Pembuktian Ganda Putra Fajar/Rian di Piala Thomas
Warganet memiliki julukan untuk tiga ganda putra terbaik Indonesia, yaitu ”The Minions”, ”The Daddies”, dan ”Fajri”. Walau kerap disebut paling akhir, pasangan Fajar/Rian membuktikan dengan sederet prestasi dunia.
Berada di bawah bayang-bayang Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, pasangan ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto tampil meyakinkan di final Piala Thomas 2020. Diberi kepercayaan sebagai ganda utama, Fajar/Rian mampu mengalahkan pasangan ganda China, He Ji Ting/Zhou Hao Dong, dan menyumbang satu poin kemenangan bagi Indonesia.
Nama ganda putra bulu tangkis nasional Fajar/Rian sudah banyak dikenal, tetapi belum setenar Kevin/Marcus atau Hendra/Ahsan. Bukan saja karena capaian prestasinya yang belum sebanyak kedua seniornya, melainkan juga rekam jejaknya yang lebih banyak kalah.
Dari data pertandingan berbagai kejuaraan sejak 2018 yang disusun Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), setidaknya sudah delapan kali Fajar/Rian bertemu Kevin/Marcus. Lima pertandingan di antaranya dimenangi Kevin/Marcus, yaitu di ajang Asian Games 2018, Indonesia Masters 2018, China Terbuka 2019, Singapura Terbuka 2019, serta Indonesia Masters 2019.
Dari sisi peringkat dunia, pasangan Kevin/Marcus juga di atas Fajar/Rian. Data peringkat dunia per 18 Oktober 2021 menunjukkan, Kevin/Marcus merupakan ganda terbaik dunia saat ini. Di peringkat kedua dunia di bawah Kevin/Marcus bertengger pasangan ”The Daddies”, yaitu Hendra/Ahsan.
Posisi ini sekaligus juga menunjukkan bagaimana performa pertandingan yang dijalani kedua ganda Indonesia tersebut. Dari jelajah pertandingan internasional yang diikuti, Kevin/Marcus sudah meraih 252 kemenangan, Hendra/Ahsan melakoni 273 kemenangan, dan Fajar/Rian sejauh ini sudah mengalami 166 kemenangan.
Di luar catatan kemenangan, jejak pertandingan yang dijalani Fajar/Rian juga menunjukkan 76 kekalahan, lebih banyak dari Kevin/Marcus yang baru mengalami 57 kekalahan.
Kevin/Marcus juga banyak tampil di podium juara dengan 27 gelar BWF World Tour dan Super Series, lebih banyak dibandingkan koleksi Fajar/Rian. Tidak heran jika pasangan ”Minions” lebih banyak populer dibandingkan ”Fajri”. Di beberapa pertandingan beregu seperti Piala Sudirman dan Piala Thomas, pasangan Kevin/Marcus juga lebih banyak ditampilkan sebagai ganda utama.
Walau tidak setenar Kevin/Marcus, bukan berarti Fajar/Rian jauh dari prestasi. Dari sisi peringkat, pasangan ini sekarang berada di peringkat ketujuh dunia. Artinya, Fajar/Rian termasuk salah satu ganda putra yang cukup diperhitungkan di kancah dunia.
Berkolaborasi sejak 2014, pasangan ini langsung menyabet gelar juara Astec Indonesia International Challenge 2014. Tahun berikutnya, Fajar/Rian berhasil meraih gelar USM Li Ning International Series 2015 dan Austria Terbuka 2015.
Pada 2016, gelar turnamen Taiwan Masters berhasil direbut setelah mengalahkan pasangan tuan rumah Chen Hungling/Wang Chilin. Selain Taiwan Masters, Fajar/Rian juga berhasil memenangi trofi Wali Kota Surabaya Victor International Series 2016. Mereka unggul atas pasangan Jepang, Yoshiki Tsukamoto/Shunsuke Yamamura.
Prestasi yang diraih Fajar/Rian membuat keduanya masuk dalam tim beregu Indonesia pada SEA Games Kuala Lumpur 2017. Keduanya turut berkontribusi dalam memenangkan Indonesia meraih medali emas setelah mengalahkan tim beregu Malaysia di final. Fajar/Rian menundukkan ganda Malaysia, Ong Yew Sin/Teo Ee Yi, dengan skor 21-12, 16-21, 21-14.
Piala Thomas
Pengalaman beregu kembali didapatkan setelah keduanya dipanggil untuk memperkuat tim Piala Thomas 2018. Ini sekaligus menjadi pengalaman pertama Fajar/Rian berlaga di kejuaraan beregu putra yang diselenggarakan sejak 1949 tersebut.
Keduanya tampil dalam laga perdana Grup B melawan Kanada. Bersama tunggal putra Anthony Ginting, Ihsan Maulana, Firman Abdul Kholik, dan ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, tim Indonesia berhasil mengalahkan Kanada dengan skor 5-0.
Dalam laga lanjutan babak penyisihan grup melawan Thailand, Fajar/Rian yang turun di partai keempat berhasil mengalahkan pasangan Tinn Isriyanet/Dechapol Puavaranukroh. Dengan skor 4-1, tim Indonesia berhasil unggul atas Thailand dan melaju ke babak perempat final.
Di babak perempat final, Indonesia menghadapi Malaysia. Pasangan Fajar/Rian menyumbang satu poin kemenangan yang membuat Indonesia lolos ke semifinal. Namun, di babak semifinal, Indonesia harus mengakui keunggulan China dengan skor 1-3.
Selain di Piala Thomas 2018, pengalaman lain di tim beregu didapatkan keduanya saat membela Indonesia di ajang Asian Games 2018. Tim Indonesia berhasil lolos ke babak final. Namun, medali emas belum dapat diraih setelah dikalahkan China dengan skor 1-3. Fajar/Rian dan kawan-kawan harus puas meraih medali perak.
Terhenti di ajang Piala Thomas 2018 dan Asian Games 2018 tidak membuat prestasi keduanya juga tenggelam di turnamen dunia pada 2018. Selain menjadi juara Malaysia Masters 2018, Fajar/Rian juga berhasil meraih gelar Syed Modi International 2018.
Mereka juga masuk babak semifinal Indonesia Terbuka 2018 dan semifinal Hong Kong Terbuka 2018. Selain itu, ganda putra ini juga menjadi finalis Jerman Terbuka 2018. Di final Jerman Terbuka saat itu, Fajar/Rian menyerah dari pasangan Jepang, Takuto Inoue/Yuki Kaneko. Prestasi lain juga diraih keduanya di ajang Asian Games 2018. Mereka meraih medali perak Asian Games 2018 untuk nomor perseorangan.
Tetap terjaganya prestasi dibutuhkan bagi pebulu tangkis untuk mempertahankan posisinya di deratan 10 besar dunia. Itu juga berlaku bagi pasangan Fajar/Rian untuk tetap mendapatkan nilai dari kejuaraan dunia yang diikutinya.
Prestasi tersebut ditunjukkan keduanya pada 2019 dengan merebut gelar juara Korea Terbuka 2019 dan Swiss Terbuka 2019. Mereka juga mencatatkan prestasi dengan masuk babak semifinal China Terbuka 2019, semifinal Malaysia Terbuka 2019, semifinal All England 2019, serta semifinal Kejuaraan Dunia 2019. Di tahun 2020, Fajar/Rian juga lolos hingga babak semifinal Indonesia Masters 2020 dan semifinal Malaysia Masters 2020.
Menjaga tradisi
Terus berlanjutnya prestasi di tingkat dunia membuat radar ganda putra ini tetap terpantau untuk memperkuat tim Piala Thomas 2020. Kesempatan kedua tampil di kejuaraan beregu putra ini menjadi ajang pembuktian Fajar/Rian untuk terlepas dari bayang-bayang Kevin/Marcus dan Hendra/Ahsan.
Fajar/Rian turut menyumbang perjalanan Indonesia hingga lolos ke babak final. Di pertandingan semifinal melawan Denmark, Indonesia menang dengan skor 3-1. Fajar/Rian menjadi penentu kemenangan Indonesia setelah mengalahkan ganda putra Mathias Christiansen/Frederik Soegaard.
Di partai final melawan China, pasangan ini menjadi ganda pertama yang diturunkan. Keduanya berhasil mengemban tanggung jawab sebagai ganda utama dengan mengalahkan He Ji Ting/Zhao Hao Dong dengan skor 21-12, 21-19.
Kemenangan ini menjadi pembuktian bagi pasangan nomor tiga Indonesia tersebut. ”Kami membuktikan, ganda putra Indonesia tidak hanya memiliki Kevin/Marcus dan Hendra/Ahsan,” kata Fajar (Kompas, 18/10/2021).
Pembuktian ini merupakan perjalanan panjang prestasi yang diraih Fajar/Rian. Bayang-bayang Kevin/Marcus perlahan-lahan juga hilang dengan kemampuan keduanya mengalahkan ”Minions”.
Di babak perempat final Malaysia Terbuka 2019, Fajar/Rian berhasil menang atas Kevin/Marcus melalui pertandingan seru selama tiga gim, 23-21, 19-21, 21-18. Kemenangan itu kembali terulang di kejuaraan Korea Terbuka 2019 dan Malaysia Masters 2020.
Saat ini, Fajar/Rian menjadi salah satu dari tiga ganda putra andalan Indonesia yang berada dalam daftar 10 besar dunia. Ketatnya persaingan ganda putra dunia membuat tidak mudah bagi setiap pasangan ganda untuk berada dalam posisi tersebut.
Keberadaan Fajar/Rian terbukti bukan sekadar menjadi pelapis bagi Kevin/Marcus dan Hendra/Ahsan, melainkan juga melanjutkan tradisi prestasi ganda putra Indonesia di kancah dunia. Di kejuaraan All England, misalnya, ganda putra merupakan nomor yang paling banyak menyumbangkan gelar juara.
Sejak dipertandingkan pada 1899 hingga 2020, ganda putra Indonesia tercatat berhasil meraih 21 kali gelar juara. Prestasi ini lebih baik dibandingkan nomor lain, yakni tunggal putra, ganda campuran, tunggal putri, dan ganda putri.
Prestasi tersebut ditopang oleh nama-nama pemain ganda putra berkualitas, seperti Christian Hadinata/Ade Candra, Tjun Tjun/Wahjudi, Heryanto/Kartono, Rudy Gunawan/Eddy Hartono, Ricky Subagdja/Rexy Mainaky, Candra Wijaya/Sigit Budiarto, serta Tony Gunawan/Chandra Wijaya.
Di era milenium baru, tradisi itu terus berlanjut dengan munculnya Tony Gunawan/Halim Heryanto, Sigit Budiarto/Candra Wijaya, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, serta Kevin Sanjaya/Marcus Gideon.
Saat ini bersama Kevin/Marcus, pasangan Fajar/Rian menjadi harapan berlanjutnya prestasi ganda putra Indonesia. Fajar/Rian memang belum pernah menjuarai All England, tetapi pasangan ini pernah menembus babak semifinal All England 2019.
Karena itu, pembuktian diri pasangan pelapis ini bukan hanya menggunakan Kevin/Marcus sebagai ukuran keberhasilan, tetapi berjalan bersama "The Minions" terus berupaya menggapai puncak prestasi yang telah diraih pemain-pemain ganda putra sebelumnya.
Prestasi itu, antara lain, ditunjukkan oleh Tjun Tjun/Wahjudi yang berhasil meraih enam kali juara All England. Ada pula Ricky Subagdja/Rexy Mainaky yang berhasil meraih tiga gelar bergengsi, yaitu All England, Olimpiade Atlanta 1996, dan menjadi juara dunia 1995.
Baca juga : Indonesia, Rumah Bulu Tangkis Dunia
Prestasi tersebut juga berhasil diraih pemain ganda putra Hendra Setiawan yang menjadi juara dunia 2007 dan meraih medali emas Olimpiade Beijing 2008 bersama Markis Kido. Hendra juga meraih gelar juara All England dan juara dunia bersama Ahsan.
Inspirasi dari keberhasilan para pemain ganda putra Indonesia tersebut menjadi tantangan pembuktian bagi Fajar/Rian dan pemain-pemain muda lainnya untuk melanjutkan tradisi prestasi Indonesia. Pembuktian tersebut harus diikuti konsistensi penampilan dan kematangan mental juara untuk menghadapi momen-momen penting persaingan ganda putra dunia. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Kembalinya Kejayaan Indonesia di Piala Thomas