara efektif tinggal menyisakan enam bulan. Proses untuk menggunakan VAR di laga resmi juga memerlukan masa persiapan yang tidak sebentar.
”Menuju penggunaan VAR, federasi (PSSI) harus meminta resmi ke FIFA dan IFAB untuk mengimplementasikan protokol VAR dan membentuk proyek tim. Selain itu, federasi harus menyelesaikan seluruh aspek persiapan terkait program, anggaran, dan pelatihan wasit. Proses itu setidaknya membutuhkan enam hingga delapan bulan,” tutur Lukita.
Pengenalan VAR sejatinya telah dilakukan perwakilan FIFA dan IFAB kepada PSSI pada akhir 2019. Akan tetapi, rencana implementasi dan proses konsultasi VAR itu terhenti akibat pandemi Covid-19 dan vakumnya kompetisi Liga 1 2020.
Lukita mengungkapkan, PT LIB berencana menerapkan masa uji coba penggunaan VAR untuk laga-laga penting di musim depan.
”Dana per musim untuk penggunaan VAR sekitar 6 juta dollar AS (sekitar Rp 85,4 miliar). Angka itu meliputi biaya konsultasi sampai peralatan yang perangkat kerasnya memiliki sistem mobile, jadi bisa dipindah dari stadion ke stadion,” ucap Lukita.
Baca Juga: Arema Coreng Rekor Gemilang ”Juku Eja”
Di tengah harapan penerapan VAR yang masih memerlukan masa persiapan yang panjang, kualitas wasit perlu menjadi perhatian serius PSSI untuk menghapus kisah lama buruknya kinerja wasit. Sang pengadil punya andil untuk menentukan hasil akhir pertandingan.