Meski pembukaan PON Papua terpusat di Stadion Lukas Enembe, kemeriahan acara dirasakan oleh semua warga yang tak bisa hadir ke arena tersebut. Semuanya larut dalam pesta membanggakan bagi warga Bumi Cenderawasih ini.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR/KELVIN HIANUSA/ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Meski upacara pembukaan PON Papua 2021 terpusat di Stadion Utama Lukas Enembe, Kabupate Jayapura, kemeriahan acara dirasakan oleh semua warga yang tidak bisa hadir langsung di arena tersebut. Semuanya larut dalam pesta membanggakan bagi masyarakat di provinsi berjuluk ”Bumi Cenderawasih” ini.
Di kawasan Jembatan Merah Youtefa, Kota Jayapura yang berjarak sekitar 25 kilometer dari Stadion Lukas Enembe, ratusan masyarakat berkumpul untuk menyaksikan kembang api yang meledak dari arah jembatan melengkung berwarna merah itu. Sekitar pukul 20.30 WIT, akses ke jembatan yang menghubungkan wilayah Holtekamp dengan Hamadi itu ditutup. Hal itu untuk memberi rasa aman kepada warga di tengah pesta kembang api yang diledakkan dari atas jembatan.
Instalasi kembang api terpasang di sisi jembatan sejak sore hari. Kembang api meledak tepat di atas tulisan slogan PON Papua 2021, ”Torang Bisa!” yang terpasang di pinggir jembatan. Nyala kembang api dinikmati selama 10 menit atau tepatnya mulai dari pukul 21.11 WIT hingga pukul 21.21 WIT.
Sarah (20), pelayan di kafe yang berada di kawasan Pantai C\'Beery, Jayapura, mengakui dirinya baru pertama kali menyaksikan parade kembang api dalam hidupnya. Alhasil, ia tidak bergerak ketika menyaksikan kembang api dari pelataran belakang kafe tempatnya bekerja yang langsung menghadap bibir pantai. ”Kalau tidak ada PON mungkin saya tidak bisa melihat kembang api seindah ini. Semoga PON lancar dan saya bisa melihat lagi kembang api di pesta penutupan,” ujar Sarah.
Angga (24), warga Angakasa, Jayapura, terpaksa menghentikan mobilnya di atas jembatan karena ada penutupan jalan. Awalnya, ia tidak tahu bahwa akan ada pula seremoni pembukaan PON di Jembatan Youtefa. ”Saya hanya dengar info pembukaan di Stadion Utama Lukas Enembe. Meskipun sempat kesal karena perjalanan terganggu, tetapi saya terhibur karena bisa menyaksikan kembang api,” ujarnya.
Kembang apinya sangat indah. Semoga PON bisa berlangsung semegah pesta ini. Meski saya bukan warga asli sini, saya turut merasakan euforia besar selama PON.
Pertunjukkan pembukaan bukan hanya menghibur warga lokal, Jefri (58), warga Manado yang sedang bekerja di Jayapura turut bangga dengan adanya acara tersebut. Kembang api bisa mengobati kerinduannya yang sudah tidak pulang setahun ke kampung halaman. ”Kembang apinya sangat indah. Semoga PON bisa berlangsung semegah pesta ini. Meski saya bukan warga asli sini, saya turut merasakan euforia besar selama PON,” katanya.
Kemeriahan pembukaan pun menular hingga jauh ke Kota Timika, Kabupaten Mimika, yang salah satu kluster penyelenggara ajang tersebut. Puluhan warga datang bertahap dan khidmat nonton bersama pembukaan di dua layar video elektronik besar di kawasan bundaran pasar lama Jalan Yos Sudarso, Timika dan dekat Tugu Perdamaian di Jalan Budi Utomo.
Sekitar 10 meter mendekati video elektronik di Jalan Yos Sudarso, Indra Wali (26) tiba-tiba menghentikan sepeda motornya. Dia tertegun sejenak melihat upacara pembukaan yang disiarkan dalam video tersebut. ”Itu pembukaan ada di kampung saya,” ujar Indra, warga kelahiran Sentani, Kabupaten Jayapura yang tinggal di Timika tiga tahun terakhir.
Indra cukup terpukau dengan pertunjukkan yang ditampilkan dalam acara tersebut. ”Saya bangga sekali melihat pembukaan ini, sangat meriah dan luar biasa. Ini bukti Papua bisa juga menyelenggarakan kegiatan sebesar ini. Semoga setelah PON, Papua bisa semakin maju di olahraga maupun ekonomi,” katanya.
Lain lagi dengan warga asli kelahiran Timika, Oktavianus Rumere (32). Dia memang niat untuk nonton pembukaan itu. Karena jaringan internet bermasalah, dia pun rela menempuh perjalanan 15 menit dari tempat tinggalnya di kawasan Gorong-gorong ke Jalan Yos Sudarso agar bisa menyaksikan pembukaan dari video elektronik.
Oktavianus menonton semua rangkaian pembukaan dari awal hingga akhir sekitar dua jam di atas sepeda motornya di depan video elektronik tersebut. ”PON ini belum tentu ada lagi di Papua sampai seumur hidup saya. Jadi, saya tidak mau melewatkan kegiatan yang ada,” tuturnya yang tidak pernah melewatkan laga futsal PON di Timika.
Oktavianus berharap semua rangkaian PON bisa berjalan dengan aman dan lancar. Dia tidak ingin ada yang mengganggu keamanan agar nama baik Papua terjaga. ”Saya ingin PON menjadi momentum kebangkitan Papua, terutama dalam olahraga dan ekonomi. Dari pembukaan terlihat, torang bisa toh,” ujarnya.