Kesiapan mental menjadi salah satu aspek pemilihan pemain pada kejuaraan bulu tangkis beregu campuran Piala Sudirman. Tekanan tampil di kejuaraan beregu lebih besar daripada turnamen individu
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Menentukan pemain yang tepat untuk diturunkan setiap pertandingan menjadi warna kejuaraan bulu tangkis beregu Piala Sudirman. Berbagai faktor menjadi pertimbangan untuk memilih satu di antara pemain terbaik dalam tim.
Dalam format beregu campuran, hanya satu wakil tunggal putra, putri, ganda putra, putri, dan campuran yang bisa diturunkan dalam setiap pertandingan. Padahal, Indonesia membawa dua hingga tiga wakil setiap nomor, dengan total 20 pemain.
Mereka akan berlaga di Vantaa, Finlandia, 26 September-3 Oktober. Sebanyak 16 tim peserta bersaing sejak penyisihan yang dibagi dalam empat grup, untuk memperebutkan dua posisi teratas yang lolos ke perempatfinal. Di Grup C, perjalanan Indonesia akan dimulai melawan Komite Olimpiade Rusia (ROC), Kanada, lalu Denmark.
”Head to head dengan lawan, kesiapan pemain untuk tampil pada hari-H, serta keputusan tim,” ujar pelatih tunggal putra Hendry Saputra Ho, Kamis (23/9/2021), menyebutkan kriteria penentuan pemain di tunggal putra.
Terdapat tiga tunggal putra yang dibawa ke Vantaa, yaitu Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Shesar Hiren Rhustavito. Di antara ketiganya, Anthony dan Jonatan punya kemampuan berimbang.
Di ganda putra, Indonesia bahkan memiliki tiga pasangan peringkat 10 besar dunia, yaitu Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (1), Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (2), dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (7). Pelatih Herry Iman Pierngadi menyebut dua faktor penting yang digunakan untuk memilih pemain, yaitu kondisi pemain sehari sebelum pertandingan dan hasil pertemuan terakhir dengan calon lawan.
Tekanan bermain dalam kejuaraan beregu lebih besar daripada turnamen individu. Hasil pertandingan setiap pemain menentukan hasil tim.
Menentukan pemain untuk turun dalam kejuaraan beregu, terutama pada Piala Sudirman, tak semudah membalik telapak tangan. Banyak faktor yang dijadikan dasar analisis.
Penentuan pemain biasanya dilakukan berdasarkan rapat yang dilakukan pelatih, manajer tim, dan pengurus PBSI lain di tim, sehari sebelum pertandingan.
Sesuai peraturan, nama anggota tim harus diserahkan pada panitia maksimal empat jam sebelum laga penyisihan grup dan perempat final. Adapun untuk semifinal dan final, nama pemain yang akan tampil diserahkan maksimal delapan jam sebelum laga.
Susy Susanti dan Christian Hadinata, yang berpengalaman mendampingi tim Indonesia dalam kejuaraan beregu menyebutkan satu hal yang sama sebagai faktor terpenting memilih pemain, yaitu mental.
”Tekanan bermain dalam kejuaraan beregu lebih besar daripada turnamen individu. Hasil pertandingan setiap pemain menentukan hasil tim. Berdasarkan pengalaman saya, mental yang kuat menjadi yang terpenting karena ada pemain yang bisa tampil bagus dalam ajang individu, tetapi tidak dalam kejuaraan beregu. Ketika kemampuan teknis dan fisik berimbang, itu belum tentu sama dalam faktor non teknis,” tutur Christian.
Berbeda dengan statistik pertemuan yang bisa dilihat siapapun berdasarkan deretan angka, mental adalah faktor tak kasat mata yang hanya bisa dirasakan atlet dan diketahui pelatih sebagai orang terdekat mereka dalam latihan.
Kesiapan mental
Kesiapan mental atlet untuk bertanding bisa diketahui dalam diskusi di antara mereka dengan pelatih sebelum daftar nama diserahkan pada panitia. Diceritakan Christian dan Susy, atlet yang akan diturunkan diajak berdiskusi oleh pelatih, untuk mengecek kesiapan fisik dan mental.
”Jangan sampai atlet bilang siap, tetapi sebenarnya tidak siap. Saat saya masih bermain, ada yang seperti itu. Dia tetap main meski sebenarnya tidak siap. Jadi, apa yang dirasakan pemain, sebaiknya diutarakan pada pelatih,” ujar Susy.
Pelatih adalah orang yang paling tahu kondisi pemain. Pelatih pasti tak ingin pemain yang dipilihnya akan merugikan tim.
Saat momen seperti yang diceritakan Susy terjadi, atau terdapat hal lain yang membuat atlet tak bisa bertanding, pelatih punya rencana cadangan. ”Sejak masa persiapan, pelatih biasanya memiliki rencana A, B, dan seterusnya untuk menghadapi setiap lawan. Jadi, ketika rencana utama tidak bisa dilakukan, mereka sudah siap dengan strategi yang lain,” ujar Christian.
Selain mental, statistik pertemuan, dan kesiapan, hal lain yang menjadi bahan analisa adalah kekuatan lawan. Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) memiliki rumus baku urutan pertandingan saat dua tim yang berhadapan menurunkan pemain berbeda dalam lima nomor. Urutan tersebut adalah ganda putra, tunggal putri, tunggal putra, ganda putri, dan ganda campuran. Namun, urutan itu bisa berubah jika satu tim menurunkan pemain yang bermain rangkap lebih dari satu nomor.
Situasi itu harus diperhitungkan karena bisa menghilangkan kesempatan Indonesia untuk unggul lebih dulu dari nomor yang diandalkan. ”Ada beberapa negara yang biasanya memiliki pemain untuk bermain rangkap, seperti Jepang, Denmark, Korea Selatan. Jadi, saat menentukan pemain yang akan bermain, tim harus memperhitungkan siapa yang akan diturunkan lawan. Intinya, dalam kejuaraan beregu, banyak faktor yang harus dianalisia,” ujar Susy.
Perbedaan pendapat ada kalanya tak terhindarkan, misalnya saat terdapat pandangan dari pengurus yang memiliki jabatan tinggi di PBSI. Dalam situasi seperti ini, Christian mengatakan, jalan terbaik adalah percaya pada pendapat pelatih sebagai orang yang memiliki hubungan paling dekat dengan pemain.
”Pelatih adalah orang yang paling tahu kondisi pemain. Pelatih pasti tak ingin pemain yang dipilihnya akan merugikan tim,” kata salah satu legenda ganda putra dan campuran Indonesia itu.
Susy menyimpulkan tiga faktor penting yang harus dimiliki tim saat menjalani kejuaraan beregu, yaitu saling percaya, mendukung, dan bertanggung jawab atas semua keputusan yang diambil.