Setelah Taufik Hidayat, Jawa Barat akhirnya memiliki raja baru di tunggal putra PON pada diri Panji Ahmad Maulana. Emas di PON Papua 2021 menjadi ajang pembuktian diri Panji yang tersingkir dari pelatnas, awal 2019.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
Panji Ahmad Maulana, pebulu tangkis tunggal Jawa Barat, menyamai prestasi idolanya, Taufik Hidayat, di Pekan Olahraga Nasional Papua 2021. Ia menjadi pemain Jabar pertama dalam 17 tahun yang mempersembahkan medali emas tunggal putra PON setelah Taufik meraih emas PON Sumatera Selatan 2004.
Pada laga final di GOR Waringin, Abepura, Kota Jayapura, Selasa (13/10/2021), Panji memenangi duel dengan sesama pemain Jabar, Syabda Perkasa Belawa, 21-9, 21-17, hanya dalam waktu 33 menit.
Kemenangan itu menjadi bukti bahwa penampilan Panji masih setara dengan pemain yang tergabung di pelatnas di Cipayung, Jakarta Timur. Panji tersingkir dari skuad pelatnas bulu tangkis sejak Januari 2019, tetapi hal itu justru menghadirkan semangat berlipat untuk membuktikan dirinya masih bisa bersaing di level tertinggi nasional.
Syabda, lawannya di final, adalah salah satu dari dua pemain tunggal Jabar yang berstatus pemain pelatnas. Satu pemain lain ialah Alvi Wijaya. Selain Syabda, Panji juga mengalahkan pemain pelatnas lain, yaitu Ikhsan Leonardo Emauel Rumbay, yang membela Sulawesi Utara pada babak semifinal serta Yonathan Ramlie dari DKI Jakarta pada perempat final. Ikhsan bukan lawan sembarangan karena menempati unggulan pertama di tunggal putra.
”Melawan pemain pelatnas pasti memberikan motivasi ekstra. Sejak awal, target saya membawa pulang emas karena ingin membuktikan masih bisa bersaing dengan pemain pelatnas,” ujar Panji yang ditemui seusai pertandingan.
Ia mengakui sempat kecewa dan vakum berlatih bulu tangkis sekitar enam bulan setelah terdegradasi dari Cipayung. Program latihannya membaik setelah dirinya menerima tawaran untuk bergabung dengan PB Candra Wijaya yang berlatih di kawasan Tangerang Selatan, Banten.
Tersingkir dari pelatnas membuat kesempatan tampil di turnamen internasional juga berkurang. Pada 2019, ia hanya mengikuti tiga turnamen internasional. Jumlah itu menurun drastis daripada 14 turnamen internasional pada 2018. Kondisi itu membuat peringkat duianya turun, dari posisi ke-72 pada akhir 2018 ke peringkat ke-180 saat ini.
Ketika pandemi Covid-19 meniadakan turnamen nasional dan internasional selama 2020, Panji lebih banyak menjalani program latihan mendiri yang tidak rutin. Ia kesulitan menemui lawan latih tanding yang setara karena hanya berlatih dengan para pemain yunior di klub. Namun, Panji langsung berpretasi pada turnamen internasional perdananya tahun ini di Austria Terbuka 2021 pada 27-30 Mei. Panji menjadi juara seusai menumbangkan Arnaud Merkle (Perancis) di final. Setelah itu, ia pun mempersiapkan diri untuk membela Jabar di ajang PON.
Cedera
Meskipun tidak berlatih rutin seperti pemain pelatnas, Panji masih menjadi tumpuan Jabar di PON. Ia selalu meraih kemenangan pada nomor beregu putra dan membawa Jabar ke final. Sayang, ia menderita cedera pergelangan kaki sehingga hanya bisa menyaksikan rekan setimnya tumbang, 2-3, dari DKI Jakarta di final.
Belum sepenuhnya pulih dari cedera tidak menghalangi Panji tampil di nomor perorangan. Ia memainkan lima laga untuk merebut emas tanpa kehilangan satu gim pun. Semua dijalaninya dengan mengenakan kanesio tape di pergelangan kaki kiri untuk meredakan rasa sakit.
Melawan pemain pelatnas pasti memberikan motivasi ekstra. Sejak awal, target saya membawa pulang emas karena ingin membuktikan masih bisa bersaing dengan pemain pelatnas.
Panji bukan satu-satunya pemain yang harus menghadapi musuh ganda di arena PON Papua, yaitu lawan di lapangan dan cedera. Stephanie Widjaja, tunggal putri Jakarta, dan Indah Cahya Sari Jamil, ganda Jawa Tengah, juga melawan batas tubuh mereka. Namun, hanya Panji yang bisa menyelesaikan tugasnya dengan sempurna. Stephanie mengundurkan diri di perempat final, sementara Indah tidak bisa melanjutkan laga di final ganda campuran.
”Saya berusaha tidak memikirkan cedera ini. Saya yakin dengan diri saya sendiri,” kata Panji yang bergabung di pelatnas pada periode 2015 hingga awal 2019.
Pelatih tunggal putra Jabar, Aang Andi Suhandi, mengatakan, meskipun menjadi satu-satunya tunggal putra Jabar yang tidak berstatus pemain pelatnas, Panji memiliki kemampuan setara. Menurut Aang, kekuatan Panji terletak pada ketenangan serta pukulan backhand keras dan terarah.
”Semoga prestasi di PON ini terus memacu Panji untuk meningkatkan kemampuannya,” kata Aang.
Dengan emas yang disumbangkan Panji, tim bulu tangkis Jabar menutup PON Papua dengan raihan 3 emas, 2 perak, dan 1 perunggu. Koleksi emas Jabar disamai oleh Jawa Timur yang membawa pulang 3 emas dari beregu putri, ganda campuran, dan ganda putri. Satu emas bulu tangkis diraih Jakarta dari beregu putra.
Setelah mengharumkan tanah kelahirannya di PON Papua, Panji masih menyimpan hasrat untuk memberikan sumbangan prestasi terbaik bagi Indonesia. ”Harapan saya bisa kembali masuk pelatnas. Saya punya target untuk tampil di Olimpiade Paris 2024,” ucapnya.