Liverpool menyulap suasana angker di Old Trafford menjadi bagaikan taman bermain. Salah dan rekan-rekan berpesta gol tanpa perlawanan dari tuan rumah.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MANCHESTER, MINGGU — Laga Derbi Barat Laut, antara Manchester United dan Liverpool, berakhir timpang di Stadion Old Trafford pada Minggu (24/10/2021) tengah malam WIB. Old Trafford yang terkenal angker dan sakral justru dijadikan seperti taman bermain oleh tim tamu. Dipimpin Mohamed Salah yang mencetak hattrick, Liverpool berpesta lima gol tanpa balas.
Sekitar 76.000 pendukung ”Setan Merah” datang ke stadion dengan asa besar mengalahkan tim rival. Namun, mereka hanya menjadi saksi kejatuhan Cristiano Ronaldo dan rekan-rekan. MU yang tampil tanpa ide permainan jelas malah jadi korban serangan kilat ala skuad asuhan manajer Juergen Klopp.
Tidak butuh waktu lama untuk melihat ketimpangan dua rival abadi ini. Baru lima menit laga dimulai, Liverpool sudah unggul lewat gol Naby Keita dari skema serangan balik. ”Si Merah” kemudian menambah tiga gol lagi sebelum turun minum, dari Diogo Jota (1 gol) dan Salah (2 gol), memanfaatkan lubang besar di sisi kiri pertahanan MU yang ditempati Luke Shaw.
Lewat keunggulan 4-0 pada separuh laga, skuad Liverpool berjalan ke ruang ganti dengan tegap dan penuh senyum. Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer bersama anak asuhnya hanya bisa tertunduk menuju ruang ganti. Saat bersamaan, sejumlah pendukung tuan rumah beranjak satu per satu meninggalkan stadion.
Kemarin, Liverpool seperti ditakdirkan berpesta, sedangkan MU berduka. Salah melengkapi raihan hattrick saat babak kedua berjalan lima menit. Genap sejam pertandingan, giliran sang pemain pengganti tuan rumah, Paul Pogba, diganjar kartu merah akibat tekel dua kaki. Tertinggal 5 gol dan bertarung dengan 10 pemain, skuad MU mengibarkan ”bendera putih”.
”Hasilnya sangat luar biasa. Apa yang bisa saya katakan? Tidak ada. Kami melakukan hal gila. Menekan tinggi, merebut bola, dan mencetak gol indah. Para pemain menuliskan kepingan indah ke dalam sejarah. Ini sangat spesial,” kata Klopp yang tidak mau berpesta berlebihan karena menghargai tim lawan.
Salah dan rekan-rekan menuliskan sejarah baru. Hasil ini, 5-0, merupakan kemenangan terbesar Liverpool di Old Trafford sepanjang sejarah, menurut Opta Joe. Adapun MU baru pertama kali kalah setidaknya lima gol tanpa balas sejak terakhir kali pada 1955 (melawan Manchester City/0-5).
Kemenangan skuad asuhan Klopp berawal dari formasi dinamis 4-3-3 yang memainkan trio Salah, Jota, dan Roberto Firmino. Pemain Liverpool tidak berhenti menekan lawan ketika kehilangan bola. Mereka mengunci lini tengah tuan rumah. Memulai laga tanpa dua gelandang yang bisa memecah tekanan lewat umpan berkualitas, Pogba dan Nemanja Matic, MU tidak berkutik.
Sementara itu, Shaw kewalahan harus menghadapi Salah sendirian. Bek kiri tim nasional Inggris ini sering salah posisi. Fokusnya terbelah karena maju membantu serangan. Dia juga sering bergerak lebih ke tengah saat bertahan untuk membantu duo Harry Maguire dan Victor Lindelof yang digempur agresifnya penyerang dan serangan lini kedua Liverpool.
”Ini menyakitkan. Anak-anak merasa hancur. Hasil ini jauh dari apa yang kami harapkan. Kami meminta maaf kepada para pendukung, mereka pantas mendapat lebih. Semua pemain akan becermin untuk memperbaiki hasil buruk ini,” ucap Maguire, yang tidak bisa tampil bersama tandem utamanya, Raphael Varane, karena pemain Perancis itu masih cedera.
Rasa frustrasi skuad MU sudah terlihat jelas di lapangan. Pada akhir babak pertama, Ronaldo sempat kehilangan akal sehat ketika melanggar gelandang Liverpool, Curtis Jones. Pemain berinisial ”CR7” itu menendang bola sekeras mungkin yang berada di depan perut Jones. Adapun Jones sedang dalam posisi tertidur menyamping karena dijatuhkan Ronaldo.
Beruntung tindakan agresif itu hanya diganjar dengan kartu kuning. Giliran Pogba yang menunjukkan rasa frustrasinya pada awal babak kedua. Baru diturunkan menggantikan Mason Greenwood seusai turun minum, Pogba langsung menekel keras Keita dengan dua kaki. Tekel itu membuat Keita cedera dan harus diganti.
Peringatan
Kekalahan ini sama sekali bukan jatuh dari langit. Mantan gelandang MU, Paul Scholes, sudah memberikan alarm tanda bahaya seusai Setan Merah berhadapan dengan Atalanta di Liga Champions Eropa, tengah pekan lalu. Di laga itu, MU nyaris kalah setelah tertinggal 0-2 pada babak pertama. Beruntung, mereka bisa membalikkan keadaan, lalu menang, 3-2. ”Pergi dan lakukan itu melawan Liverpool, lihat apa yang akan terjadi,” ujarnya.
Ini kesalahan saya. Saya memilih cara saya sendiri untuk menghadapi laga ini. Namun, kami terlalu memberikan ruang untuk pemain lawan. Kami tahu sekarang sedang berada di dasar, tidak ada yang lebih buruk dari ini.
Prediksi Scholes menjadi kenyataan. MU memulai dengan lambat dan tidak mampu bangkit lagi. Solskjaer kembali memperlihatkan timnya bermain tanpa sistem yang jelas. Ditambah lagi, pertahanan mereka selalu tampil buruk belakangan ini. MU sudah kemasukan 11 gol dalam 3 laga terakhir di seluruh kompetisi.
Hasilnya, Setan Merah hanya mampu menghasilkan beberapa peluang dari serangan balik. Mereka hanya mengandalkan kemampuan individu Ronaldo, Bruno Fernandes, dan Marcus Rashford. Permainan individu itu diredam oleh kolektivitas sistem Liverpool.
”Ini kesalahan saya. Saya memilih cara saya sendiri untuk menghadapi laga ini. Namun, kami terlalu memberikan ruang untuk pemain lawan. Kami tahu sekarang sedang berada di dasar, tidak ada yang lebih buruk dari ini. Namun, kami terlalu cepat untuk menyerah sekarang. Lihat saja nanti, ke mana kami akan membawa hasil ini,” jelas Solskjaer.
Kursi manajer Solskjaer pun memanas. Masa depannya dipenuhi ketidakpastian seusai kekalahan memalukan tersebut. Sebelumnya, manajer asal Norwegia ini sudah berkali-kali selamat dari isu pemecatan. Nasibnya kembali dipertaruhkan kali ini. (AP/REUTERS)