Meski dijuluki sebagai generasi emas, timnas Belgia saat ini belum mampu mempersembahkan trofi di turnamen besar. Liga Nasional Eropa menjadi target utama generasi emas Belgia sebagai bentuk pembuktian.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TURIN, RABU — Tim nasional Belgia saat ini dihuni pemain-pemain berbakat yang kerap disebut ”generasi emas”. Keperkasaan mereka juga dibuktikan dengan bertahan di peringkat atas FIFA selama lebih dari satu dekade. Namun, generasi emas Belgia belum sanggup memenangi trofi di turnamen besar. Trofi Liga Nasional Eropa pun menjadi pertaruhan mereka.
Untuk mencapai target tersebut, Belgia harus melewati Perancis pada laga semifinal di Stadion Allianz, Turin, Italia, Jumat (8/10/2021) pukul 01.45 WIB. Pertemuan kedua tim ini menjadi ulangan laga semifinal Piala Dunia Rusia 2018. Saat itu, Belgia takluk 0-1 melalui gol Samuel Umtiti.
Dengan skuad yang dihuni banyak pemain berbakat, Belgia hanya mampu finis di posisi ketiga Piala Dunia 2018 dan tersingkir pada babak perempat final Piala Eropa 2020. Gelandang Belgia, Axel Witsel, mengatakan, menjuarai Liga Nasional Eropa akan menjadi bukti sahih trofi yang mampu dipersembahkan generasi emas Belgia.
”Anda tidak dapat membandingkan Liga Nasional Eropa dengan Piala Eropa atau Piala Dunia. Namun, itu tetaplah turnamen yang diperebutkan oleh empat negara besar. Jika kami dapat memenanginya, akan menjadi pencapaian puncak untuk generasi emas ini,” kata Witsel, Rabu (6/10/2021).
Selain menjadi bukti keperkasaan generasi emas, keberhasilan menjuarai Liga Nasional Eropa juga bisa menjadi modal berharga bagi Belgia untuk menghadapi Piala Dunia 2022 di Qatar. Namun, Perancis bukan tim yang bisa dianggap remeh. Sejarah menunjukkan, Belgia belum pernah mengalahkan Perancis pada turnamen resmi sejak kualifikasi Piala Dunia 1981.
Kekuatan Belgia sedikit berkurang dengan cederanya Jeremy Doku dan Dries Mertens. Sebagai gantinya, juru taktik Belgia Roberto Martinez memanggil dua pemain dari Club Brugge, yaitu Hans Vanaken dan Charles De Ketelaere, ke dalam skuad untuk menghadapi Perancis.
Martinez bisa sedikit bernapas lega karena Belgia kini sudah bisa diperkuat gelandang Kevin De Bruyne yang absen pada kualifikasi Piala Dunia bulan lalu karena cedera. Gelandang Manchester City itu diperkirakan akan bermain di belakang Eden Hazard dan Romelu Lukaku.
Pengalaman menghadapi Perancis di semifinal Piala Dunia 2018 memberi banyak pelajaran bagi Belgia. Witsel menyampaikan, hal yang harus mereka perhatikan saat meladeni Perancis adalah harus tetap menjaga fokus dari menit pertama hingga menit terakhir.
”Perancis punya banyak pemain top yang bisa membuat perbedaan ketika Anda tidak mengharapkannya,” ujarnya.
Hal itu dirasakan Witsel di Rusia. Saat semua serangan menemui jalan buntu, Perancis justru mampu unggul melalui pemain belakang Samuel Umtiti. Gol dari pemain belakang menjadi pertanda betapa meratanya kualitas pemain Perancis di semua lini.
Sementara itu, Martinez menyampaikan, belum ada trofi yang mampu mengobati kegagalan timnya di Piala Eropa 2020. Namun, kekecewaan yang dirasakan para pemainnya berangsur hilang. Belgia sudah banyak belajar dari kesalahan di Piala Dunia dan Piala Eropa.
”Sekarang kami siap untuk kompetisi yang luar biasa ini. Kami harus bekerja ekstra keras untuk juara,” kata Martinez.
Ujian berat
Pelatih Perancis Didier Deschamps menyadari, Belgia akan memberikan ujian yang berat bagi timnya. Apalagi, Perancis tak bisa diperkuat gelandang andalan N’golo Kante yang tengah dibekap cedera.
Absennya Kante memengaruhi keseimbangan lini tengah Perancis. Oleh sebab itu, agar pertahanan bisa stabil, Deschamps mempertimbangkan untuk menggunakan formasi tiga bek.
Perancis punya banyak pemain top yang bisa membuat perbedaan ketika Anda tidak mengharapkannya.
Deschamps juga mewaspadai motivasi berlipat dari para pemain Belgia. Ia menilai, skuad Belgia saat ini dihuni pemain-pemain berpengalaman dengan pertahanan yang solid dan daya gedor yang luar biasa di lini depan.
”Mereka adalah generasi pemain yang sangat, sangat bagus, dan belum pernah merasakan memenangi satu turnamen besar,” katanya.
Langkah Perancis untuk melangkah ke final kian berat dengan kabar kurang mengenakkan yang berkembang di dalam tim. Dalam wawancara dengan surat kabar L’Equipe, penyerang Perancis, Kylian Mbappe, mengungkapkan, suasana di pemusatan latihan tim sedang kurang positif.
Performa Perancis menurun sejak menjuarai Piala Dunia 2018. Di Piala Eropa 2020, Perancis tersingkir oleh Swiss di babak 16 besar. Dalam beberapa laga terakhir pun Perancis baru meraih satu kali kemenangan ketika menghadapi Finlandia di babak kualifikasi Piala Dunia 2022. Sebelumnya, pasukan Deschamps meraih lima kali hasil seri. Hasil yang tidak diharapkan dari tim yang dipenuhi sejumlah pemain terbaik dunia.
”Sekarang kami lebih rentan. Sebelumnya lawan harus berusaha keras mencetak gol ke gawang kami. Sekarang kami sering kebobolan gol. Kami butuh kemenangan besar. Jika kami mengalahkan Belgia dan kemudian Spanyol atau Italia dan memenangi Liga Nasional Eropa, akan membawa momentum positif bagi tim ini,” tutur Mbappe. (AFP/REUTERS)