Skuad muda Milan mulai berubah wajah pada awal musim ini. Mereka semakin dewasa dan tampak siap merebut gelar juara liga pertama kali sejak 2010-2011.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MILAN, KAMIS — Wajah inkonsisten AC Milan seperti musim lalu telah sirna pada musim ini, setidaknya hingga pekan kelima Liga Italia. Skuad asuhan Stefano Pioli ini semakin dewasa di tengah berkembang pesatnya para pemain muda, seperti Sandro Tonali yang mulai dijuluki penerus Andrea Pirlo sebagai sosok jenderal lapangan ”Rossoneri”.
Menurut Transfermarkt, Milan merupakan skuad termuda ketiga di Liga Italia, rata-rata pemain yang diturunkan musim ini berusia 24,7 tahun. Namun, mereka bersama pasukan muda itu mampu mencatatkan poin yang sama dengan pemuncak klasemen sementara, Inter (13 poin), yang berstatus tim tertua kedua di liga.
Kedewasaan itu diperlihatkan lewat empat kali kemenangan dan satu kali imbang pada awal musim ini. Termasuk, ketika mereka menumbangkan Venezia, 2-0, di Stadion San Siro, Kamis (23/9/2021) dini hari WIB.
Skuad Milan tidak gentar meski ditahan tim tamu hingga sejam laga berlangsung. Mereka tetap tenang dan mengepung pertahanan lawan, sampai akhirnya gol yang ditunggu datang dari gelandang serang Brahim Diaz (menit ke-68) dan bek kiri Theo Hernandez (menit ke-82).
Kata Pioli, ketenangan seperti laga dini hari tadi tidak banyak terlihat pada musim lalu. Biasanya, Tonali dan rekan-rekan akan bermain tergesa-gesa ketika frustrasi dihadang lawan. ”Sekarang kami mampu memecah kebuntuan, dengan intensitas tepat dan determinasi tinggi, sampai akhirnya menemukan celah,” ucapnya kepada DAZN.
Perubahan ini tidak lepas dari pelajaran berharga pada musim lalu. Berkat kepercayaan Pioli, pemain muda dalam tim, seperti Tonali (21) dan Diaz (22), sudah punya jam terbang cukup banyak untuk menghadapi berbagai situasi di lapangan.
”Saya sudah tahu pekerjaan pada musim lalu akan terbayar saat ini. Seperti pada laga ini, kami bisa menunjukkan rasa percaya diri dan tidak panik, tidak seperti musim 2020-2021. Itu adalah sebuah proses, cepat atau lambat pemain ini akan menggapai level baru. Kami sudah semakin dewasa,” ujar Pioli.
Bagi Milan, penghadang terbesar mereka meraih juara adalah inkonsistensi para pemain. Hal itu yang menyebabkan ”Rossoneri” kehilangan kans scudetto musim lalu setelah sempat memuncaki klasemen hingga paruh musim. Jika terselesaikan, tim asuhan Pioli punya peluang besar menjuarai musim ini.
Menariknya, skuad Milan tidak terlalu bergantung lagi terhadap sosok sang striker veteran, Zlatan Ibrahimovic. Rentetan hasil positif itu diraih di tengah sering absennya Ibra yang baru bermain 31 menit musim ini. Adapun musim lalu pemain muda mereka bagaikan anak ayam kehilangan induknya ketika bermain tanpa Ibra.
Tonali menjadi salah satu alasan terbesar konsistensi Milan sejauh ini. Dia bisa menjadi otak serangan di lini tengah dalam formasi 4-2-3-1 ala Pioli. Sang gelandang bertahan mengatur ritme dengan kelebihan dalam umpan pendek dengan akurasi tinggi (85,5 persen) ataupun umpan panjang (3,2 kali per laga).
Alhasil, Tonali tidak tergantikan dalam skuad Milan. Dia bermain 428 menit dalam 5 laga, terbanyak setelah kiper Mike Maignan. Kontribusinya menjadikan Milan sebagai tim terbaik ketiga dalam penguasaan bola (55,2 persen).
Anda bisa melihat Tonali berkembang dalam semua aspek. Ketika Anda bekerja, Anda akan bertumbuh. Itulah yang dilakukannya, bekerja keras. Dia mulai mendapatkan kepercayaan diri.
”Anda bisa melihat Tonali berkembang dalam semua aspek. Ketika Anda bekerja, Anda akan bertumbuh. Itulah yang dilakukannya, bekerja keras. Dia mulai mendapatkan kepercayaan diri. (Selain dia) kami semua juga lebih siap sekarang dalam laga-laga besar,” ucap rekan Tonali di lini tengah, Ismael Bennacer.
Di lini belakang, dua bek veteran Simon Kjaer (32) dan Allesio Romagnoli (26) memberikan ketenangan lebih kepada pemain muda. Duet kokoh ini sukses menjadikan Milan sebagai tim dengan kemasukan paling sedikit di liga, 2 gol. Berkat itu, hengkangnya kiper andalan Gianluigi Donnarumma seolah bukan masalah besar untuk ”Rossoneri”.
Sven-Goeran Eriksson, pelatih kawakan yang pernah melatih di Italia, berkata, musim ini peta kekuatan akan berubah drastis. Hal itu merupakan dampak dari perubahan susunan pemain dan pelatih di banyak tim kandidat juara.
Misalnya saja, dua kandidat juara terkuat, Inter dan Juventus. Inter baru saja berganti pelatih sekaligus kehilangan pemain sekaliber Romelu Lukaku dan Achraf Hakimi. Hal serupa terjadi di Juve yang berganti pelatih dan ditinggalkan Cristiano Ronaldo.
Perubahan ini memberikan kesempatan besar kepada Milan mengingat mereka masih bertahan dengan pelatih dan skuad yang nyaris sama seperti musim lalu. Hal itu akan berpengaruh terhadap konsistensi tim. ”Milan tampak sangat kuat musim ini. Saya berpikir mereka yang akan juara. Disusul Inter dan Juve di posisi berikutnya,” ucap Eriksson.
Milan sudah sangat lama menantikan gelar juara Liga Italia. Terakhir kali mereka meraih scudetto pada 2010-2011. Setelah itu, mereka seakan tenggelam dalam puncak persaingan liga. Harapan untuk kembali ke masa kejayaan mulai bersemi lagi musim ini, dengan skuad muda yang mulai menyatakan potensinya. (AP/REUTERS)