PON Papua 2021 berpotensi menjadi kluster besar penyebaran Covid-19 di Tanah Air. Selain meningkatkan cakupan vaksinasi dan tes Covid-19, perlu penegakkan sanksi bagi para pelanggar protokol kesehatan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA/ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
KOMPAS/FABIO MARIA LOPES COSTA
Pertandingan sofbol putra PON Papua 2021 antara Provinsi Papua Barat melawan DKI Jakarta digelar di Lapangan Agus Kafiar Universitas Cenderawasih, Jayapura Rabu (22/9/2021). Sebanyak tiga pertandingan dimainkan pada laga pembuka ini.
JAKARTA, KOMPAS – Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 berlangsung di tengah risiko penyebaran Covid-19 yang masih tinggi. Maka itu, pemerintah maupun panitia penyelenggara mesti menjalankan protokol kesehatan dengan ketat dan menegakkan sanksi tegas terhadap siapa pun yang melanggar aturan. Hal ini untuk meminimalisir dampak terburuk, yaitu melonjaknya kasus Covid-19 di Papua setelah ajang tersebut berlangsung.
”Protokol kesehatan jangan hanya bagus di atas kertas, melainkan juga harus bisa diterapkan secara efektif, efisien, dan konsisten. Jangan ragu memberikan sanksi tegas. Berkaca dari Olimpiade Tokyo 2020, tuan rumah sudah melakukan persiapan luar biasa dan menerapkan aturan ketat. Tetapi, penularan Covid-19 masih terjadi dan kebanyakan di luar momen pertandingan,” ujar epidemiolog kolaborator LaporCovid-19, dr Iqbal Elyazar, BSc, MPH, dalam diskusi daring tentang PON dan Covid-19, Jumat (24/9/2021).
Hadir pula sebagai narasumber acara itu, yakni Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Papua Dr Hasmi, SKM, M.Kes, Komunitas Medis Papua Tanpa Batas Yohana Yosephina Ephivani Duwid, dan Direktur Lembaga Bantuan Hukum Papua Emanuel Gobay SH, MH. Mereka mengkhawatirkan kesiapan Papua menyelenggarakan PON di tengah pandemi Covid-19 yang belum teratasi.
Iqbal mengatakan, kekhawatiran itu dipicu tidak adanya keterbukaan data secara detail mengenai perkembangan penanganan Covid-19 jelang PON, seperti tingkat vaksinasi kepada kontingen peserta PON, panitia pelaksana, hingga masyarakat. Sejauh ini, tidak terlihat gerakan massal vaksinasi, pemeriksaan, dan pelacakan Covid-19, terutama di empat kluster penyelenggara, yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Mimika, dan Merauke.
KOMPAS/FABIO MARIA LOPES COSTA
Salah satu warga mengikuti vaksinasi Covid-19 di Kota Jayapura pada Selasa (21/9/2021). Kota Jayapura termasuk empat kluster penyelenggara Pekan Olahraga Nasional Papua 2021.
Panitia penyelenggara lebih mementingkan aspek non-epidemiologis untuk tetap menyelenggarakan gelaran tersebut. ”Namun, saat ini, sudah terlambat untuk menunda PON karena beberapa pertandingan telah dilaksanakan. Sekarang, kami berharap panitia segera membenahi data untuk pemantauan dan tindakan pecegahan yang akan dilakukan sebelum, selama, dan setelah acara. Panitia pun harus menyiapkan langkah antisipasi dampak pasca kegiatan,” katanya.
Masih zona merah
Hasmi menuturkan, risiko penularan Covid-19 di empat kluster penyelenggara PON cukup tinggi. Data Dinas Kesehatan Provinsi Papua per 5 September 2021 menunjukkan empat lokasi itu masih berstatus zona merah. Kondisi diperparah dengan proporsi kasus pelacakan di Papua masih rendah, yaitu hanya 14,5 persen. Rasio lacak isolasinya 5,25 atau di bawah standar WHO sebesar 25. Adapun rasio lacak kontak erat per kasus hanya 1:2,47, jauh di bawah standar WHO sebesar 1:30.
Selain itu, belum semua kabupaten/kota di Papua memiliki alat PCR, yakni cuma enam kabupaten dari 24 kabupaten yang terdapat kasus Covid-19. Dari 24 kabupaten itu, hanya 11 kabupaten yang memiliki mesin tes cepat molekuler yang bisa melakukan tes Covid-19. Tak kalah penting, secara keseluruhan, tingkat vaksinasi dosis pertama di Papua baru 39,45 persen dan dosis kedua 22,3 persen.
Upaya untuk meningkatkan kapasitas pelacakan, pemeriksaan, dan vaksinasi itu juga tak mudah. Sebab, banyak tantangan berat yang mesti dihadapi, mulai dari aspek keamanan yang dipicu kelompok kriminal bersenjata, aspek budaya masyarakat yang sulit mempercayai keberadaan Covid-19 ataupun manfaat dari vaksinasi, hingga jumlah tenaga kesehatan yang terbatas.
Padahal, risiko penyebaran Covid-19 cukup tinggi. Hal itu turut dipengaruhi oleh perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang masih rendah, yaitu hanya 45 persen.
Agar PON bisa terlaksana dengan baik, makan penerapan 3T (tracing, testing, treatment) dan 5M (menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, menghindari kerumunan, menjaga imunitas) tidak boleh boleh kendur. Lalu, usaha peningkatan cakupan vaksinasi mesti terus dijalankan.
”Pemerintah dan panitia pun harus siap siaga dengan prediksi terburuk setelah PON. Di Olimpiade Tokyo yang superhebat saja (dalam penerapan protokol kesehatan), mereka masih mengalami lonjakan kasus Covid-19 sehabis Olimpiade. Di Papua, situasinya kemungkinan besar sama, yakni ada peningkatan kasus pasca PON. Jadi, perlu ada upaya serius untuk mengantisipasinya,” tutur Hasmi.
Yohana mengutarakan, kunci pengendalian Covid-19 selama PON adalah dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat. Para tenaga kesehatan di Papua berharap panitia maupun kontingen peserta ataupun tamu PON berkomitmen dan displin menjalani aturan prokes yang ada.
PB PON XX PAPUA/CHAARLY LOPULUA
Petenis Jawa Timur Jessy Rompies, Beatrice Gumulya, dan Sandy Gumulya, berlatih di lapangan tenis Kompleks Perkantoran Wali Kota Jayapura, Papua, jelang Pekan Olahraga Nasional (PON Papua 2021, Kamis (23/9/2021). Tim tenis Jawa Timur diperkuat sejumlah pemain nasional.
Hal itu agar tidak meninggalkan pekerjaan rumah yang berat bagi tenaga kesehatan di Papua setelah PON selesai nantinya. ”Sayangi juga para tenaga kesehatan. Jangan ada jalan-jalan potong dalam protokol kesehatan. Pikirkan kesehatan diri sendiri dan orang lain,” ujarnya.
Menurut Yohana, penanganan Covid-19 di Papua tidak mudah. Berkaca dari kejadian sekitar Juli, angka kasus melonjak dan para tenaga kesehatan sangat kewalahan saat itu. Pasalnya, fasilitas kesehatan di Papua terbatas dibanding daerah lain, baik itu ketersediaan kamar rumah sakit maupun oksigen. ”Belum lagi, selain Covid-19, ada malaria yang perlu diperhatikan,” katanya.
Emanuel mengingatkan, empat kluster penyelenggara PON adalah kota-kota pelabuhan yang menjadi pusat aktivitas masyarakat daerah itu maupun daerah lain di sekitarnya. Jadi, risiko penyebaran Covid-19 kian tinggi dengan banyaknya tamu yang datang selama PON.
”Ini bisa menjadi beban bagi masyarakat setempat sehabis PON. Kemungkinan besar ada lonjakan kasus Covid-19 di empat daerah itu seusai PON, seperti yang terjadi usai kegiatan keagamaan yang melibatkan orang banyak di India dan Olimpiade di Tokyo beberapa waktu lalu,” terangnya.
Pemerintah optimistis
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali dalam konferensi daring lainnya berkata, pemerintah optimis bisa menjalankan PON dengan aman dan lancar. Untuk itu, sejak pekan lalu, pemerintah mengumumkan PON bisa dihadiri penonton dengan jumlah terbatas maksimal 25 persen dari kapasitas arena pertandingan.
”Tetapi, ada syaratnya. Warga yang ingin menonton wajib menunjukkan bukti sertifikat vaksin (dosis lengkap) dan tetap harus menerapkan protokol kesehatan ketat,” tuturnya.
Zainudin mengatakan, pemerintah maupun panitia amat memerhatikan protokol kesehatan PON. Seperti yang direkomendasikan pihak terkait, seperti Kementerian Kesehatan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, semua kontingen peserta PON sudah mulai menjalani protokol yang ada. Itu antara lain tes PCR sebelum berangkat, pengecekan ulang sesampai di Papua, masuk sistem gelembung selama di Papua, dan tes berkala.
Di sisi lain, vaksinasi kepada masyarakat sekitar arena masih terus digencarkan sampai saat ini. ”Agar semuanya berjalan sesuai rencana, saya dan jajaran Kemenpora bakal bergiliran berkantor di Papua selama PON. Kami pun berkoordinasi terus menerus dengan dua Menko, yakni Menko PMK yang mengurus semua hal nonkeamanan dan Menko Polhukam yang fokus ke isu keamanan. Jadi, kalau ada hambatan, kami bisa segera mengatasinya,” ujar Zainudin.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali.
Wakil Ketua Umum KONI Pusat sekaligus Ketua Panwasrah PON Papua Suwarno mengungkapkan, dari pantauan pihaknya selama dua hari pelaksanaan laga PON, semuanya berjalan sesuai dengan protokol kesehatan yang ada. Belum ada keluhan kontingen terkait aturan itu.
Pemerintah maupun panitia dipastikan menjalankan protokol kesehatan dengan displin. Mulai dari bandara, disediakan jalur khusus agar setiap kontingen yang tiba agar tidak berkontak langsung dengan penumpang lain. Barang bawaan juga dibawakan para relawan. Selain itu, kebanyakan atlet yang tiba di empat kluster tidak diinapkan di hotel, melainkan asrama dan wisma. Tujuannya agar pelaksanaan protokol kesehatan bisa lebih optimal.
”Tetapi, ada syaratnya. Warga yang ingin menonton wajib menunjukkan bukti sertifikat vaksin (dosis lengkap) dan tetap harus menerapkan protokol kesehatan ketat. (Zainudin Amali)
Perwakilan tim delegasi teknis cabang sofbol PON Papua, Ardiansyah Abidin, mengutarakan, pihaknya tidak menemukan kendala dalam penerapan protokol kesehatan untuk peserta sofbol mulai dari kedatangannya di Bandara Sentani, Jayapura, hingga menjalani pertandingan.
Panitia melakukan pemeriksaan kesehatan, sertifikat vaksin, hingga surat hasil tes Covid-19, kepada atlet maupun ofisial di Stadion Bas Youwe, Jayapura, yang jaraknya jauh dari Bandara Sentani. Saat tiba di penginapan, atlet maupun ofisial dikarantina atau tidak boleh berinteraksi dengan siapapun.
Aktivitas mereka cuma dari penginapan dan arena latihan/laga. ”Mudah-mudahan, panitia tetap memastikan pelaksanaan protokol kesehatan seperti ini hingga perhelatan PON tuntas,” kata Ardiansyah.