Prestasi pelari putri Sumsel, Sri Mayasari, memecahkan rekornas lari 400 meter putri di PON Papua 2021 bak kolam segar di padang pasir gersang. Prestasi itu bukti keteguhannya tetap berlatih di tengah banyak tantangan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Pelari Sumsel, Sri Mayasari, menunjukkan medali emas yang diperolehnya dari nomor perlombaan 400 meter putri cabang atletik PON Papua 2021 di Stadion Atletik Kompleks Olahraga Mimika, Timika, Kabupaten Mimika, Papua, Selasa (12/10/2021).
Pelari putri Sumatera Selatan, Sri Mayasari (27), menjadi bintang cabang atletik Pekan Olahraga Nasional Papua 2021. Hal itu tak lepas dari aksi monumental Sri memecahkan rekor lari 400 meter putri milik Emma Tahapary yang bertahan selama 37 tahun. Kesuksesan Sri lahir dari keteguhan hatinya yang terus berlatih di tengah impitan pandemi Covid-19 dan membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga.
Sri mencatat waktu 53,21 detik di final 400 meter Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 di Stadion Atletik Kompleks Olahraga Mimika PT Freeport Indonesia, Kota Timika, Kabupaten Mimika, Selasa (12/10/2021). Selain memastikan meraih emas, catatan waktu itu membuatnya menajamkan rekor PON atas namanya sendiri dengan 54,46 detik pada PON Jawa Barat 2016 sekaligus memecahkan rekor nasional milik Emma Tahapary dengan 54,20 detik pada kejuaraan di Manila, Filipina, 1 Desember 1984.
Capaian itu menjadi yang paling menonjol dalam perhelatan atletik PON Papua. Selama cabang berjuluk induk olahraga ini berlangsung 5-14 Oktober, ada 21 rekor baru yang tercipta, termasuk tiga rekornas. Dari semua itu, Sri memecahkan rekornas yang paling lama belum dipecahkan.
”Alhamdulillah, semua orang di sekeliling saya, dari suami, pelatih, keluarga, pengurus KONI/PASI Sumsel, hingga tempat saya bekerja, Kumdam II/Sriwijaya, selalu mendukung program latihan saya. Jadi, saya tidak menemukan kendala untuk berlatih,” ujar Sri coba merendah saat dihubungi, Jumat (15/10/2021).
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Pelari Sumsel Sri Mayasari berpose setelah finis pada nomor perlombaan 400 meter putri cabang atletik PON Papua 2021 di Stadion Atletik Kompleks Olahraga Mimika, Timika, Kabupaten Mimika, Papua, Selasa (12/10/2021).
Anomali Sri
Sri boleh dibilang anomali di lari 400 meter Indonesia. Dia berasal dari daerah ataupun provinsi yang bukan unggulan di cabang atletik atau tidak memiliki sejarah kuat sebagai pencetak pelari kaliber nasional. Dia berasal dari Sekayu, Kabupaten Banyuasin, yang lebih dikenal sebagai daerah pertanian dan perkebunan.
Secara umum, Sumsel pun jarang sekali melahirkan atlet maupun pelari nasional. Di lingkungan keluarganya juga tidak ada yang pernah menjadi atlet. Ayahnya, Khozi, berprofesi sebagai wirausaha dan ibunya, Henawati, mengurus rumah tangga.
Persinggungan pertama Sri pada atletik terjadi ketika sekolah di MTs Negeri Sekayu. Saat itu, salah satu gurunya mengarahkannya untuk berlatih atletik. Siapa sangka perempuan kelahiran 24 April 1994 ini menyimpan bakat besar yang membuatnya meraih emas lari nomor 60 meter dan lompat jauh Pekan Olahraga dan Kesenian Provinsi Sumsel di Palembang pada 2007.
Sejak itu, Sri dipantau pelatih atletik yang ada di Palembang. ”Berkat prestasi di tingkat MTs itu, saya bisa lulus waktu mendaftar untuk meneruskan sekolah menengah atas (SMA) di Sekolah Olahraga Negeri Sriwijaya pada 2009,” kata bungsu dari empat bersaudara tersebut.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Pelari Sumsel, Sri Mayasari, finis pertama pada nomor perlombaan 400 meter putri cabang atletik PON Papua 2021 di Stadion Atletik Kompleks Olahraga Mimika, Timika, Kabupaten Mimika, Papua, Selasa (12/10/2021).
Nomor yang ditakuti
Keberadaan Sri di lari 400 meter tak kalah unik. Nomor perlombaan ini dikenal sebagai nomor yang paling ditakuti oleh pelari cepat atau sprinter. Sebab, tak hanya mengandalkan kecepatan, nomor ini membutuhkan daya tahan. Umumnya, pelari 400 meter adalah atlet bertubuh relatif tinggi guna mengoptimalkan jenjang langkah kaki.
Namun, Sri yang bertinggi sekitar 155 sentimeter atau relatif pendek justru berani tampil di 400 meter. Dengan fisik yang kurang ideal, artinya dia harus memiliki kecepatan dan daya tahan di atas rata-rata melebihi pelari lain yang bertubuh lebih menjulang. Kalau tidak, dia pasti sulit bersaing.
Sri mengaku, dia sudah turun di 400 meter sejak 2008 atau ketika masih latihan di kampung halaman. Dia berani tampil di nomor itu karena pelatih memberinya kepercayaan. Dia yakin kepercayaan itu muncul karena ada kelebihan pada dirinya.
”Setiap pelari pasti ada kelebihan dan kekurangan masing-masing. Memang pelari tinggi lebih diuntungkan oleh langkah kaki. Tapi, saya tidak takut. Saya percaya bisa bersaing di nomor ini karena ada pelatih yang percaya dengan kemampuan saya,” kata Sri yang merupakan alumnus Jurusan Olahraga FKIP Universitas PGRI Palembang ini.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Pelari putri legendari Emma Tahapary memeluk pelari putri Sumatera Selatan, Sri Mayasari, sehabis final lari 400 meter putri cabang atletik PON Papua 2021 di Stadion Atletik Kompleks Olahraga Mimika, Timika, Kabupaten Mimika, Papua, Selasa (12/10/2021).
Sri membuktikan bahwa dia memang pantas bersaing di 400 meter. Pada Kejuaraan Nasional Atletik Yunior 2011 di Jakarta, dia berhasil merebut perunggu. Prestasi itu membuatnya mulai dipercaya memperkuat Indonesia di sejumlah ajang internasional, seperti tatkala mendapatkan perunggu di ASEAN University Games 2014 di Palembang dan tampil dalam Kejuaraan Asia Atletik 2015 di Wuhan, China, walau belum bisa membawa pulang medali.
Puncaknya, Sri meraih emas 400 meter di Kejuaraan Nasional Atletik 2015 di Jakarta. Pada PON Jawa Barat 2016 sekaligus PON keduanya, dia menyumbangkan emas 400 meter dan perunggu 200 meter untuk Sumsel. Dalam final 400 meter PON 2016, dia mencatat waktu 54,46 detik yang sekaligus memecahkan rekor PON milik Emma Tahapary dengan 55,24 detik pada PON Jakarta 1985.
Nama Sri pun kian mencuat. Dia dipercaya membela Indonesia tampil 400 meter dan estafet 4 x 400 meter putri Asian Games Jakarta-Palembang 2018 serta tampil di dua nomor yang sama pada SEA Games Filipina 2019. Sayangnya, dia belum bisa menyumbangkan medali dalam dua ajang besar tersebut.
Dianggap habis
Usai Asian Games dan SEA Games, Sri kembali ke pelatda Sumsel. Meski bersaing di Asian Games dan SEA Games tak mudah, kegagalan Sri mendulang medali di dua pentas itu sempat membuat dia dianggap telah habis. Apalagi Sri mulai disibukkan oleh aktivitas selain latihan, seperti kerja dan rumah tangga.
Sri diterima menjadi anggota TNI AD sejak 2016 dan menikah dengan mantan rekannya di pelatda, Andi Fernando sejak akhir 2019. Sejumlah pelatih dan pengurus PASI Sumsel mengira, Sri pasti kesulitan membagi waktu latihan, kerja, dan mengurus rumah tangga. Ditambah faktor usia yang memasuki masa senior dan ada pandemi Covid-19 yang membuat vakumnya semua kejuaraan level nasional, performa Sri dinilai sulit untuk meningkat lagi.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Ekspresi pelari Sumsel, Sri Mayasari, setelah finis pertama pada nomor perlombaan 400 meter putri cabang atletik PON Papua 2021 di Stadion Atletik Kompleks Olahraga Mimika, Timika, Kabupaten Mimika, Papua, Selasa (12/10/2021).
Nyatanya, Sri bisa membalikkan semua prediksi. Di samping memecahkan rekornas 400 meter, Sri turut merebut emas 200 meter dalam PON Papua. ”Sri selalu bersungguh-sungguh, terutama dalam latihan. Hasil saat ini merupakan akumulasi keteguhan tekadnya untuk terus menjadi lebih baik. Kerja keras yang dilakukannya tidak membohongi hasil yang ditunainya sekarang,” ungkap Mitrisno, pelatih pelatda atletik Sumsel sekaligus mantan Kepala Sekolah Olahraga Negeri Sriwijaya.
Munculnya Sri sebagai pemecah rekornas 400 meter PON Papua bak kolam air segar di tengah padang pasir yang tandus. Prestasinya diharapkan bisa menginsiprasi para pelari lain, terutama atlet muda bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk mengejar prestasi tertinggi. ”Saya menanti lama rekor saya bisa dipecahkan. Setelah 37 tahun, akhirnya doa itu terwujud. Saya berharap Sri bisa membuka jalan geliat prestasi di lari 400 meter putri,” pungkas Emma.
Biodata
Nama: Sri Mayasari
Tempat tanggal lahir: Sekayu, Musi Banyuasin, 24 April 1994
Orangtua: Khozi (ayah) dan Henawati (ibu)
Suami: Andi Fernando
Prestasi:
- Emas 400 meter putri PON Papua 2021
- Emas 200 meter putri PON Papua 2021
- Emas 400 meter putri PON Jawa Barat 2016
- Perunggu 200 meter putri PON Jawa Barat 2016
- Rekor PON sekaligus rekor nasional 400 meter putri dengan 53,21 detik