Penerapan protokol kesehatan di sejumlah cabang PON Papua 2021 di kluster Mimika belum optimal. Ada arena yang cukup baik menerapkan protokol itu. Sebaliknya, ada arena yang tidak tegas bagi pelanggar protokol tersebut.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
TIMIKA, KOMPAS – Setelah terdapat atlet terkonfirmasi positif Covid-19 di Kluster Mimika, penerapan protokol kesehatan di sejumlah arena Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 di wilayah Kota Timika, Kabupaten Mimika tidak sepenuhnya membaik. Ada arena yang cukup ketat menerapkan protokol kesehatan. Sebaliknya, ada arena yang hanya menganjurkan orang yang hadir ke arena menjalani protokol kesehatan, tetapi pelaksanaannya masih jauh dari ideal.
Di arena cabang basket yang berada di GOR Kompleks Olahraga Mimika PT Freeport Indonesia misalnya, panitia menerapkan protokol kesehatan yang cukup baik. Penonton harus melalui dua pintu pemeriksaan sebelum masuk ke dalam arena. Di pintu itu, petugas meminta semua penonton memakai masker dan memeriksa KTP serta kartu vaksinasi. Hanya penonton yang berusia di atas 12 tahun dan bukan lansia, serta sudah mendapatkan dua kali vaksinasi yang bisa masuk arena.
Setelah lolos dari pemeriksaan itu, penonton mendapatkan gelang dan melakukan antrean untuk masuk arena. Setiap pertandingan basket, animo penonton cukup besar seperti yang terjadi dalam laga antara tim Jawa Timur dan Bali, Rabu (6/10/2021). Karena jumlah relatif banyak, antrean penonton cukup padat. Namun, semuanya tertib untuk tidak berdesakan atau berdiri terlalu rapat.
Sebelum masuk arena, petugas kembali memeriksa penonton. Hanya yang memiliki gelang yang bisa masuk. Penonton pun tidak boleh membawa masuk helm, botol minum, senjata tajam, hingga pematik api. Memasuki dalam arena, penonton harus duduk sesuai tempat yang diizinkan. Petugas telah mengatur jarak penonton sekitar satu meter dari satu orang ke orang lainnya.
Apabila kedapatan penonton yang duduk berdekatan atau tidak memakai masker, petugas cukup sigap untuk menegur penonton bersangkutan. Bahkan, mereka berani untuk mengusir penonton keluar. Hal itu terlihat saat salah satu relawan tim protokol kesehatan cabang basket, Jaqline C Gala (31) menegur rombongan satu pria dan dua perempuan yang duduk berdekatan.
Karena tidak bisa diingatkan, Jaqline tegas meminta ketiganya keluar dari arena. Sempat ada bersitegang antara Jaqline dan ketiga orang tersebut. Penonton bandel itu menganggap teguran itu tidak adil. Tetapi, mereka lekas pergi sewaktu Jaqline meminta bantuan aparat keamanan membantu mengusir ketiga orang tersebut.
”Saya sudah bertugas sejak hari pertama bola basket, 29 september. Selama bertugas, ada beberapa penonton bandel yang tidak mau diingatkan. Awalnya, saya takut menegur mereka karena takut mereka marah. Untungnya, penonton itu cuma berani melawan secara verbal. Tetapi, saya juga dibantu aparat keamanan dari kepolisian sehingga tidak ada yang sampai berani main fisik. Saya mesti tegas menerapkan protokol kesehatan karena penting kesehatan semua yang ada di dalam arena, terutama saya sendiri,” ujar guru salah satu sekolah menengah kesehatan di Timika tersebut.
Memastikan 25 persen
Koordinator tim protokol kesehatan cabang basket, Arif Iba (33) menyampaikan, salah satu yang paling penting dalam protokol kesehatan, yakni memastikan arena diisi sesuai batasan yang dibolehkan, yakni 25 persen dari kapasitas tempat duduk. Kalau penonton sudah memenuhi batasan itu, petugas akan menutup semua pintu akses masuk ke dalam arena.
Antusias masyarakat menonton basket semakin bertambah kalau tim Papua bermain. ”Tapi, selama laga bola basket berlangsung, kami masih bisa mengantisipasi lonjakan calon penonton itu agar tidak memenuhi arena melebihi batas 25 persen tersebut. Syukurnya, penonton bisa mengerti dengan aturan itu,” terang Arif.
Saya mesti tegas menerapkan protokol kesehatan karena penting kesehatan semua yang ada di dalam arena, terutama saya sendiri.
Untuk lebih memastikan keamanan, lanjut Arif, arena selalu dikosongkan sehabis laga. Di jeda antara laga satu ke laga lainnya itu, petugas melakukan penyemprotan desinfektan di setiap sudut arena. Selain itu, akses antara penonton dan anggota tim basket dipisahkan. Penonton masuk melalui pintu atas, sedangkan tim basket melalui pintu bawah.
Menurut Arif, awalnya mereka cukup kewalahan menerapkan protokol kesehatan tersebut. Sebab, jumlah relawan protokol kesehatan itu sempat sangat terbatas dengan jumlah delapan orang yang bekerja dari pukul 06.00 hingga selesai semua pertandingan yang biasanya sekitar pukul 18.00. Akan tetapi, sejak dua hari terakhir, relawan itu mendapatkan tambahan personel 19 orang sehingga total berjumlah 27 orang.
Para relawan itu ditugaskan selalu berdiri menghadap penonton untuk melihat gerak-gerik penonton yang berpotensi melanggar protokol kesehatan. ”Kami telah menjalankan protokol kesehatan ini sejak hari pertama penyelenggaraan. Kami bertugas dengan displin bukan karena ada informasi bahwa ada salah satu pebasket putri DKI Jakarta yang positif Covid-19 (sebelum menjalani laga pertamanya),” ungkap Arif.
Hanya mengingatkan
Sementara itu, di Stadion Atletik Kompleks Olahraga Mimika, panitia tampak hanya aktif mengingatkan semua orang yang ada di arena untuk memakai masker dan jaga jarak. Peringatan itu dilakukan beberapa kali. Akan tetapi, mereka tidak sampai bertindak meskipun sejumlah orang dalam arena melepas masker atau menaruh masker di dagu, dan banyak orang yang duduk saling berdekatan sambil berinteraksi satu sama lain.
Ketidakdisplinan menjalani protokol kesehatan itu banyak dilakukan orang-orang yang berada di tribun para ofisial kontingen peserta cabang atletik. Bahkan, mereka nyaris memadati tribun tersebut. Adapun di tribun penonton umum, jumlah yang hadir tidak terlalu padat tetapi tak sedikit duduk saling berdekatan.
Mirisnya ketika upacara penyerahan medali pemenang, pejabat yang memberikan medali dan cenderamata kepada atlet pemenang maupun atlet bersangkutan selalu membuka masker. Masker itu dibuka tatkala mereka melakukan foto bersama.
Kondisi ini tidak berubah dalam dua hari penyelenggaraan cabang atletik yang dimulai sejak, Selasa (5/10). Padahal, perlombaan atletik cukup menyita perhatian penonton, terutama dari kontingen peserta. Belum lagi, jumlah perlombaan itu cukup banyak yang berlangsung mulai pagi hari dan dilanjutkan pada sore hari sampai menjelang magrib.