Ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti menjadi salah satu andalan mendulang poin pada kejuaraan beregu campuran Piala Sudiman. Untuk itu, Melati diminta tampil lebih agresif untuk mengimbangi Praveen.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Melalui Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, nomor ganda campuran menjadi salah satu andalan Indonesia meraih kemenangan dalam setiap laga kejuaraan bulu tangkis beregu campuran Piala Sudirman. Menghadapi lawan berimbang, Melati dituntut tampil lebih agresif mengimbangi permainan Praveen.
Setiap pertandingan terdiri dari nomor tunggal putra-putri, ganda putra-putri, dan ganda campuran. Di antara kelimanya, ganda campuran menjadi salah satu nomor andalan selain ganda putra, tunggal putra, dan ganda putri. Apalagi, Indonesia memiliki Praveen/Melati, pasangan peringkat keempat dunia.
Setelah gagal meraih medali pada Olimpiade Tokyo 2020, mereka berkesempatan memperbaikinya dalam kejuaraan yang akan berlangsung di Vantaa, Finlandia, 26 September-3 Oktober itu. Persaingan skuad Indonesia dimulai pada babak penyisihan Grup C melawan Komite Olimpiade Rusia (ROC), Kanada, dan Denmark. Sebanyak 16 tim memperebutkan posisi kedua teratas dalam empat grup untuk lolos ke perempat final.
Kegagalan di Tokyo 2020, seperti disebutkan Nova Widhianto, asisten pelatih ganda campuran pelatnas utama, adalah karena Melati belum mampu mengimbangi permainan Praveen. Nova menilai, setelah Liliyana Natsir, belum ada pemain putri dalam ganda campuran yang kemampuannya setara pemain putra.
Hal ini dialami pula oleh Melati yang berpasangan dengan Praveen sejak 2018. Perkembangan prestasi mereka sebenarnya cukup pesat dengan meraih tiga gelar, salah satunya All England 2020. Namun, ketidakseimbangan kemampuan tersebut terlihat di Tokyo 2020 yang membuat Praveen harus lebih sering bekerja keras saat bertanding.
Pelatih kepala ganda campuran Richard Mainaky menilai, Melati kurang tangguh dalam bertahan. Sebagai pemain yang berperan mengontrol permainan di bagian depan, pemain berusia 26 tahun itu juga kurang agresif.
”Dua kemampuan itu harus terus ditingkatkan. Praveen sebenarnya bisa menutupi kelemahan Melati, seperti saat mereka dua kali juara di Eropa. Tetapi, karakter permainan Praveen bukan sebagai pengontrol, dia adalah pengeksekusi serangan,” ujar Richard, merujuk pada gelar Denmark dan Perancis Terbuka 2019.
Meski akan pensiun sebagai pelatih pelatnas pada 27 September, Richard masih berdiskusi dengan Nova, yang akan menggantikan posisinya, tentang perkembangan pemain ganda campuran. ”Jadi, Melati harus bekerja keras meningkatkan kemampuannya agar Praveen tidak seperti bekerja sendirian saat bertemu lawan seimbang,” ujar Richard.
Di Tokyo, Praveen/Melati dua kali menang ketika berhadapan dengan pasangan dengan level kemampuan di bawah mereka. Namun, mereka kalah dari peringkat kelima dunia, Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Jepang), pada laga terakhir grup. Setelah itu, mereka disingkirkan pasangan nomor satu dunia, Zheng Siwei/Huang Yaqiong (China), pada perempat final. Dua laga itu selesai dalam dua gim.
Penampilan tak maksimal Praveen/Melati di Tokyo juga disebabkan faktor lain. Kondisi mereka belum sepenuhnya pulih setelah terinfeksi Covid-19, tiga pekan sebelum berangkat ke Jepang. Selama tiga pekan, Praveen/Melati pun tak berlatih.
”Dengan masa pemulihan yang cukup lama, mereka tidak kembali pada kondisi terbaik pada saat bertanding. Tetapi, untuk Piala Sudirman, mereka sudah kembali berada dalam kondisi fisik terbaik,” kata Richard.
Praveen sebenarnya bisa menutupi kelemahan Melati, seperti saat mereka dua kali juara di Eropa. Tetapi, karakter permainan Praveen bukan sebagai pengontrol, dia adalah pengeksekusi serangan.
Selain Praveen/Melati, tim Indonesia juga membawa ganda campuran muda, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, ke Finlandia. Ini menjadi pengalaman pertama juara dunia yunior 2017 itu di Piala Sudirman.
Lawan terberat pada penyisihan grup adalah pasangan Denmark, Mathias Christiansen/Alexandra Boeje. Pada Piala Sudirman 2019, Indonesia kalah 2-3 dari Denmark, salah satunya karena kekalahan ganda campuran Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja dari Christiansen/Sara Thygesen.
Tiba di Finlandia
Setelah perjalanan sekitar 18 jam, Skuad ”Merah Putih” tiba di Finlandia pada Rabu (22/9/2021) siang waktu setempat. Sebanyak 20 pemain berangkat dari Jakarta pada Selasa malam. Mereka membawa harapan besar bisa membawa pulang Piala Sudirman, piala yang baru satu kali diraih Indonesia pada penyelenggaraan pertama, tahun 1989.
”Harapan saya, di Piala Sudirman kali ini bisa mendapat hasil yang maksimal. Kita punya peraih medali emas Olimpiade di ganda putri, pemain nomor satu dunia di ganda putra, serta Jojo (Jonatan Chtistie) dan (Anthony Sinisuka) Ginting di tunggal putra juga bagus. Merata kekuatannya, jadi semoga tahun ini kita bisa membawa pulang Piala Sudirman,” kata pemain paling senior Hendra Setiawan.
Hendra siap berbagi pengalaman dengan anggota tim, terutama dengan pemain-pemain muda. Apalagi, atmosfer dan tekanan saat tampil dalam kejuaraan beregu dan individu berbeda. Dalam ajang beregu, kemenangan atau kekalahan pemain akan berpengaruh bagi hasil tim.
Pemain senior lainnya, Greysia Polii, menilai, kekompakan tim terasa begitu kental. Ini menjadi salah satu faktor penting dalam kejuaraan beregu. ”Ini bisa menjadi modal bagi Indonesia untuk merebut Piala Sudirman,” ujar Greysia.
”Kami juga memohon doa restu seluruh rakyat Indonesia agar bisa bermain maksimal dan memetik sukses di Finlandia,” kata peraih emas ganda putri Tokyo 2020 bersama Apriyani Rahayu ini.