Tim putri China kembali merebut gelar juara Piala Uber setelah mengalahkan Jepang di final dengan skor 3-1. Piala Uber ini merupakan yang ke-15 bagi China.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
AARHUS, SABTU — Setelah terpuruk dengan hanya menjadi semifinalis pada kejuaraan bulu tangkis beregu putri Piala Uber 2018, China bangkit lagi. Mereka menjuarai Piala Uber untuk ke-15 kali dari 18 final.
Gelar Piala Uber 2020 didapat China setelah mengalahkan Jepang, 3-1, dalam final di Ceres Arena, Aarhus, Denmark, Sabtu (16/10/2021) malam waktu setempat atau Minggu dini hari waktu Indonesia. Kemenangan ini menambah gelar juara yang mereka peroleh dari kejuaraan beregu campuran Piala Sudirman di Vantaa, Finlandia, dua pekan lalu.
China juga mewakilkan tim putra dalam final Piala Thomas yang akan berhadapan dengan Indonesia. Pertandingan tersebut akan berlangsung Minggu pukul 18.00 WIB.
Final China dan Jepang mempertemukan dua tim dengan kekuatan sektor putri paling merata. Mereka pun memiliki peluang setara dalam setiap partai.
Jepang unggul lebih dulu ketika Akane Yamaguchi menaklukkan peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020, Chen Yufei, 21-18, 21-10. Ini menjadi kemenangan ke-11 Yamaguchi atas Chen dari 19 pertemuan.
Namun, setelah itu, momentum berubah menjadi milik China, termasuk melalui dua laga ganda putri yang berlangsung ketat. Pertandingan Yuki Fukushima/Mayu Matsumoto melawan Chen Qingchen/Jia Yifan, bahkan, berlangsung hingga satu jam 57 menit. Chen/Jia menang 29-27, 15-21, 21-18.
Ketatnya perebutan poin membuat gim pertama sering kali hanya berselisih satu poin. Jarak terlebar adalah tiga poin yang hanya terjadi pada tiga momen, yaitu ketika Chen/Jia unggul 3-0, 15-12, dan 16-13. Peraih medali perak Tokyo 2020 itu bahkan enam kali menggagalkan game point Fukushima/Matsumoto dan memenangi gim pembuka ini hanya pada game point kedua.
Meski Fukushima dan Matsumoto merupakan pemain berpengalaman, komunikasi terkadang terhambat karena mereka bukan pasangan tetap. Fukushima kehilangan pasangan tetapnya, Sayaka Hirota, yang mengalami cedera lutut kanan hingga harus menjalani operasi setelah tampil di Tokyo 2020.
Setelah He Bing Jiao membuat timnya unggul dengan mengalahkan Sayaka Takahashi, 21-9, 21-18, China memastikan gelar juara dari pasangan ”gado-gado” Huang Dongping/Li Wen Mei yang menang atas ganda Jepang Misaki Matsutomo/Nami Matysuyama dengan skor 24-22, 23-21. Huang adalah pemain ganda campuran yang berpasangan dengan Wang Yilyu.
”Ini Piala Uber pertama bagi saya, tentu saya sangat emosional ketika bisa menyumbangkan poin dan membuat China juara. Kemenangan Chen/Jia sangat menginspirasi,” tutur Huang. Gelar ini melengkapi sukses Huang setelah meraih medali emas ganda campuran Tokyo 2020 dan gelar Piala Sudirman.
Li menuturkan, rasa gugup selalu ada pada dirinya saat bertanding. Apalagi, persaingan dalam meraih setiap poin sangat ketat. ”Namun, menjelang poin-poin terakhir, hanya ada satu dalam benak saya. Saya harus memenangi pertandingan ini untuk China. Rasa gugup pun perlahan hilang,” katanya.
Ini Piala Uber pertama bagi saya, tentu saya sangat emosional ketika bisa menyumbangkan poin dan membuat China juara. (Huang Dongping)
Sementara itu, pelatih kepala tim Jepang, Park Joo-bong, menyayangkan kekalahan pada dua partai ganda dalam laga ketat. Namun, dia menilai penampilan semua pemain telah sesuai dengan keinginannya, yaitu bermain dengan semangat juang tinggi.
”Setelah ini, kami harus bangkit. Masih ada kejuaraan di Indonesia dan Kejuaraan Dunia. Namun, untuk saat ini, saya akan fokus dulu pada pemain cedera, seperti Sayaka dan Nozomi Okuhara, untuk segera pulih,” kata Park, menyebut pemain ganda dan tunggal putri yang absen di Piala Uber dan Sudirman.
China dan Jepang adalah dua tim tersukses dalam Piala Uber yang diselenggarakan sejak 1957, menyusul gelaran Piala Thomas sejak 1949. Jepang unjuk diri lebih dulu ketika menjadi juara saat Piala Uber diselenggarakan tiga tahun sekali, yaitu pada 1966, 1969, 1972, 1978, dan 1981.
Setelah itu, China mendominasi saat mulai ikut serta pada 1984 saat Piala Uber digelar dua tahun sekali. Dari 19 penyelenggaraan, hanya sekali mereka gagal ke final, yaitu pada 2018. Ketika itu, China disingkirkan tuan rumah Thailand, 2-3, pada semifinal.
Selain itu, hanya ada dua negara yang bisa mengalahkan China dalam laga final, yaitu Korea Selatan pada Piala Uber 2010 serta Indonesia pada 1994 dan 1996.