Penyediaan Konsumsi untuk Kontingen Dievaluasi
Keterlambatan penyediaan konsumsi bagi atlet dan ofisial menjadi isu yang mencuat seusai laga pertama PON Papua dimulai. Ini sangat mengganggu kontingen karena mereka dituntut menjalani sistem gelembung prokes Covid-19.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2F8189c3bd-05a1-4de7-bc15-af1147846eab_jpg.jpg)
Pertandingan sofbol putra antara Papua Barat dan DKI Jakarta di di Lapangan Agus Kafiar Universitas Cenderawasih, Jayapura, Rabu (22/9/2021). Tiga pertandingan dimainkan pada laga pembuka ini.
JAYAPURA, KOMPAS — Sejak laga pertama Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 yang mempertandingkan sofbol dimulai di Kota Jayapura, Rabu (22/9/2021), keterlambatan penyediaan konsumsi bagi atlet dan ofisial menjadi salah satu isu yang mencuat dua hari terakhir. Panitia coba bertindak cepat untuk mengatasi masalah itu agar tidak berlarut.
Keterlambatan penyediaan konsumsi itu dirasakan sejumlah kontingen peserta sofbol di Kota Jayapura. Perwakilan tim delegasi teknis cabang sofbol, Ardiansyah Abidin, saat dikonfirmasi, Sabtu (25/9/2021), mengatakan, makan siang yang disiapkan oleh panitia baru tiba sekitar pukul 16.00 WIT.
Akibatnya, beberapa peserta terpaksa harus membeli makan sendiri. ”Makan siang itu datangnya tiga-empat jam dari jadwal makan siang seharusnya. Sejumlah pelatih tidak bisa menunggu keterlambatan tersebut. Apalagi, ada tim yang bertanding pada sore hari,” ujar Ardiansyah.
Kondisi itu cukup memprihatinkan. Lebih-lebih para peserta PON diwajibkan menjalani sistem gelembung, yakni aktivitas dibatasi dari penginapan ke arena latihan atau pertandingan dan sebaliknya. Mereka juga dilarang berinteraksi dengan pihak lain.

Pertandingan perdana cabang olahraga bisbol PON Papua 2021 antara tim Banten dan Jawa Barat dilaksanakan di Stadion Marthen Indey yang megah dengan latar belakang Gunung Cycloop yang indah, Kamis (23/09/2021). Gunung Cycloop merupakan ikon kebanggaan Kabupaten Jayapura.
Ketua Subpanitia Besar PON Papua Kluster Kota Jayapura Benhur Tommy Mano dalam siaran pers, Sabtu, menuturkan, pihaknya sudah meninjau pihak ketiga yang ditunjuk untuk menyediakan konsumsi bagi atlet dan ofisial. Hasilnya, keterlambatan itu akibat minimnya jumlah kendaraan untuk mengantar dan petugas untuk menyiapkan konsumsi tersebut.
Baca juga : Sanksi Tegas Pelanggar Protokol Kesehatan Mesti Ditegakkan
”Kami menemukan hanya terdapat dua sopir yang mengantar makanan ke lokasi atlet dan ofisial. Keduanya pun tidak mengetahui alamat arena PON di Kota Jayapura karena didatangkan dari luar Papua,” kata Benhur yang juga menjabat sebagai Wali Kota Jayapura ini.
Kami menemukan hanya terdapat dua sopir yang mengantar makanan ke lokasi atlet dan ofisial. Keduanya pun tidak mengetahui alamat arena PON di Kota Jayapura karena didatangkan dari luar Papua.
Benhur menyatakan, pihaknya akan segera memperbaiki layanan penyediaan konsumsi itu agar tidak terulang kembali. ”Caranya dengan menambah jumlah tenaga untuk menyiapkan konsumsi dan memanfaatkan layanan transportasi daring untuk pengantaran,” katanya.
Koordinasi belum optimal
Ketua Panitia Pengawas dan Pengarah PON Papua Kluster Kota Jayapura Andrie Tardiwan Utama menyebutkan, ada tiga permasalahan utama sebelum PON dibuka pada 2 Oktober, yakni pada sektor akomodasi, konsumsi, dan transportasi. Padahal, ketiganya sangat krusial dalam pelaksaan PON yang berlangsung hingga 15 Oktober tersebut.

Atlet gantole putra dari Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, beraksi ketika uji coba lapangan terbang Adventis Aviation, Doyo Baru, Sentani, Kabupaten Jayapura. Kamis (23/9/2021).
”Kami melihat jajaran Subpanitia Besar PON Papua telah berupaya maksimal untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Sekarang, kendalanya tinggal koordinasi dengan pihak Panitia Besar PON Papua (yang belum optimal),” ujar Andrie.
Ketua II Bidang Pemasaran Panitia Besar PON Papua Roi Letlora dalam Sarasehan RRI Pro 3 bertema ”PON Papua yang Membanggakan” secara hibrida, Sabtu, menyampaikan, pihaknya mengakui ada keluhan terkait konsumsi tersebut. Itu disebabkan banyaknya kontingen yang datang lebih awal. ”Padahal, mereka baru bisa mengakomodasi semua kebutuhan kontingen secara penuh dua hari menjelang pembukaan,” katanya.
Baca juga : Antusiasme Tinggi, Puluhan Ribu Warga Divaksin Jelang PON Papua
Bahkan, lanjut Roi, pihaknya juga khawatir dengan pemenuhan akomodasi dan konsumsi untuk para tamu selain atlet dan ofisial peserta. Sebab, jumlah tamu yang bakal hadir melonjak dari data terkonfirmasi. ”Misalnya, ada tamu dari pusat atau daerah lain yang cukup disiapkan dua kamar, tetapi nyatanya datang dengan rombongan yang jauh lebih besar. Semakin mendekati pembukaan, jumlahnya semakin bertambah. Kami tidak bisa pula menolak kedatangan mereka walaupun tidak diundang. Namun, ini membuat pusing,” tuturnya.
Koordinasi kian terganggu karena jaringan internet untuk layanan aplikasi komunikasi Whatsapp terganggu tiga hari terakhir seiring bertambahnya kontingen ataupun tamu yang datang. ”Ini masalah yang mulai muncul dari lima bulan lalu. Kabarnya ada kabel bawah laut yang terganggu karena ada pergerakan kulit bumi,” ujarnya.
Untuk sektor lain, Roi memastikan semuanya berjalan dengan baik sejak laga pertama dimulai pada 22 September. Laga-laga yang ada bisa berlangsung sesuai jadwal. ”Jelang pembukaan, semua komponen yang terlibat sudah siap sejak jauh-jauh hari, terutama keamanan. Tenaga kesehatan pun kian gencar melakukan vaksinasi massal. Untuk arena, semuanya telah siap digunakan,” katanya.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2Fe99a46d9-38f6-449b-b6a6-8593d3db608d_jpg.jpg)
Warga mengikuti vaksinasi Covid-19 di Kota Jayapura pada Selasa (21/9/2021). Kota Jayapura termasuk empat kluster penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional Papua 2021.
Banyak tantangan
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto mengatakan, menggelar PON di Papua memang banyak tantangan. Selain faktor geografis yang berada di ujung timur Indonesia, ada tantangan lain dari pandemi Covid-19 dan isu keamanan yang sangat tinggi. Padahal, jumlah cabang olahraga yang ditandingkan dalam PON ini cenderung lebih sedikit dibandingkan sebelumnya, yakni 36 cabang.
Tidak heran, biaya penyelenggaraannya jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya. Sejauh ini, Kemenpora sudah menggelontorkan anggaran bantuan, yakni sebesar Rp 402 miliar, dan tambahan mencapai Rp 1,4 triliun. Pada edisi sebelumnya, Kemenpora memberikan anggaran bantuan Rp 135 miliar untuk PON Jawa Barat 2016 dan Rp 120 miliar untuk PON Riau 2012.
Baca juga : Peduli Lindungi Jadi Bagian Rekomendasi di PON Papua
Terlepas dari itu, tambah Gatot, Papua tidak boleh sendirian menyiapkan PON. Mereka perlu mendapatkan dukungan penuh, terutama dari pemerintah pusat. Maka itu, banyak kementerian/lembaga terkait yang terlibat untuk mendukungnya.
Bahkan, Menpora Zainudin Amali bersama Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy akan berkantor di Papua selama PON. ”Kami berkomitmen agar PON bisa mencapai empat kesuksesan, yakni sukses prestasi, penyelenggaraan, efek ganda pascagelaran, dan tambahan sukses penerapan protokol kesehatan,” ucapnya.

Tim polo air putri DKI Jakarta bertanding melawan tim polo air putri DIY dalam babak penyisihan PON Papua 2021 di Stadion Akuatik Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura, Kamis (23/9/2021).
Kembalikan semangat PON
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia sekaligus Wakil Ketua Komisi I DPR, Utut Adianto, menuturkan, dengan segenap komponen dari pusat yang terlibat, dirinya optimistis PON bisa berlangsung dengan aman dan lancar. Untuk itu, dia lebih menyoroti PON dari aspek keolahragaan.
Legenda catur Indonesia ini berharap PON ini bisa menjadi momentum untuk mengembalikan semangat asli ajang tersebut. Sebab, ketika pertama kali dicanangkan dan digelar di Surakarta pada 1948, PON menjadi salah satu kegiatan untuk memupuk semangat perjuangan dan persatuan negara. Kegiatan itu juga diharapkan bisa memacu pembinaan atlet di daerah dan melahirkan bibit atlet baru yang kelak bisa mewakili Indonesia di pentas internasional.
Nyatanya, seiring waktu, tujuan PON melenceng jauh dari semangat awalnya. Saat ini, ajang itu justru menjadi tempat adu gengsi kepala daerah. Mereka menggelontorkan anggaran besar bukan untuk pembinaan atlet daerahnya, melainkan membajak atlet dari daerah lain guna mendulang prestasi yang instan.

Petenis Jawa Timur, Jessy Rompies, Beatrice Gumulya, dan Sandy Gumulya, berlatih di Lapangan Tenis Wali Kota Jayapura di kompleks Kantor Wali Kota Jayapura, Papua, jelang PON Papua 2021, Kamis (23/9/2021). Tim tenis Jawa Timur diperkuat sejumlah pemain nasional.
Belum lagi bonus berlimpah yang dijanjikan kepala daerah, itu justru keliru dan tidak sehat untuk atlet. Motivasi atlet jadi bukan prestasi semata, melainkan lebih mengejar bonus tersebut. Tak jarang, hal itu membuat mereka mementingkan PON dan melempem di kejuaraan internasional, seperti di SEA Games.
”Olahraga itu tujuannya membangun karakter. Jadi, dari cahaya yang terbit dari ufuk timur di Papua, saya berharap PON bisa kembali ke roh dasar tersebut. Dalam olahraga, tidak boleh malu kalau tampil jelek (tidak berprestasi). Sebab, yang lebih utama, nilai perjuangan dan upaya terus-menerus untuk meningkatkan prestasi. Membina olahraga memang proses panjang dan mesti dilalui dengan bertahap,” ujar Utut.