Stadion Giuseppe Meazza menjadi saksi bisu pertarungan intens Inter dengan Atalanta. Keduanya berbagi poin dalam hujan drama dan peluang selama 90 menit.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MILAN, SABTU — Hujan peluang sepanjang 90 menit, ditambah masing-masing sekali hadiah penalti dan gol yang dianulir, menjadikan drama duel Inter versus Atalanta berakhir klimaks. Hanya saja, kedua tim berdarah permainan ofensif itu harus puas menerima hasil antiklimaks karena laga berujung imbang.
Tuan rumah Inter dan sang tamu Atalanta terpaksa berbagi poin setelah hasil seri, 2-2, di Stadion Giuseppe Meazza pada Sabtu (25/9/2021) WIB. Hasil tersebut jauh dari perkiraan karena begitu banyaknya drama yang tersaji pada lima menit terakhir. Kedua tim masing-masing sempat punya kans besar untuk menang.
Puncak drama itu dimulai dengan hadiah penalti untuk Inter pada menit ke-86. Bek Atalanta, Merih Demiral, terlihat menghadang dengan tangan bola yang sedang menuju kepala Edin Dzeko. Setelah penggunaan video asisten wasit (VAR), wasit Fabio Maresca menunjuk titik putih.
Bek pengganti Federico Dimarco mengeksekusi penalti itu. Sialnya, bola tendangannya membentur mistar gawang. Kesempatan emas membalikkan keadaan tersebut sirna begitu saja. Dimarco memegang kepalanya, sama seperti ekspresi penyesalan para pendukung di tribune.
Dua menit berselang, giliran Atalanta yang beraksi. Moral skuad asuhan Gian Piero Gasperini melambung drastis seusai kegagalan penalti itu. Mereka langsung menyerang sporadis pertahanan tim tuan rumah. Alhasil, gol yang dinanti datang dari penyerang cadangan Roberto Piccoli yang menggantikan Duvan Zapata.
Lagi-lagi, keputusan wasit merugikan Atalanta. VAR kembali menganulir gol tersebut karena ternyata bola sudah keluar lapangan sebelumnya. Gasperini yang sudah berpesta di pinggir lapangan terpaksa gigit jari. Piccoli dan rekan-rekan pun hanya bisa memprotes keputusan wasit.
Alaminya, momen seperti itu akan menguntungkan untuk satu tim. Tetapi, semua bisa sepakat, ini adalah pertandingan hebat antara kedua tim yang hanya datang untuk sebuah kemenangan.
”Alaminya, momen seperti itu akan menguntungkan untuk satu tim. Tetapi, semua bisa sepakat, ini adalah pertandingan hebat antara kedua tim yang hanya datang untuk sebuah kemenangan,” ucap Gasperini kepada DAZN.
Kata Gasperini, hasil ini memang tidak ideal bagi timnya yang sedang ingin meneruskan tren kemenangan di liga. ”Tetapi, kami harus menerimanya karena itu cukup adil. Kami nyaris kalah karena penalti dan nyaris menang lewat gol yang dianulir,” tambahnya.
Itu hanyalah sepotong drama dalam duel permainan terbuka ini. Sebelumnya, kedua tim yang mencatat total 38 percobaan tembakan (Inter 18, Atalanta 20) ini saling membalikkan keadaan sejak awal laga.
Inter unggul lebih dulu lewat gol cepat Lautaro Martinez. Setelah unggul setengah jam, giliran Atalanta berbalik unggul. Tim tamu mencetak sepasang gol lewat Ruslan Malinovskyi dan Rafael Toloi hanya dalam rentang delapan menit. Gol itu sama-sama bermula dari tendangan spekulasi jarak jauh.
Pelatih Inter Simone Inzaghi tampak kurang puas dengan permainan anak asuhnya. Beberapa menit setelah turun minum, dia langsung menggantikan tiga pemain sekaligus. Hakan Calhanoglu, Alessandro Bastoni, dan Matteo Darmian ditarik. Matias Vecino, Dimarco, dan Denzel Dumfries masuk sebagai pengganti.
Pergantian itu berdampak langsung. Mereka mengepung pertahanan Atalanta dengan serangan dari berbagai sisi. Sampai akhirnya, Dimarco yang baru masuk melakukan aksi dribel solo ke dalam kotak penalti. Aksi itu diakhiri dengan tendangan keras ke arah gawang.
Bola bisa ditepis kiper lawan, Juan Musso. Akan tetapi, tepisan Musso jatuh tepat di kaki Dzeko. Tanpa kesulitan berarti, Dzeko mencetak gol kelimanya musim ini sekaligus gol penyeimbang. Dalam kondisi imbang, Inter terus menyerang sampai terjadinya puncak drama pada lima menit terakhir.
Inzaghi merasakan hal yang berbeda dari Gasperini. Menurut pelatih baru Inter ini, anak asuhnya lebih pantas menang. Sang pelatih becermin dari kualitas permainan sepanjang 90 menit. Inter memang lebih unggul, terutama pada babak kedua.
”Tanpa diragukan lagi, orang-orang pasti terhibur ketika menyaksikan ini. Tetapi, kami merasakan sesuatu yang pahit dari hasil imbang. Kami merasa bisa mendapatkan sesuatu yang lebih. Kami sedikit berantakan setelah gagal mengeksekusi penalti,” kata Inzaghi.
Pemilihan Dimarco sebagai algojo penalti Inter mengundang banyak tanya. Kata Inzaghi, pemilihan itu murni keputusannya. Calhanoglu dan Martinez sebenarnya eksekutor utama tim, tetapi mereka sudah digantikan.
”Kami memiliki Dimarco dan Ivan Perisic. Dimarco terlihat lebih tajam. (Kegagalan) Itu sangat disayangkan sebab dia bermain bagus sepanjang musim ini. Dia pantas untuk menjadi pahlawan kemenangan di depan pendukung kami,” tambah Inzaghi.
Atalanta memang kehilangan poin akibat VAR. Akan tetapi, Matteo Pessina, gelandang Atalanta, sama sekali tidak merasa dirugikan karena keputusan itu diambil dari sudut pandang lebih jelas. ”Dengan VAR, sekarang Anda memang tidak bisa lolos dari apa pun (momen krusial). Meski begitu, kami setidaknya bisa membawa pulang satu poin dari sang juara Italia,” ucapnya.
Hasil ini memaksa Inter (14 poin) turun hingga peringkat ke-3 klasemen sementara. Sang juara bertahan disusul oleh tim tetangga, AC Milan, yang menang atas Spezia, 2-1, pada Sabtu malam. Sementara itu, Atalanta (11 poin) harus puas berada di peringkat ke-5. (AFP/REUTERS)