Di olahraga terukur, seperti renang, hasil tidak akan mengkhianati proses. Tim renang Jatim menikmati hasil dari proses latihan panjang mereka.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Pertarungan para perenang PON Papua 2021 di Arena Akuatik Lukas Enembe, Kabupaten Jayapura, telah berakhir pada Kamis (14/10/2021). Kejutan datang dari tim Jawa Timur yang bermaterikan perenang nasional, seperti Adinda Larasati Dewi dan Glenn Victor. Mereka mencuri gelar juara umum di Papua yang telah digenggam tim Jawa Barat dalam dua gelaran terakhir.
Seragam jaket dan celana bercorak hijau-kuning tidak berhenti menghiasi podium juara Arena Akuatik Lukas Enembe. Kemunculan berulang warna khas Jatim ini menandakan dominasi mereka di ”Bumi Cendrawasih”.
Pada hari terakhir lomba, Kamis malam, Jatim masih terus mengukir prestasi lewat 1 emas dan 4 perunggu. Satu-satunya emas diraih oleh Adinda lewat nomor 200 meter gaya kupu-kupu yang finis dengan catatan waktu 2 menit 14,53 detik. Adinda menambah koleksi pribadinya menjadi total 7 emas dan 1 perak.
Tambahan medali itu sekaligus memastikan Adinda dan rekan-rekan sebagai juara umum lewat raihan total 14 emas, 7 perak, dan 9 perunggu. Mereka mengungguli dua rival sekaligus, DKI Jakarta (10 emas, 11 perak, dan 4 perunggu) serta Jabar (9 emas, 8 perak, dan 8 perunggu).
Kata Adinda, prestasi ini tidak jatuh dari langit. Mereka telah berkorban banyak selama pandemi Covid-19. Salah satunya, dia tidak pulang selama satu tahun karena menjalani karantina dalam latihan tertutup tim di gedung kolam renang KONI Jatim.
Setelah Covid-19 mereda sedikit akhir tahun lalu, kami mulai latihan. Latihannya tertutup, tidak boleh keluar masuk. Itu setahun tidak boleh keluar dari kolam renang KONI. Tinggal di situ, latihan di situ.
”Setelah Covid-19 mereda sedikit akhir tahun lalu, kami mulai latihan. Latihannya tertutup, tidak boleh keluar masuk. Itu setahun tidak boleh keluar dari kolam renang KONI. Tinggal di situ, latihan di situ,” ucap perenang spesialis gaya kupu-kupu dan gaya bebas tersebut.
Kolam renang tersebut dimodifikasi menjadi ”benteng” khusus tim renang Jatim. Mereka bisa berlatih tanpa takut pandemi Covid-19. Para perenang juga menginap di dalamnya. Kantor-kantor yang berada di area kolam dijadikan kamar.
Rasa bosan menjadi tantangan yang harus dihadapi para perenang. Mereka hanya bisa bermain di sekitar area kolam, yang merupakan tempat latihan juga. ”Enak, sih, tempatnya lengkap dibikin kamar dan ada dapur. Tetapi, lebih ke jenuh, ya. Tetap saja itu bukan rumah sendiri,” kata Adinda.
Demi mengusir bosan itu, para perenang mengakalinya dengan belanja barang atau makanan daring. Biasanya, ada penjaga gedung kolam yang selalu mengantarkan pesanan daring mereka. Ketika pesanan itu datang, para perenang amat bahagia.
Tetapi, pengorbanan itulah yang terbayar di Papua. Tim Jatim mampu berjaya di tengah dominasi atlet pelatnas DKI dan Jabar. Mereka memiliki keuntungan bisa berlatih saat pandemi lewat inovasi tersebut.
Saat bersamaan, banyak tim daerah lain terputus latihannya akibat pandemi. Bahkan, perenang nasional yang berlatih di Jakarta, seperti I Gede Siman Sudartawa dan Triadi Sidiq Fauzi, sempat tidak merasakan air kolam beberapa bulan. Mereka juga terkendala tutupnya pusat kebugaran. Tak pelak, performa mereka menurun drastis.
Adinda dan rekan-rekan juga jadi lebih kompak karena tinggal bersama. Terbukti, Adinda bersama tim putri sukses menyumbangkan tiga emas beregu sekaligus. ”Kami jadi satu tim, jadi lebih kompak. Memang sih bosan, tetapi mendingan bosan daripada tidak ngapain-ngapain,” ucapnya yang sempat tidak berlatih ke kolam selama enam bulan pada awal 2020.
Inovasi ini berasal dari Ketua KONI Jatim Erlangga Satriagung. Awalnya, latihan para perenang sempat ingin digabung dengan atlet cabang olahraga lain. Tetapi, akhirnya gedung hanya dipakai untuk cabang renang yang merupakan prioritas pendulang medali.
Pelatih renang tim Jatim Chusaini Matleq menilai, inovasi jadi kunci kesukesan mereka di Papua. ”Inovasi penting agar anak-anak tetap bisa berlatih, tetapi juga sambil menaati protokol kesehatan. Tanpa itu, kami hanya berdiam diri dan tidak berkembang,” ungkapnya.
Prestasi Jatim, menurut Erlangga, bukan hanya berasal dari inovasi tersebut. Mereka bisa berada di titik sekarang juga karena komitmen selama empat tahun terakhir. Setelah PON Jabar, mereka benar-benar mengevaluasi program latihan.
”Ini semua adalah kerja keras atlet, pelatih, dan ofisial sejak 2017. Sekarang akuatik Jatim lebih maju. Saya lihat kekuatan renang semakin merata antara kami, DKI, dan Jabar, dibandingkan dulu,” jelasnya.
Kesuksesan inovasi Jatim memberikan sebuah inspirasi besar di tengah pandemi. ”Benteng” serupa mungkin bisa diterapkan di skala lebih besar, misalnya di pelatnas. Dengan itu, para perenang nasional bisa terhindar dari gangguan gelombang pandemi selanjutnya. Mereka bisa fokus untuk menatap SEA Games dan Asian Games tahun depan.