Gareth Southagate menyerah terhadap kritik dan melawan nuraninya. Ia kemudian membuat eksperimen yang pada akhirnya cukup menghambat Inggris menyegel tiket Piala Dunia 2022 lebih cepat.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
LONDON, RABU — Upaya Inggris untuk memastikan tempat lebih cepat di Piala Dunia 2022 Qatar belum berjalan mulus. Pasukan Gareth Southgate ditahan imbang 1-1 oleh Hongaria di Stadion Wembley, Rabu (13/10/2021) dini hari WIB. Southgate melakukan sejumlah eksperimen yang gagal meningkatkan kreativitas tim.
Menghadapi Hongaria di kandang, Southgate membuat perubahan dibandingkan ketika saat menang 4-0 melawan Andorra pada pertandingan sebelumnya. Ia bereksperimen dengan memasang tiga gelandang kreatif Jack Grealish, Phil Foden, dan Mason Mount sejak menit awal.
Perubahan itu dia lakukan seiring kritik yang menyebut dirinya terlalu konservatif dan berhati-hati ketika memutuskan susunan pemain. Kritik itu membuat Southgate melawan semua nalurinya dengan hanya menurunkan Declan Rice sebagai gelandang bertahan meski ada pilihan untuk menurunkan Jordan Henderson.
Selama ini, Southgate cenderung memilih pola bermain konservatif dan hati-hati dengan menurunkan dua gelandang bertipe bertahan dalam formasi yang menggunakan tiga pemain tengah.
Trio Grealish, Mount, dan Foden tidak begitu bertaji dalam membongkar pertahanan Hongaria yang tampil sangat terorganisasi sejak awal laga. Grealish yang beroperasi di sayap kiri berkali-kali merepotkan pertahanan Hongaria dengan manuver-manuver berbahayanya.
Namun, di sisi lain, peran Foden dan Mount tidak begitu terlihat dalam pertandingan ini. Mount bahkan kesulitan menembus pertahanan Hongaria. Gelandang Chelsea itu juga beberapa kali melakukan kesalahan operan yang berujung pada serangan balik Hongaria.
”Kami sering menggunakan (formasi) 4-3-3. Hari ini kami ingin melihat sesuatu yang sedikit berbeda dengan tidak memiliki (Kalvin) Phillips yang telah menjadi bagian penting dari lini tengah. Kami tahu harus mematahkan pertahanan yang solid malam ini. Kami tidak memiliki aliran bola yang sama seperti yang kami harapkan,” ujar Southgate.
Walau tampil dominan, Inggris tertinggal lebih dulu melalui gol penalti Roland Sallai pada menit ke-24. Penalti diberikan setelah Loic Nego dilanggar bek kiri Inggris, Luke Shaw, di dalam kotak penalti. Ketika terjadi perebutan bola udara, kaki Shaw dianggap naik terlalu tinggi dan mengenai kepala Nego.
Gol Sallai membuat para pemain Inggris tersengat. Mereka lalu tampil lebih menyerang. Setelah beberapa kali upaya terbentur tembok kokoh pertahanan Hongaria, upaya Inggris akhirnya membuahkan hasil pada menit ke-37.
Berawal dari tendangan bebas Foden, bola meluncur ke jantung pertahanan Hongaria. Pemain belakang John Stones yang maju membantu serangan menemukan ruang bebas dan kemudian menyodorkan bola ke gawang. Gol Stones disambut sukacita para pendukung Inggris.
Kedudukan imbang 1-1 bertahan hingga turun minum. Setelah jeda istirahat, Inggris melanjutkan dominasinya. Namun, para pemain Hongaria bertahan dengan sangat disiplin dan tanpa kompromi. Sejumlah peluang mampu diciptakan para pemain Inggris, tetapi tidak satu pun yang mampu membobol gawang Hongaria. Kedua tim harus puas bermain imbang 1-1 hingga akhir laga.
Kans Inggris untuk memastikan diri ke putaran final Piala Dunia Qatar masih terbuka. Meski meraih hasil imbang, Inggris masih kokoh di puncak klasemen Grup I dengan perolehan 20 poin hasil dari enam kali menang dan dua kali imbang.
Untuk memastikan tempat di Qatar, tim ”Tiga Singa” setidaknya harus mengamankan empat poin lagi. Target itu di atas kertas masih memungkinkan untuk diraih. Inggris akan menghadapi Albania (13 November 2021) dan San Marino (16 November 2021) di dua pertandingan tersisa Grup I.
Memikirkan keseimbangan
Menghadapi kenyataan bahwa eksperimennya gagal, Southgate menyatakan akan lebih memikirkan keseimbangan tim untuk jangka waktu ke depan. Itu artinya, bukan tidak mungkin mantan pelatih klub Middlesbrough itu akan kembali pada jati dirinya sebagai pelatih yang berhati-hati dan konservatif. Pilihan untuk menurunkan satu gelandang bertahan barangkali tidak akan diambil lagi oleh Southgate.
Kami berada di posisi yang sangat kuat di grup. Tetapi, malam ini adalah kekecewaan besar. Kami harus memastikan diri untuk melakukannya dengan benar bulan depan.
”Kami berada di posisi yang sangat kuat di grup. Tetapi, malam ini adalah kekecewaan besar. Kami harus memastikan diri untuk melakukannya dengan benar bulan depan,” kata Southgate.
Di sisi lain, gelandang Declan Rice mengatakan, Inggris mendominasi pertandingan walau tidak mampu meraih kemenangan. Inggris menguasai 64 persen penguasaan bola dan mencatatkan 11 tembakan dengan lima di antaranya mengarah tepat ke gawang.
Rice menganggap Inggris tidak perlu berkecil hati atas hasil imbang. Hongaria, kata Rice, bermain sangat solid dan sulit ditembus para pemain Inggris. Dengan banyak peluang ke gawang Hongaria, Rice menyebut timnya kurang beruntung mencatatkan hasil imbang.
”Kadang-kadang Anda harus menghargai betapa kerasnya lawan. Hongaria jauh lebih baik daripada saat kami bermain tandang. Mereka sangat ketat, sangat kompak, dan bekerja sangat keras,” kata Rice.
Sementara itu, Pelatih Hongaria Marco Rossi merasa beruntung karena menghadapi Inggris yang berbeda dibandingkan dengan pertandingan-pertandingan sebelumnya. Eksperimen Southgate membawa berkah bagi Hongaria. Mereka setidaknya masih punya asa lolos ke Qatar meski itu teramat tipis.
Hongaria butuh keajaiban untuk berada di peringkat kedua grup agar bisa lolos lewat jalur playoff. Untuk itu, mereka harus menyapu bersih dua laga tersisa dengan catatan Polandia dan Albania yang berada di peringkat kedua dan ketiga grup menelan kekalahan beruntun. Dengan begitu, Hongaria berpeluang finis di posisi kedua Grup I.
”Kami sedikit beruntung menemukan tim Inggris yang tidak bermain dengan baik pada malam terbaiknya. Jika saya tidak salah, ini pertama kalinya Hongaria merebut poin di Wembley sejak 1953,” kata Rossi. (AP/REUTERS)