Kualitas Penyerang yang Membuat Perbedaan bagi Perancis
Perancis menundukkan Spanyol 2-1 pada final Liga Nasional Eropa. Perbedaan kualitas penyerang kedua tim menjadi pembeda dalam laga ini.
Oleh
I Gusti Agung Bagus Angga Putra
·4 menit baca
MILAN, SENIN — Perancis merebut gelar juara Liga Nasional Eropa setelah mengandaskan perlawanan Spanyol di Stadion San Siro, Milan, Senin (11/10/2021) dini hari WIB, dengan skor 2-1. Perbedaan kualitas penyerang yang dimiliki kedua tim menjadi faktor pembeda dalam pertandingan ini.
Laga final Liga Nasional Eropa 2021 adalah pertarungan barisan penyerang. Perancis mampu unggul karena memiliki dua penyerang tajam, Karim Benzema dan Kylian Mbappe. Kontribusi gol kedua penyerang itu mengantarkan Perancis menjadi juara.
Meski mendominasi penguasaan bola hingga 64 persen dan memiliki 4 peluang emas, Spanyol seperti kehilangan akal untuk mencetak banyak gol. Pelatih Luis Enrique menurunkan tiga pemain di lini depan yang bukan berposisi murni sebagai penyerang.
Enrique memilih menurunkan trisula Ferran Torres, Mikel Oyarzabal, dan Pablo Sarabia dalam formasi dasar 4-3-3. Posisi asli ketiga pemain tersebut adalah pemain sayap. Enrique menurunkan ketiganya karena penyerang Alvaro Morata dan Gerard Moreno absen akibat cedera.
Pada laga semifinal menghadapi Italia, Enrique juga menurunkan Torres, Oyarzabal, dan Sarabia. Berbeda dengan kali ini, saat itu ketiganya tampil cukup efektif dan membantu Spanyol menundukkan Italia dengan skor 2-1.
Saat itu Torres mendapat tugas sentral sebagai pencetak gol dengan ditempatkan sebagai penyerang tengah. Tugas tersebut ditunaikan dengan sangat baik. Torres tampil cemerlang dan mencetak dua gol kemenangan Spanyol atas Italia.
Menghadapi Perancis, Enrique tidak menerapkan hal yang sama. Torres digeser ke pos penyerang kanan. Sementara posisi penyerang tengah diserahkan kepada Oyarzabal.
Perubahan posisi tersebut tidak begitu berhasil. Tiadanya Torres di pos penyerang tengah membuat Spanyol kehilangan daya gedor. Karena itu, meski mendominasi penguasaan bola, hampir tidak ada ujian berat bagi kiper Perancis, Hugo Lloris. Manuver Torres di sisi kanan dengan mudah dipatahkan pemain belakang Perancis.
”Spanyol adalah tim yang lebih baik dalam hal menjaga bola dan teknik. Namun, Prancis memiliki predator haus gol di depan. Mereka memiliki pencetak gol di dalam diri Benzema dan Mbappe yang sayangnya tidak dimiliki Spanyol,” kata pengamat sepak bola Sky Sport, Jamie Redknapp.
Dipercaya sebagai penyerang tengah, Oyarzabal menjawab kepercayaan Enrique dengan golnya pada menit ke-64. Meski begitu, pemain Real Sociedad tersebut hanya mampu melepaskan dua tembakan ke gawang Perancis. Jumlah tembakan yang dia lepaskan menurun dibandingkan dengan saat melawan Italia di semifinal. Kala itu, Oyarzabal bermain lebih hidup dengan mencatatkan empat tembakan ke gawang Italia.
Sukacita tim Spanyol hanya bertahan selama 107 detik. Benzema menunjukkan kualitasnya dengan tembakan melengkung yang tak mampu dibendung Unai Simon. Ini adalah kali kedua Benzema mencetak gol untuk menghidupkan asa Perancis seusai tertinggal. Sebelumnya, saat melawan Belgia di semifinal, Benzema juga turut menginspirasi kebangkitan Perancis saat tertinggal lebih dulu.
”Karim adalah pemain penting dan dia telah membuktikan dalam dua pertandingan bahwa dia memiliki bakat yang bisa disaksikan semua orang. Dia telah meningkat di beberapa hal dan memainkan perannya dalam membangun moral tim,” ujar Pelatih Perancis Didier Deschamps.
Perancis kemudian berbalik unggul melalui gol Mbappe pada menit ke-80. Mbappe lolos dari kawalan pemain belakang Perancis. Penyerang berusia 22 tahun itu dengan tenang melepaskan tembakan mendatar saat berhadapan satu lawan satu dengan Simon. Gol Mbappe sempat memantik protes Spanyol karena berbau off-side.
Tidak ada lagi gol tercipta hingga wasit meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan. Perancis menyegel kemenangan sekaligus mengklaim trofi pertama mereka setelah menjuarai Piala Dunia 2018 di Rusia.
Memotivasi pemain
Benzema menilai gelar juara Liga Nasional Eropa kian memotivasi para pemain Perancis untuk tampil lebih trengginas di Piala Dunia Qatar tahun depan. Di Liga Nasional Eropa, Perancis membuktikan kekuatan mental juara mereka dengan mampu bangkit meraih kemenangan seusai tertinggal lebih dulu pada semifinal dan final.
”Gelar ini memberi saya lebih banyak ambisi untuk masa depan bersama tim ini. Karena tim ini punya potensi besar,” kata Benzema yang sempat absen selama lima tahun dari timnas Perancis akibat skandal pemerasan.
Gelar ini memberi saya lebih banyak ambisi untuk masa depan bersama tim ini. Karena tim ini punya potensi besar. —Karim Benzema
Sementara itu, pemain belakang Spanyol, Cesar Azpilicueta, mengaku kecewa dengan hasil akhir laga. Ia menyayangkan keputusan wasit yang mengesahkan gol Mbappe.
Azpilicueta mengkritik wasit Anthony Taylor yang tidak membuat keputusan sendiri, tetapi sepenuhnya mengikuti pandangan petugas video pembantu wasit (VAR). Meski begitu, Azpilicueta menerima apa yang terjadi dan mengatakan belajar banyak hal dari pertandingan ini.
”Saya tidak tahu mengapa dia (wasit) tidak melihat monitor lalu menyaksikan sendiri apakah itu permainan yang disengaja atau tidak. Off-side sangat jelas,” katanya.
Enrique mengatakan, Spanyol tidak kehilangan apa-apa meski gagal menjadi juara. Hal yang lebih penting, kata dia, para pemain Spanyol harus tetap menjaga rasa percaya diri dalam beberapa bulan mendatang dan terus meraih hasil positif ke depan. (AP/AFP/REUTERS)