Odekta Elvina Wujudkan Era Baru Lari Jarak Jauh Putri
Era baru lari jarak jauh putri Indonesia kini di depan mata. Pelari yang membela DKI Jakarta, Odekta Elvina Naibaho, bisa mematahkan tradisi emas pelari legendaris nasional, Triyaningsih, di nomor itu pada PON Papua.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
TIMIKA, KOMPAS – Era baru lari jarak jauh putri Indonesia tampaknya segera terjadi. Odekta Elvina Naibaho, pelari putri asal Dairi, Sumatera Utara, tetapi membela DKI Jakarta, digadang-gadang sebagai calon penerus estafet "ratu" lari jarak jauh yang disandang pelari asal Semarang, Jawa Tengah, Triyaningsih.
Hal itu tak lepas dari keberhasilan Odekta menyapu bersih emas tiga nomor lari jarak jauh putri pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021, yakni 5.000 meter, 10.000 meter, dan maraton. Kesuksesan pelari kelahiran 5 November 1991 ini sekaligus membuat Triyaningsih untuk pertama kalinya tidak membawa pulang salah satu emas dari tiga nomor tersebut sejak pertama kali mengikuti PON di Sumatera Selatan pada tahun 2004.
”Memang, sekarang, prestasi saya lebih baik dari Triyaningsih. Tapi, catatan waktu saya masih jauh di bawah rekor terbaiknya yang susah dipecahkan dalam beberapa tahun mendatang. Hanya saja, prestasi-prestasi ini memotivasi saya agar bisa terus lebih baik di kemudian hari, terutama di ajang internasional,” ujar Odekta seusai pertandingan nomor maraton putri di Perumahan Kuala Kencana PT Freeport Indonesia, Kota Timika, Kabupaten Mimika, Sabtu (9/10/2021).
Odekta meraih emas maraton putri dengan waktu 2 jam 48 menit 46 detik. Adapun perak direbut Triyaningsih dengan 2 jam 58 menit 56 detik. Perunggu dibawa pulang oleh pelari Kalimantan Timur, Irma Handayani, dengan 3 jam 51 detik.
Secara keseluruhan, Odekta yang telah menjalani PON kedua dalam kariernya menjadi bintang lintasan lari jarak jauh dalam PON Papua. Pada hari pertama penyelenggaraan cabang atletik di Stadion Atletik Kompleks Olahraga Mimika Freeport, Timika, Selasa (5/10) lalu, ia meraih emas 5.000 meter putri dengan 16 menit 57,58 detik.
Selang dua hari kemudian, Odekta merebut emas 10.000 meter putri dengan 36 menit 7,7 detik. Kesuksesan itu dilengkapinya lewat raihan emas di nomor maraton. Catatan waktunya di tiga nomor itu sekaligus memecahkan rekor terbaik pribadinya.
Saya berharap Odekta bisa konsisten berprestasi. Tidak hanya di ajang nasional, melainkan juga di level internasional, terutama melanjutkan tradisi emas Indonesia di SEA Games. (Triyaningsih)
”Khususnya untuk maraton, ada semangat untuk menuntaskan rasa penasaran ketika saya gagal finis di SEA Games Filipina 2019. Waktu itu, saya pingsan 600 meter sebelum finis karena heatstroke. Padahal, kalau bisa finis, mungkin saya membuat rekor terbaik pribadi di sana. Tapi, ada hikmahnya. Saya jadi tetap membumi dan terus berusaha menjadi lebih baik. Kegagalan itu akhirnya terbayarkan di PON ini,” terangnya.
Meraih sejarah
Keberhasilan Odekta menjadi sejarah di PON. Setidaknya, dia bisa mematahkan tradisi emas Triyaningsih dari PON 2004 hingga PON Jawa Barat 2016. Dalam empat PON sebelumnya itu, pelari legendaris kelahiran 15 Mei 1987 tersebut selalu meraih setidaknya satu emas dari nomor-nomor lari jarak jauh, terutama 5.000 meter atau 10.000 meter.
Pada PON 2016, Triyaningsih merebut dua emas dari 10.000 meter dan maraton. Adapun di PON kali ini, selain perak maraton, pelari berusia 34 tahun tersebut harus puas dengan perak 5.000 meter dan perunggu 10.000 meter.
”Saya bersyukur sekali masih bisa mendapatkan medali. Tapi, memang ada kendala atau hal yang perlu dibenahi untuk ke depannya. Dalam perlombaan, tentu ada menang dan kalah. Sebagai atlet, kami perlu menyikapinya untuk memperbaiki diri agar menjadi lebih baik di ajang-ajang berikutnya,” kata Triyaningsih.
Secara tidak langsung, Triyaningsih mengakui potensi besar yang dimiliki Odekta. Ia bangga ada yunior yang bisa mengunggulinya. ”Saya berharap Odekta bisa konsisten berprestasi. Tidak hanya di ajang nasional, melainkan juga di level internasional, terutama melanjutkan tradisi emas Indonesia di SEA Games,” ungkap Triyaningsih yang membuat tradisi emas lari jarak jauh di SEA Games selama 2007-2017, terutama pada lari 5.000 meter dan 10.000 meter.
Wita Witarsah, pelatih lari jarak jauh DKI Jakarta yang menangani Triyaningsih selama 2012-2016, menerangkan, Odekta sejatinya belum sebaik Triyaningsih dalam hal teknik. Akan tetapi, Odekta kini memiliki motivasi yang sangat tinggi untuk menjadi yang terbaik dalam setiap perlombaan.
”Banyak hal yang perlu dibenahi dari Odekta, terutama tekniknya. Hal itu tidak mudah diubah karena sudah kebiasaan,” ungkap Witarsah yang menangani Odekta sejak 2018 .
Menanti konsistensi
Odekta telah menunjukkan tanda-tanda bisa mengungguli Triyaningsih dalam dua kejuaraan bergengsi sebelum PON Papua. Pada Kejuaraan Nasional Atletik 2019 di Cibinong, Jawa Barat, dia meraih perak 5.000 meter. Adapun Triyaningsih meraih perunggu. Dalam SEA Games 2019, Odekta merebut medali perunggu 10.000 meter ,sedangkan Triyaningsih gagal finis di tiga besar.
Mustara Musa, anggota Komisi Pembibitan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI), mengatakan, rentetan hasil positif Odekta itu menjadi secercah harapan bahwa dia bisa melanjutkan tongkat estafet sebagai "ratu" lari jarak jauh nasional. Namun, Odekta masih perlu membuktikan konsistensinya, terutama di level internasional.
”Sejauh ini, Odekta baru menonjol di level nasional. Dia perlu membuktikan bisa bersaing menjadi yang terbaik di level internasional,” tuturnya.
Sementara itu, tidak ada kejutan berarti dari maraton putra. Pelari Jawa Barat, Agus Prayogo, masih menjadi yang terbaik. Dia memboyong emas dengan waktu 2 jam 33 menit 19 detik. Perak diraih pelari Sumatera Utara, Welman D Pasaribu, dengan 2 jam 33 menit 10 detik. Lalu, perak direbut pelari Kalimantan Selatan, Muhammad Ady Saputra, dengan 2 jam 33 menit 19 detik.
Serupa hasil maraton putra, tidak ada kejutan dari jalan cepat 20 kilometer putra. Atlet kawakan asal Jawa Barat, Hendro Yap, meraih emas dengan 1 jam 35 menit 38 detik. Perak direbut atlet DI Yogyakarta, Bayu Prasetyo, dengan 1 jam 37 menit 50 detik. Adapun perunggu diraih atlet Sulawesi Barat, Mursalim Bahri, dengan 1 jam 41 menit 13 detik.
Kejutan justru terjadi di jalan cepat 20 kilometer putri yang berlangsung di arena yang sama. Atlet DI Yogyakarta, Indah Lupita Sari, membawa pulang emas dengan 1 jam 54 menit 13 detik dalam debutnya di PON.