Francesco Bagnaia dan Enea Bastianini mengembalikan kebanggaan Italia dengan meraih podium pertama dan ketiga MotoGP di Misano. Mereka menjadi generasi baru pengganti idola Italia yang terus meredup, Valentino Rossi.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
SAN MARINO, MINGGU — Sirkuit Misano Marco Simoncelli mempertemukan dua sisi yang bertentangan, yaitu perpisahan bagi Valentino Rossi yang akan pensiun pada akhir musim ini serta kemunculan generari penerus ”The Doctor”. Balapan seri San Marino yang disaksikan 25.000 penonton itu bukan momen manis bagi Rossi yang finis di posisi ke-17. Namun, akhir pekan ini tetap menggembirakan bagi para penggemar MotoGP Italia dengan kemenangan Francesco Bagnaia dan podium ketiga yang diraih pebalap rookie, Enea Bastianini.
Momen di Misano semakin lengkap karena Bagnaia dan Bastianini memacu motor Italia, Ducati Desmosedici. Bagnaia, yang menjadi pebalap andalan tim pabrikan Ducati, meraih kemenangan kedua beruntun setelah seri Aragon melalui persaingan ketat kontra pebalap Yamaha, Fabio Quartararo. Bagnaia, yang menggunakan ban belakang kompon lunak, sudah kehilangan kecepatan memasuki sepuluh putaran terakhir dari total 27 lap di balapan itu.
Sementara Quartararo mampu mencetak pace yang lebih baik berkat strategi jitu menggunakan ban belakang kompon medium. Pebalap asal Perancis itu pun terus memangkas selisih waktu yang semula 2 detik menjadi di bawah 1 detik. Bahkan, dalam lap terakhir, Quartararo dalam posisi sangat dekat hingga ban depannya nyaris menempel ban belakang Bagnaia di sejumlah tikungan.
Namun, Bagnaia mampu menerapkan pertahanan yang sangat kuat. Dia tetap tenang meskipun berada dalam situasi kritis karena ban sudah tidak bisa dipaksa melesat lebih cepat. Dalam situasi itu, kematangan mental Bagnaia terlihat jelas, salah satunya dari kemampuan dia menjaga racing line sehingga menutup ruang Quartararo untuk mendahului. Pebalap berjuluk ”Pecco” itu juga cerdik dengan mengoptimalkan keunggulan Desmosedici GP21 dibandingkan dengan YZR-M1 dalam akselerasi dan kecepatan puncak.
Pertahanan Pecco itu membuahkan kemenangan kedua setelah Aragon pada akhir pekan lalu, yang juga diraih dengan dramatis melawan Marc Marquez (Repsol Honda). Pecco finis terdepan dengan keunggulan waktu 0,364 detik atas Quartararo di posisi kedua. Hasil ini belum mengubah pimpinan klasemen yang masih dipegang Quartararo dengan 234 poin. Ia unggul 48 poin atas Bagnaia di posisi kedua.
Pecco mengakui, pilihan ban belakang kompon lunak sudah diperkirakan akan membuat dirinya kesulitan di beberapa putaran akhir. Oleh karena itu, dia sudah bersiap akan menghadapi tekanan dari pebalap lainnya dalam perebutan podium pertama.
Podium pertama ini sangat menyenangkan. Misano selalu magis bagi saya dan ini luar biasa.
”Saya tahu dengan ban belakang kompon lunak, saya akan mengalami sedikit kesulitan, tetapi saya berusaha tancap gas seperti dalam tiga lap awal. Lalu, pada lap terakhir, saat saya melihat Fabio mendekat, keadaan sangat sulit,” kata Pecco dalam wawancara di parc ferme.
”Saya berusaha tancap gas pada putaran terakhir dan pace cukup konstan, tetapi dia (Quartararo) dengan ban belakang kompon medium sedikit lebih baik dalam beberapa lap terakhir. Hari ini, tim bekerja luar biasa. Meraih kemenangan di balapan kandang sungguh luar biasa bagi saya,” kata pebalap kelahiran Turin yang namanya diteriakan para penonton menggantikan teriakan ”Vale”, pebalap kesayangan Italia.
Quartararo juga menjalani balapan dengan brilian. Setelah start, dia berada di posisi ketiga dan sempat bertarung dengan pebalap Pramac Racing, Jorge Martin. Namun, pebalap rookie itu kemudian terjatuh karena terlalu memaksa untuk terus menempel Quartararo. Dia kemudian dengan sabar mengikuti rekan setim Pecco, Jack Miller, dan mendapatkan momen mendahului saat pebalap Australia itu kehabisan ban belakang.
”Sangat sulit. Sejak start, saya mengalami serangan dari semua sisi. Ada Martin, Miller. Saya pun kehilangan banyak waktu di awal. Tetapi, saya mengerahkan semua kemampuan dan berusaha untuk menang. Namun, Pecco berada di level yang berbeda hari ini. Saya tidak tahu bagaimana dia melakukan itu dengan ban yang sudah aus. Ia menjalani balapan yang mengagumkan,” kata Quartararo.
Kebahagiaan penggemar MotoGP asal Italia dilengkapi oleh pencapaian Bastianini, pebalap tim Avintia Esponsorama yang menggunakan Ducati Desmosedici GP19. Meskipun memacu motor edisi lama, juara Moto2 musim 2020 itu mampu melesat sangat cepat. Bahkan, dia tiga kali mencetak rekor lap tercepat balapan di Misano, terakhir dengan 1 menit 32,215 detik.
Start dari posisi ke-12, Bastianini perlahan tetapi pasti merangkak ke atas. Dia mendahului Marc Marquez dan Miller untuk berada di posisi ketiga. Miller akhirnya finis kelima setelah didahului Marquez.
”Saya berjuang sangat keras selama balapan dan sangat sulit untuk memangkas selisih waktu untuk meraih podium. Namun, setelah mendahului Miller, saya bisa lebih leluasa untuk tancap gas. Pecco dan Fabio sangat dekat di depan saya, tetapi tetap masih tidak mungkin untuk menyerang mereka,” ujar Bastianini.
”Podium pertama ini sangat menyenangkan. Misano selalu magis bagi saya dan ini luar biasa,” kata pebalap kelahiran Rimini, 23 tahun silam, itu.