Dzeko membuktikan kelasnya sebagai striker veteran dalam sepekan terakhir di Inter Milan. Dzeko menjawab keraguan banyak orang.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MILAN, RABU — Penyerang Inter Milan, Edin Dzeko, mungkin tidak setara jika dibandingkan dengan Romelu Lukaku yang sedang dalam usia emas. Namun, striker 35 tahun ini punya segudang pengalaman untuk mengangkat performa lini depan tim. Seperti yang terjadi sepekan terakhir, Dzeko mulai memperlihatkan tajinya sebagai striker veteran.
Dzeko langsung membuktikan kualitasnya setelah dikritik akibat paceklik gol selama tiga laga beruntun. Sepekan terakhir, dia mencetak tiga gol dalam dua pertandingan Liga Italia. Salah satu gol itu dihasilkan saat mengantar Inter menang atas tuan rumah Fiorentina, 3-1, di Stadion Artemio Franchi, Rabu (22/9/2021) dini hari WIB.
Tak sedikit yang meragukan Dzeko pada musim ini. Dia dinilai sudah terlalu tua untuk bisa menggantikan peran Lukaku yang pergi setelah mengantar Inter juara musim lalu. Keraguan itu bertambah karena Dzeko agak lambat beradaptasi dengan Lautaro Martinez di formasi 3-5-2 ala Pelatih Inter Simone Inzaghi.
Semua keraguan terhadap penyerang asal Bosnia ini dibayar tuntas. Ditambah sepasang gol melawan Bologna pada akhir pekan lalu, dia sudah mencetak empat gol dalam lima pertandingan liga musim ini. Raihan itu sudah melampaui separuh catatannya musim lalu di AS Roma (7 gol).
Kata Dzeko, performanya bisa kembali bertaji karena mulai menemukan ritme saat berduet dengan Martinez. Dia menilai, penampilan dua laga terakhir hanyalah permulaan. Duet baru ”Nerazzurri” ini berpotensi lebih menakutkan ke depannya.
Tidak sulit untuk bekerja sama dengan pemain berbakat. Saya merasa bahagia bisa berkumpul dengan pemain berkualitas juara di sini. Hari ini kami menang sebagai kesatuan hebat.
”Tidak sulit untuk bekerja sama dengan pemain berbakat. Saya merasa bahagia bisa berkumpul dengan pemain berkualitas juara di sini. Hari ini kami menang sebagai kesatuan hebat. Hal seperti ini bisa kembali terjadi dalam banyak kesempatan musim ini,” ucap Dzeko seusai laga kemarin.
Penampilan Dzeko mengingatkan semua orang terhadap sosoknya selama empat musim terakhir. Dia tidak menonjol seperti Lukaku yang punya paket lengkap seorang striker, tetapi selalu bisa berpengaruh terhadap tim yang dibela. Dia menciptakan rata-rata 17 gol di liga per musim selama membela AS Roma pada 2016-2020.
Salah satu kekuatannya yang paling menonjol adalah membaca situasi di kotak penalti. Dia bisa menemukan ruang kosong di tengah tumpukan pemain bertahan lawan. Dengan itu, Dzeko bisa memanfaatkan kelebihan lainnya, yaitu tinggi badan.
Dzeko dengan tinggi 1,93 meter tampak seperti ”menara” di lapangan. Tinggi badan ini sangat menyulitkan lawan untuk berduel. Terbukti, dua golnya musim ini dicetak melalui sundulan.
Di sisi lain, tubuh menjulang itu juga selalu mampu menarik perhatian lawan. Dzeko sering mundur sedikit ke belakang untuk memancing bek lawan. Saat bersamaan, bek sayap kanan Denzel Dumfries atau Matteo Darmian akan bergerak ke arah dalam. Skema ini menciptakan lubang pertahanan lawan, yang sudah berbuah masing-masing satu gol dalam dua laga terakhir.
Seperti kata eks Pelatih AS Roma Eusebio Di Francesco, Dzeko merupakan pemain idaman untuk semua pelatih. Dia punya kemampuan sebagai eksekutor dan fasilitator sama baiknya. Kualitas itu dilengkapi dengan etos kerja luar biasa di luar lapangan. Menurut Di Francesco, profesionalitas mantan anak asuhnya itu salah satu yang terbaik di antara banyak pemain.
Tak pelak, Inzaghi sangat gembira dengan pembuktian Dzeko. Sang pelatih telah menemukan sosok tajam di lini depan yang bisa menambal kepergian Lukaku. Seperti diketahui, Inter selalu bergaya menyerang di bawah Inzaghi. Mereka butuh sosok tajam yang bisa menyelesaikan hujan peluang yang didapat.
”Kami kehilangan tiga pemain besar pada musim panas (Lukaku, Achraf Hakimi, dan Christian Eriksen). Tetapi, saya beruntung berada di klub ini. Para pemain tidak pernah membiarkan kepala mereka tertunduk. Kami selalu yakin dengan kemampuan masing-masing,” kata Inzaghi.
Sang pelatih sekarang semakin percaya diri karena punya banyak alternatif di lini depan. Selain Dzeko, Alexis Sanchez juga mulai diberikan kesempatan tampil setelah sembuh dari cedera. Keduanya, dengan tipe bermain berbeda, memberikan amunisi tambahan skuad asuhan Inzaghi.
Inter juga mulai bisa melupakan kepergian Hakimi. Di bek sayap kanan, Dumfries yang baru datang dari PSV Eindhoven mulai mencuri perhatian. Dia bermain apik saat menjadi starter versus Bologna, juga ketika menjadi pemain penggati melawan Fiorentina.
Dumfries sangat cocok dengan filosofi bermain menyerang ala Inzaghi. Dengan lari kencang dan tubuh kekar, dia selalu tampil eksplosif dari sisi kanan. Permainan sayap asal Belanda ini mengingatkan penggemar Inter kepada salah satu legenda hidup klub, Maicon.
”Saya selalu diberi tugas untuk maju dan menyerang, untuk memperlebar lapangan sebisa mungkin. Saya merasa terbantu dengan sambutan hangat pemain lain. Mereka banyak membantu saya. Saya bahagia berada di sini,” ucap Dumfries.
Inter punya kans besar mempertahankan juara dengan ”reinkarnasi” di beberapa posisi tersebut. Saat ini, di dalam musim pertama Inzaghi, Inter sudah meraih empat kemenangan dari lima laga. Mereka juga belum terkalahkan sekali pun. (AP/REUTERS)