Setelah dua generasi indah bersama Cesare dan Paolo, AC Milan memulai kisah baru dengan Daniel Maldini. Sosok anak, ayah, dan kakek dalam sejarah Milan menandakan bakat yang tak pernah habis dari dinasti Maldini.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Paolo Maldini tiba-tiba melompat dari kursinya. Dia, yang semula duduk di tribune penonton, langsung mengangkat tangan sambil melepas wajah semringah ketika seorang pemain remaja AC Milan berusia 19 tahun mencetak gol pembuka ke gawang Spezia, dalam debutnya sebagai pemain mula (starter) pada laga Liga Italia Serie A.
Paolo larut dalam selebrasi. Legenda hidup sekaligus Direktur Teknik Milan ini sampai mengguncang tubuh rekan di sebelahnya. Dia begitu gembira bukan hanya karena mantan klubnya unggul di Stadion Alberto Picco, Sabtu (25/9/2021) malam itu, tetapi pencetak gol tersebut adalah anaknya, Daniel Maldini.
Debut Daniel serasa kisah dongeng ”Cinderella”. Tanpa diduga, Pelatih AC Milan Stefano Pioli memainkan pemain yang menempati posisi gelandang serang itu sejak menit awal untuk pertama kali. Daniel mengakhiri awal kisah itu dengan manis. Dia bermain apik sekaligus mencetak salah satu gol untuk mengantar Milan menang atas tuan rumah, 2-1.
”Saya sangat bahagia. Ini adalah sensasi yang luar biasa. Untungnya, kami bisa membawa pulang tiga poin hari ini,” kata Daniel, yang bermain selama 60 menit sebelum digantikan Ismael Bennacer, kepada DAZN.
Laga debut dan gol itu terasa istimewa. Daniel melanjutkan trah keluarga Maldini di Milan yang sudah berlangsung sejak 1954. Dia menjadi generasi ketiga Maldini yang bermain dan mencetak gol untuk ”Rossoneri”, setelah ayahnya, Paolo, dan kakeknya, Cesare Maldini.
Penerus keluarga Maldini akhirnya muncul setelah penantian 11 musim. Paolo sempat dikhawatirkan akan menjadi Maldini terakhir yang jadi ikon Milan, seusai pensiun pada 2009. Namun, bakat pesepak bola hebat dari Cesare ternyata terus menurun sampai ke sang cucu.
Kata Daniel, mimpinya untuk sampai di titik ini tidak lepas dari dukungan sang ayah. Paolo mendorong Daniel, tetapi tidak membebaninya, ”Dia (Paolo) adalah orang yang selalu menuntut, tetapi dengan kadar yang tepat. Hal paling utama, dia adalah ayah saya,” ucap pemain yang memakai nomor punggung 27 tersebut.
Seperti ayahnya, Daniel memulai karier sepak bola dari akademi Milan. Dia perlahan berkembang sampai mendapatkan kesempatan debut pada Februari 2020. Pemain berbadan ramping ini beruntung karena berada dalam asuhan Pioli. Mengingat sang pelatih sangat dermawan memberikan menit bermain kepada para pemain muda.
”Hal terpenting dari Daniel adalah dia memiliki bakat. Dia punya teknik dan visi bagus dalam permainan. Pertama kali dia bermain sejak awal laga pada musim lalu lawan Rio Ave di Liga Europa. Namun, dia tampil sebagai falsenine. Jadi, saya pikir ini adalah debut sebenarnya untuk Daniel. Dia akan semakin baik dan membantu kami pada masa depan,” ucap Pioli.
Daniel, menurut Pioli, tinggal memperbaiki beberapa hal. Salah satunya kecepatan dan kelincahan. Dengan tubuh yang tidak berotot kekar, dia harus bergerak cepat untuk menghindari sergapan pemain bertahan lawan.
Nama besar
Meskipun bersejarah, laga melawan Spezia hanyalah awalan. Tugas Daniel untuk membawa tongkat estafet keluarga Maldini masih sangat panjang. Dia berada dalam bayang-bayang Cesare dan Paolo yang sukses mengantar Milan ke puncak prestasi pada masanya.
Hal terpenting dari Daniel adalah dia memiliki bakat. Dia punya teknik dan visi bagus dalam permainan.
Dinasti Maldini diawali Cesare pada 1954. Ketika itu, dia menjalani debut melawan Triestina sebagai bek tengah muda. Setahun kemudian, dia sudah menjabat kapten tim. Hal itu cukup untuk memperlihatkan bakat kepemimpinan generasi Maldini, yang kemudian juga ditularkan kepada Paolo.
Cesare total mempersembahkan empat gelar juara Liga Italia dan sekali juara Piala Eropa (sebelum jadi Liga Champions) dalam 12 musim. Juara Piala Eropa menjadi pencapaian terbesarnya. Dia mengantar Milan sebagai tim Italia pertama yang menguasai kompetisi tersebut. Cesare dikenal sebagai bek komplet dengan kemampuan fisik, teknik, dan membaca permainan yang spesial.
Jejak tersebut kemudian diikuti Paolo yang menjalani debut di Milan pada usia 16 tahun. Paolo menjadi salah satu legenda terbesar sepanjang sejarah klub dengan total 901 penampilan selama 24 musim. Dia juga mengoleksi 23 trofi juara bergengsi, di antaranya 5 kali juara Liga Champions dan 7 kali juara Liga Italia.
Paolo yang menggunakan nomor punggung 3 selalu dikenal sebagai ”karang” terkokoh di pertahanan Milan. Karena kontribusi gemilangnya, nomor punggung sang mantan kapten tim ini sampai dipensiunkan oleh klub. Namanya tercatat abadi dalam sejarah Milan.
Tradisi kepemimpinan dan juara inilah yang berada di pundak Daniel. Tantangannya lebih berat karena dia tidak bermain sebagai pengawal lini belakang, seperti Paolo dan Cesare. Pemain belia ini berperan sebagai otak serangan tim dalam posisi yang dikenal dengan ”nomor 10”.
Perbedaan itu membuat kisah Daniel lebih menarik. Dia memang berada dalam bayang-bayang kesuksesan generasi sebelumnya, tetapi generasi ketiga Maldini ini bisa menuliskan jalan ceritanya sendiri yang jauh berbeda. Di tangan Daniel, kisah keluarga Maldini bersama Milan pun akan berlanjut satu generasi lagi. (AFP/REUTERS)