McLaren meninggalkan Sochi Autodrom membawa segunung kecewa serta pekerjaan rumah untuk mengurai kekacauan strategi menyusul hujan yang menggagalkan kemenangan perdana Lando Norris di ajang Formula 1.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·7 menit baca
SOCHI, SENIN – McLaren mengakui melakukan kesalahan strategi dengan tidak tegas memerintahkan Lando Norris mengganti ban saat hujan mengguyur dalam enam putaran terakhir. Kesalahan itu bukan akibat kecerebohan satu atau dua orang, tetapi sistemis, karena dalam crossover atau persimpangan cuaca itu, keputusan diambil berdasar data cuaca, pengamatan kondisi trek melalui televisi, serta masukan pebalap. Aspek psikologis juga memegang peran besar, karena saat di posisi terdepan, melakukan pit stop selama 25 detik berisiko finis di belakang jika taktik yang diambil keliru.
Kelindan berbagai aspek itu membuat McLaren dan Lando Norris menelan pil pahit karena kemenangan yang sudah di depan mata tersapu hujan lebat. Pebalap Inggris berusia 21 tahun yang sedang menjemput kemenangan pertamanya itu pun hanya finis di posisi ketujuh, karena terlambat menggunakan ban intermediate atau ban basah.
Norris mengaku menolak melakukan pit stop untuk mengganti ban dengan ban basah karena mendapat informasi dari timnya, bahwa hujan tidak akan bertambah lebat. Gerimis mulai turun pada putaran 46 dari total 53 lap. Gerimis semakin rapat pada putaran ke-48, tetapi tidak berubah pada putaran ke-49 saat Norris menegaskan dirinya akan tetap berada di lintasan dengan ban slick. Pada lap itu, Lewis Hamilton yang sedang memburu Norris dengan selisih waktu 2,2 detik, diperintahkan untuk kedua kalinya oleh Mercedes supaya mengganti ban.
Putaran ke-49 ini menjadi persimpangan cuaca yang sangat sulit untuk diputuskan, karena data cuaca saja tidak cukup untuk menetapkan strategi pit stop. Tim akan menganalisis data visual kondisi trek dari layar televisi, data waktu putaran para pebalap, serta yang paling krusial adalah apa yang dirasakan oleh pebalap. Meminta masukan pebalap telah dilakukan oleh McLaren, tetapi informasi cuaca yang diinformasikan kepada Norris kurang akurat.
Pada lap itu, Norris memang bisa kembali memacu mobil lebih kencang daripada dua lap sebelumnya. Dia mencetak waktu 1 menit 52,785 detik, lebih cepat dari Hamilton yang mencatat 1 menit 56,879 detik saat pebalap Mercedes itu masuk pit.
Pada lap ke-50, kondisi justru sedikit membaik dan Norris masih bisa mencetak waktu putaran 1 menit 57,502 detik, lebih cepat dari Hamilton yang menggunakan ban basah dengan 2 menit 06,316 detik. Jika kondisi ini terus bertahan, keputusan Norris dan McLaren tetap dengan ban slick sepertinya tepat.
Namun, pada putaran ke-51, hujan semakin lebat dan Norris serta McLaren sudah terlambat untuk mengganti ban. Pebalap lain sudah mengganti ban basah mulai melesat, karena ban intermediate bisa lebih cepat hingga 10 detik per putaran daripada ban slick dalam kondisi trek sepenuhnya basah. Pada lap ke-51, waktu putaran Norris merosot menjadi 3 menit 11,081 detik, sedangkan Hamilton 1 menit 53,532 detik. Kondisi inilah yang membuat Hamilton yang sempat tertinggal 25 detik dari Norris, bisa mendahului dan meraih kemenangan ke-100.
Hamilton mengaku dirinya mengikuti perintah kedua untuk mengganti ban pada lap ke-49 karena diberitahu hujan akan memburuk. Setali tiga uang, Max Verstappen yang melakukan penggantian ban di lap ke-48 juga mengaku mendapat informasi dari timnya, Red Bull, bahwa hujan akan memburuk, serta dia merasakan kondisi di lintasan sangat licin sehingga sulit mengendalikan mobil. Keputusan Verstappen tepat, dan dia bisa meraih posisi kedua, padahal dia start paling belakang dan hingga putaran ke-46 masih tertahan di posisi keenam.
Pada titik ini, informasi cuaca yang diterima oleh semua tim berasal dari sumber yang sama, yaitu Meteo France yang menjadi rekanan Formula 1 sejak 2017. Pada tahun-tahun sebelumnya, data cuaca disediakan oleh masing-masing tim melalui rekanan mereka. Dalam kasus di Sochi, data cuaca yang diterima oleh McLaren sama dengan yang diterima oleh semua tim. Jadi, bisa disimpulkan penyebab kesalahan strategi tim asal Inggris itu bukan pada data cuaca.
Hal itu dikuatkan oleh pernyataan Kepala Tim Mercedes Toto Wolff, bahwa data cuaca yang dipakai sama. "Itu dari Meteo France, penyedia informasi cuaca resmi FIA. Data itu yang diterima semua orang," tegas Wolff.
Untuk alasan apapun yang kami tidak tahu atau melihat atau mengantisipasi, bahwa kondisi tidak hanya akan gerimis, kondisi akan menjadi hujan lebat, dan di situlah kami melakukan kesalahan.
Data cuaca tersebut, serta analisis tim Mercedes, menjadi dasar tim "Panah Perak" memaksa Hamilton untuk mengganti ban basah. Tahapan ini yang tidak dilakukan oleh McLaren, sehingga membiarkan Norris tetap melanjutkan balapan.
Tidak mudah
Namun, mengambil keputusan di saat kritis seperti itu memang sangat tidak mudah. Mercedes dan Red Bull memiliki pengalaman lebih banyak dibandingkan dengan McLaren, dalam situasi yang bisa merusak kemenangan ini. Secara psikologis, Mercedes dan Red Bull lebih tajam dan rasional dalam menentukan startegi yang akan mereka ambil. Adapun McLaren yang lebih sering bersaing di papan tengah, jarang menghadapi situasi yang mempertaruhkan kemenangan seperti di Sochi.
Meskipun sudah berpengalaman menghadapi situasi seperti itu, Kepala Tim Red Bull Christian Horner mengaku mengambil keputusan seperti itu tidak pernah mudah. Red Bull justru mengambil keputusan mengganti ban basah pada lap ke-48, saat kondisi cuaca belum memasuki persimpangan. Kondisi hujan cenderung tidak berubah, sehingga keputusan mengganti ban bisa saja keliru. Persimpangan cuaca mulai terjadi pada lap 50 dan 51, saat hujan sedikit membaik kemudian menjadi lebat.
Horner menegaskan, dalam situasi seperti itu, keputusan mengganti ban sangat tergantung pada pebalap. "Saya pikir dengan situasi crossover, permintaan mengganti ban selalu diambil bersama pebalap," ungkapnya seperti dikutip Motorsport.
"Mereka bisa merasakan tingkat daya cengkeram atau apa yang bisa mereka atasi. Mereka bisa melihat lebih ketika cuaca berperan besar pada titik saat anda memerlukan ban basah. Seperti itulah kami menjalankan strategi. Pada peralihan cuaca itu, permintaan mengganti ban tergantung pada pebalap," tegas Horner.
Pengalaman pebalap dalam situasi seperti ini juga berperan besar. Hamilton dan Verstappen telah berulang kali bertarung dalam perubahan cuaca seperti ini, dengan pertaruhan podium. Namun, ketajaman analisis tim juga memegang peranan penting, seperti yang dilakukan Mercedes dengan tegas meminta Hamilton untuk melakukan pit stop.
Norris yang mengaku patah hati karena gagal meraih kemenangan pertamanya, mengaku dirinya tetap berada di lintasan karena mendapat informasi hujan tidak akan bertambah lebat. "Saya memutuskan tetap berada di lintasan karena tim mengatakan kondisi hanya akan gerimis dan hujan hanya akan sederas itu," ungkap dia.
"Untuk alasan apapun yang kami tidak tahu atau melihat atau mengantisipasi, bahwa kondisi tidak hanya akan gerimis, kondisi akan menjadi hujan lebat, dan di situlah kami melakukan kesalahan," tegas Norris.
Pekerjaan rumah
Kepala tim McLaren Andreas Seidl mengakui timnya melakukan kesalahan, dan itu harus dilihat secara menyeluruh. McLaren menjadikan kejadian ini pekerjaan rumah yang akan dikupas tuntas di markas mereka supaya kejadian serupa tidak terulang lagi.
"Seperti biasanya, dalam situasi sulit seperti ini komunikasi antara pebalap dan pit wall menggunakan semua informasi yang kami miliki terkait prakiraan cuaca, apa yang dilakukan oleh mobil-mobil lainnya, berusaha menginformasikan ke Lando, dan pada saat yang sama menerima masukan dari Lando bagaimana kondisi trek," ujar Seidl.
"Seperti itulah seharusnya keputusan diambil terkait apa yang harus dilakukan, masuk pit atau tidak. Lando, dengan informasi yang dia peroleh dari kami dan apa yang dia rasakan di lintasan, dia merasa sebaiknya tetap di lintasan dengan ban-ban slick," ungkap Seidl.
"Dan akhirnya kami tidak membatalkan keputusan dia secara tim. Jadi itu sesuatu yang perlu kami perhatikan, melihat apa yang bisa kami lakukan dengan lebih baik karena, tentu saja, jika melihat ke belakang itu merupakan keputusan salah yang kami lakukan secara tim," ungkap Seidl.
Namun, Seidl tetap berpikir positif, bahwa kejadian di Sochi ini akan membuat McLaren semakin bagus. Ini merupakan pelajaran yang menjadi bagian dari proses menuju persaingan papan atas Formula 1.
"Bagian dari perjalanan ini adalah, kami harus bisa menerima bahwa sesuatu tidak selalu maju dan naik. Ini bagian yang wajar terjadi dalam olahraga, dan anda mengalami hari-hari seperti ini, yang sangat mengecewakan. Tetapi ini juga kesempatan untuk tetap rendah hati, untuk tetap membumi, terus menghormati seluruh pesaing, dan terus belajar," pungkas Seidl.