Indonesia harus mewaspadai ”kuda hitam” Thailand yang mampu mengalahkan Taiwan, 3-2. Peta persaingan di Grup A Piala Thomas menjadi lebih sengit dengan kemenangan tersebut.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
AARHUS, MINGGU — Prediksi bahwa persaingan Grup A akan menjadi yang paling ketat dalam babak penyisihan Piala Thomas terbukti dengan kekalahan Taiwan dari Thailand. Maka, tak boleh ada kata lengah bagi Indonesia, yang juga menjadi bagian dari grup itu, ketika berhadapan dengan Thailand.
Pertemuan itu akan terjadi di Ceres Arena, Aarhus, Denmark, Senin (11/10/2021), mulai pukul 13.30 waktu setempat atau pukul 18.30 WIB. Pertandingan tersebut akan didahului penampilan tim putri Indonesia melawan Perancis, juga pada Grup A, pukul 13.30 WIB.
Di antara empat tim yang bergabung dalam Grup A Piala Thomas—satu tim lainnya adalah Aljazair—persaingan ketat diprediksi terjadi antara Indonesia dan Taiwan, sementara Thailand layak disebut sebagai ”kuda hitam”. Namun, setelah Thailand menang 3-2 atas Taiwan, pada Sabtu, peta persaingan bisa menjadi lebih ketat.
”Sepertinya persaingan di Grup A menjadi yang paling ketat. Tidak akan mudah bagi kami untuk mengalahkan Thailand dan Taiwan,” ujar kapten tim putra Indonesia, Hendra Setiawan, Minggu.
Pemain yang telah delapan kali membela Indonesia dalam Piala Thomas itu berharap, kemenangan 5-0 atas Aljazair, Minggu dini hari waktu Indonesia, bisa menumbuhkan semangat untuk laga berikutnya. Apalagi, tantangan dari setiap laga semakin berat.
Pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi juga menilai, Thailand adalah tim yang tidak bisa dianggap enteng. Bertanggung jawab atas nomor yang selalu menjadi andalan Indonesia untuk meraih poin, Herry pun akan memilih pasangan yang benar-benar siap menyumbangkan kemenangan.
”Ganda putra harus bisa meraih dua kemenangan. Di tunggal, kalau berada dalam penampilan terbaik, saya rasa Anthony (Sinisuka Ginting) bisa mengatasi Thailand, sementara tunggal kedua dan ketiga masih tanda tanya. Jadi, saya akan tekankan pada pemain ganda putra bahwa mereka harus mendapat dua poin,” ujar Herry.
Ketika melawan Taiwan, ganda Thailand mengandalkan Supak Jomkoh/Tanupat Viriyangkura sebagai ganda pertama. Kombinasi ini berbeda ketika Thailand tampil dalam kejuaraan Piala Sudirman di Vantaa, Finlandia, pekan lalu.
Saat itu, mereka menurunkan Jomkoh/Kitinupong Kedren yang berperingkat ke-94 dunia. Mereka tampil baik dengan mengalahkan He Jiting/Tan Qiang (China) dan Choi Solgyu/Seo Seng-jae (Korea Selatan).
Namun, menghadapi Taiwan, Kedren dipasangkan dengan mantan pasangannya, Dechapol Puavaranukroh. Mereka terakhir kali bermain pada Kejuaraan Asia, April 2019, sebelum Puavaranukroh difokuskan bermain pada ganda campuran besama Sapsiree Taerattanachai.
Kekuatan sesungguhnya ganda Thailand justru ada pada ganda kedua. Dengan peringkat dunia rendah dan menjadi ganda kedua, itu justru menjadi kekuatan mereka.
”Menurut saya, kekuatan sesungguhnya ganda Thailand justru ada pada ganda kedua. Dengan peringkat dunia rendah dan menjadi ganda kedua, itu justru menjadi kekuatan mereka. Untuk menentukan ganda Indonesia yang akan tampil, saya akan berdiskusi dulu dengan pemain,” tutur Herry.
Pada nomor tunggal, Anthony tampaknya akan menjadi pilihan utama dibandingkan memilih formasi Jonatan Christie, Shesar Hiren Rushtavito, dan Chico Aura Dwi Wardoyo seperti ketika berhadapan dengan Aljazair. Menghadapi tantangan kian berat, agak riskan jika menurunkan Chico, sebagai tunggal ketiga, yang menjalani debut dalam Piala Thomas.
Meski pemain-pemain Indonesia unggul dalam peringkat dunia, penentuan pemenang pada partai kelima melalui nomor tunggal harus diantisipasi. Apalagi, Thailand memiliki Suppanyu Avihingsanon, sebagai tunggal ketiga, yang berpengalaman bermain dalam Piala Thomas sejak 2014.
”Saya sudah terbiasa menjadi tunggal ketiga, jadi sudah terbiasa pula menghadapi tekanan dalam pertandingan penentuan,” ujar Avihingsanon setelah memastikan kemenangan atas Taiwan.
Thailand juga memiliki pemain kunci pada nomor tunggal, yaitu Kunlavut Vitidsarn, yang kemungkinan akan menjadi lawan Jonatan. Jonatan pernah mengalahkan pemain berusia 20 tahun itu pada babak pertama All England, sebelum skuad Indonesia didiskualifikasi karena berada dalam pesawat yang sama dengan penumpang terinfeksi Covid-19.
Akan tetapi, penampilan Vitidsarn setelah itu lebih konsisten. Jonatan memenangi tiga dari lima pertandingan (60 persen), sedangkan Vitidsarn menang dalam enam dari delapan laga (75 persen). Dua kemenangan didapat dari Kidambi Srikanth (India) dan Shi Yuqi (China) pada Piala Sudirman serta atas Wang Tzu Wei (Taiwan) di Aarhus.
Waspadai Perancis
Seperti tim putra, tim putri Indonesia juga akan menghadapi tantangan lebih berat pada laga kedua Grup A Piala Uber. Perancis, dinilai pemain ganda putri Apriyani Rahayu, memiliki kekuatan merata pada nomor tunggal dan ganda.
”Karena kekuatan mereka rata, saya berharap teman-teman waspada. Seperti saat melawan Jerman, kita tidak boleh lengah,” kata Apriyani.
Pertandingan melawan Perancis menjadi laga kedua tim putri Indonesia setelah mengalahkan Jerman, 4-1. Adapun Perancis kalah 0-5 dari Jepang, pada laga sebelumnya.
Diperkuat sembilan, dari 12 pemain, yang menjalani debutan dalam Piala Uber, Indonesia pun akan mengandalkan mereka kembali seperti ketika mengalahkan Jerman. Saat itu, debutan yang turun adalah Putri Kusuma Wardani, Ester Nurumi Tri Wardoyo, dan Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto. Mereka mendampingi tiga pemain yang berpengalaman tampil dalam Piala Uber lain, Gregoria Mariska Tunjung dan Greysia Polii/Apriyani.