Komitmen Kesetaraaan untuk Olahraga Disabilitas
Pemerintah penuhi komitmen untuk memberikan perhatian dan apresiasi yang setara kepada atlet difabel dan non difabel. Untuk itu, bonus atlet Paralimpiade Tokyo nilainya sama dengan yang diterima atlet Olimpiade Tokyo.
Pemerintah memenuhi komitmen untuk memberi perhatian setara pada pembinaan atlet difabel dan nondifabel, dengan memberi apresiasi yang sama kepada atlet Paralimpiade dan Olimpiade Tokyo 2020. Komitmen itu diharap melecut semangat atlet disabilitas meraih prestasi tinggi di Paralimpiade Paris 2024.
”Saya dan seluruh rakyat Indonesia menyambut kembalinya saudara-saudara dengan senang, gembira, dan bangga. Kami memberi apresiasi setinggi-tingginya atas perjuangan dan kerja keras saudara-saudara yang sudah mengharumkan nama bangsa dan negara,” ujar Presiden Joko Widodo saat menerima kontingen Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020 di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/9/2021).
Presiden mengatakan, hasil yang diraih tim Indonesia di Tokyo adalah lompatan prestasi luar biasa. Pada Tokyo 2020, Indonesia meraih dua emas, tiga perak, dan empat perunggu, berada di peringkat ke-43 dunia. Pada Paralimpiade Rio de Janeiro 2016, tim Merah-Putih membawa pulang satu perunggu dan berada di urutan ke-76.
Baca juga: Presiden Jokowi Beri Bonus Atlet Paralimpiade
Di Tokyo, dua emas Indonesia disumbangkan pebulu tangkis ganda putri SL3-SU5 Leani Ratri Oktila/Khalimatus Sadiyah dan ganda campuran SL3-SU5 Leani/Hary Susanto. Tiga perak dari pebulu tangkis tunggal putra SU5 Dheva Anrimusthi, tunggal putri SL4 Leani, dan lifter angkat berat putri 41 kg Ni Nengah Widiasih.
Empat perunggu direbut pebulu tangkis tunggal putra SU5 Suryo Nugroho, tunggal putra SL4 Fredy Setiawan, pelari 100 meter T37 Sapto Yoga Purnomo, dan petenis meja TT10 David Jacobs.
”Terima kasih untuk emas dari bulu tangkis, bukan hanya satu tetapi langsung dua. Ini lompatan prestasi. Saudara-saudara membuktikan bisa bersaing di kancah global. Selamat juga kepada peraih perak dan perunggu,” kata Presiden.
Dengan prestasi itu, pemerintah memberikan bonus kepada semua anggota kontingen Indonesia di Paralimpiade Tokyo. Peraih emas mendapatkan Rp 5,5 miliar per orang, peraih perak Rp 2,5 miliar, dan peraih perunggu Rp 1,5 miliar.
Kami memberi apresiasi setinggi-tingginya atas perjuangan dan kerja keras saudara-saudara yang sudah mengharumkan nama bangsa dan negara.
Pelatih peraih emas menerima Rp 2,5 miliar per orang, peraih perak Rp 1 miliar, dan perunggu Rp 600 juta. Atlet dan pelatih yang belum merebut medali mendapat masing-masing Rp 100 juta. Nilai itu sama seperti yang diterima oleh tim Indonesia di Olimpiade Tokyo.
Presiden berharap, prestasi yang diraih tim Indonesia di Paralimpiade Tokyo bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi atlet lain dan masyarakat umum, untuk terus bekerja keras merebut prestasi dan memberikan yang terbaik kepada bangsa dan negara.
Selain itu, Presiden minta, prestasi dan bonus tersebut tidak membuat lalai. Semua atlet dan pelatih Indonesia di Paralimpiade Tokyo mesti segera mempersiapkan diri untuk Paralimpiade Paris yang tinggal tiga tahun lagi. Dia ingin mereka bisa membawa pulang prestasi yang lebih baik di Paralimpiade 2024. ”Kita harapkan pada Paralimpiade 2024, kita bisa memberikan prestasi yang lebih tinggi lagi,” tuturnya.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali menuturkan, salah satu kunci loncatan prestasi pada Paralimpiade 2020 adalah kesetaraan dalam pembinaan olahraga difabel dan nondifabel. Jumlah atlet yang lolos ke Paralimpiade Tokyo jauh meningkat, yakni dari sembilan atlet untuk empat cabang olahraga di Rio 2016 menjadi 23 atlet dari tujuh cabang di Tokyo 2020. Hal itu memperbesar peluang Indonesia meraih lebih banyak medali.
Kesetaraan pembinaan olahraga difabel dan nondifabel kian ditegaskan dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang disahkan lewat Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2021 pada 9 September 2021. Poin utamanya, antara lain fokus Indonesia membina cabang yang berpeluang meraih medali di Olimpiade dan Paralimpiade.
Baca juga: Pemerintah Pertegas Kesetaraan Olahraga Disabilitas
”Dalam DBON, pemerintah memberikan kesetaraan pada pembinaan atlet difabel dan nondifabel, serta kesempatan berlatih dan dikirim ke kejuaraan internasional. Sebelumnya, atlet difabel berada di bawah bayang-bayang atlet non difabel,” ujar Zainudin.
Peluang sama
Pelatih bulu tangkis paralimpiade Sapta Kunta Purnama tersanjung dengan bonus yang diberikan pemerintah. Dengan bonus ini, atlet dan pelatih merasa disetarakan sebagai manusia. Para atlet disabilitas punya kesempatan berprestasi, sedangkan para pelatih juga diberi peluang yang sama untuk melahirkan juara.
“Suatu apresiasi yang luar biasa dari pemerintah, dengan penyamaan bonus antara atlet non-disabilitas dan disabilitas. ini menjadi inspirasi dan motivasi bagi kaum disabilitas, bahwa ada bidang yang dapat digeluti untuk ikut mengharumkan nama bangsa dan negara,” ucap Kunta.
Menurut Kunta, bonus ini juga bisa menjamin masa depan mereka di hari tua. Karena itu, atlet dan pelatih bisa lebih fokus mengejar prestasi. Para calon atlet dan pelatih pun tidak perlu takut untuk terjun ke olahraga paralimpiade. “Sekarang ada jaminan kesejahteraan untuk kami jika benar-benar menekuni bidang olahraga ini,” pungkasnya.
Hal serupa disuarakan atlet senior tenis meja David Jacobs. Perhatian luar biasa dari pemerintah pusat, antara lain memberikan bonus setara dengan atlet non difabel, mendorong atlet disabilitas untuk tidak ragu menjadi olahragawan, karena profesinya menjanjkan.
Baca juga: Leani Ratri, Pengangkat Harkat Atlet Disabilitas
”Perhatian pemerintah pusat kepada atlet difabel kini luar biasa. Terbukti, mereka menyamakan nilai bonus untuk kontingen Olimpiade dan Paralimpiade sejak 2016, bahkan nilainya terus meningkat. Ini jadi harapan pula untuk anak-anak muda difabel sejak lahir atau akibat kecelakaan, mereka bisa memilih profesi atlet sebagai jalan hidupnya. Jangan ragu-ragu lagi,” ujar David saat dihubungi, Jumat (17/9/2021).
Namun, agar regenerasi atlet difabel berkelanjutan, David berharap perhatian besar yang ditunjukkan pemerintah pusat bisa diikuti oleh pemerintah daerah. Belum semua daerah memberikan perhatian kepada pembinaan atlet difabel di tempatnya. Bahkan, secara umum, banyak daerah yang belum menyediakan fasilitas umum yang ramah terhadap penyandang disabilitas.
Menurut David, pemerintah pusat melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga bersama Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia perlu mendorong pemerintah daerah lebih menggalakkan pembinaan atlet difabel. Perhatian bisa dimulai dari hal sederhana, seperti memberikan akses ke fasilitas olahraga untuk penyandang disabilitas.
Daerah sejatinya elemen penting untuk menjaga keberlanjutan pembinaan maupun prestasi olahraga difabel nasional. Sebab, dari daerahlah, atlet-atlet nasional berasal. Kalau pembinaan di daerah tidak digalakkan, bibit atlet baru pun sulit bermunculan.
Baca juga: Paralimpiade Tokyo 2020 Jadi Capaian Terbaik Indonesia
Khususnya di cabang tenis meja, saat ini butuh sekali regenerasi atlet karena atlet nasional semuanya sudah senior. ”Kunci pembinaan itu ada di daerah. Kalau ada yang bagus dari daerah, dia bisa ikut kejuaraan nasional atau Pekan Olahraga Paralimipade Nasional sebelum ditarik ke Sekolah Khusus Olahraga Disabilitas di Solo (Jawa Tengah) atau ke pelatnas di Solo,” kata David yang telah berusia 44 tahun ini.
Secara keseluruhan, David menyampaikan, gengsi olahraga difabel dan non difabel sudah berada di titik yang seimbang. Terbukti, pemerintah sampai masyarakat memberikan perhatian atau dukungan kepada perjuangan atlet difabel di Paralimpade Tokyo sama seperti perjuangan atlet non difabel di Olimpiade Tokyo.
Maka itu, atlet kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 21 Juni 1977 itu yakin antusias anak muda maupun keluarga dari penyandang disabilitas terhadap olahraga semakin tinggi. ”Ini bisa menjadi peluang besar untuk kian memacu pembinaan hingga prestasi olahraga disabilitas Indonesia di kejuaraan internasional, terutama di Paralimpiade. Kesuksesan Indonesia di Paralimpiade Tokyo jangan berhenti di sini, tetapi harus berlanjut dan semakin meningkat,” terangnya.
Ramah disabilitas
Pengamat olahraga Fritz Simanjuntak juga mengapresiasi langkah pemerintah yang menyetarakan besaran bonus bagi atlet Paralimpiade Indonesia. Hal itu, kata Fritz, mempertebal ciri khas kebijakan Presiden Joko Widodo yang cenderung memiliki perhatian terhadap pemerataan serta menjembatani kesenjangan.
Namun, bonus dalam jumlah besar saja tidaklah cukup. Menurut Fritz, yang lebih penting adalah pemerintah harus memastikan munculnya juara-juara Olimpiade dan Paralimpiade baru. Selama ini, Indonesia belum pernah melampaui capaian dua medali emas sejak Olimpiade Barcelona 1992.
Kunci untuk mencetak juara-juara baru itu menurut Fritz salah satunya bisa ditempuh dengan memperhatikan kebutuhan bagi atlet Paralimpiade, terutama soal infrastruktur pertandingan dan latihan.
"Bisa kita lihat sekarang ini kota yang cenderung ramah difabel baru Solo. Ini juga yang menyebabkan kenapa pemusatan latihan Paralimpiade dilaksanakan di sana. Akan lebih bagus lagi jika pemerintah bisa membuat infrastruktur latihan dan pertandingan yang sama baiknya di kota-kota lain juga," kata Fritz.