Manajer Ole Gunnar Solskjaer dihujani kritik setelah timnya dibekap Young Boys di laga awal penyisihan grup Liga Champions Eropa. Keputusannya menarik duet penyerang, Cristiano Ronaldo dan Bruno Fernandes, dianggap aneh.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
BERN, RABU - Sejumlah pihak mengkritik taktik aneh manajer Ole Gunnar Solskjaer ketika Manchester United dibekap juara Liga Swiss, Young Boys, 1-2 pada laga pembuka penyisihan Grup F Liga Champions Eropa di Swiss, Rabu (15/9/2021) dini hari WIB. Saat MU perlu tampil lebih agresif untuk meraih poin penuh, Solskjaer justru menarik dua pemain kunci, Cristiano Ronaldo dan Bruno Fernandes.
Kekalahan dari Young Boys itu terasa menyesakkan bagi MU. Tim ”Setan Merah” sempat unggul cepat di awal babak pertama melalui sontekan Ronaldo, penyerang barunya. Namun, mereka harus pulang dengan kepala tertunduk setelah bermain dengan 10 orang menyusul diusirnya Aaron Wan-Bissaka pada babak pertama dan blunder Jesse Lingard di pengujung babak kedua laga itu.
Hasil tersebut menjadi pertanda buruk bagi MU dalam upayanya membidik trofi juara Liga Champions yang terakhir kali mereka raih pada 2008 silam bersama Ronaldo. Dalam sejarahnya, belum ada tim yang keluar sebagai juara Liga Champions setelah menuai kekalahan pada laga pertama fase penyisihan grup.
MU sejatinya punya segala hal yang dibutuhkan untuk menang. Mereka datang ke Stadion Wankdorf, kandang Young Boys, dengan kekuatan penuh. Nilai skuad MU saat ini adalah yang kedua termahal sejagat seusai merekrut Jadon Sancho, Ronaldo, dan Raphael Varane.
Total nilai skuad MU ditaksir mencapai Rp 17,2 triliun. Nilai skuad itu hanya kalah dari rival tetangganya, Manchester City, yang memiliki skuad senilai Rp 18,2 triliun. Kekalahan dari Boys, klub dengan nilai skuad hanya Rp 1,05 triliun, kian menambah tekanan maupun kritik yang datang kepada Solskjaer.
Mayoritas kritik itu mempertanyakan keputusan Solskjaer menarik dua aktor gol MU, Fernandes dan Ronaldo. Menurut catatan Opta, MU hanya mampu melakukan dua tembakan mengarah ke gawang dalam pertandingan itu.
Paling sedikit
Jumlah tembakan yang dihasilkan MU itu adalah yang paling sedikit dalam 138 laga terakhir mereka di Liga Champions sejak 2004. Kedua tembakan itu dihasilkan Ronaldo, masing-masing pada menit ke-13 (ketika mencetak gol) dan pada menit ke-25 (saat tembakannya dimentahkan kiper Boys, David von Ballmoos).
Ronaldo tampil luar biasa. Akan tetapi, kami juga harus menjaganya (kebugaran). Rasanya, itu adalah saat yang tepat untuk menariknya. (Ole Gunnar Solskjaer)
Mantan pemain MU, Paul Scholes, adalah salah satu orang yang mempertanyakan keputusan Solskjaer mengganti Fernandes dan Ronaldo. Adapun keputusan Solskjaer mengganti Sancho dengan Diogo Dalot bisa dimengerti karena MU membutuhkan bek kanan lain setelah Wan-Bissaka diusir wasit.
Namun, keputusan Solskjaer menarik Fernandes serta Ronaldo, kemudian menggantinya dengan Lingard dan Nemanja Matic di babak kedua, sulit dimengerti. Lingard pada akhirnya bertanggung jawab terhadap gol kemenangan tim tuan rumah. Scholes menyebut Solskjaer telah salah taktik.
”Dia (Solskjaer) seharusnya menambahkan lebih banyak kecepatan di dalam tim dengan lebih awal memasukkan (Anthony) Martial atau (Mason) Greenwood. Namun, dia tidak melakukan hal itu dan harus membayar mahal atas taktik yang telah dibuatnya,” kata Scholes dikutip Sky Sports.
Sementara pengamat sepak bola Sky Sports, Paul Merson, menyebut keputusan Solskjaer mengganti Fernandes dan Ronaldo sebagai hal yang membingungkan. Menurut Merson, MU saat itu membutuhkan pemain dengan tipe menyerang untuk menciptakan lebih banyak peluang. Jadi, bukan justru memasukkan pemain berkarakter bertahan.
”Tanpa banyak mengancam, Anda tidak akan memenangkan pertandingan. Jika Anda ingin menarik Ronaldo, masukkan Mason Greenwood karena dia punya kecepatan,” ujar Merson mengenai taktik Solskjaer.
Ketika disinggung mengenai keputusannya menarik Ronaldo dan Fernandes, Solskjaer menjelaskan, ia perlu menjaga kondisi fisik kedua pemain tim nasional Portugal tersebut. ”Ronaldo tampil luar biasa. Akan tetapi, kami juga harus menjaganya (kebugaran). Rasanya, itu adalah saat yang tepat untuk menariknya,” kata Solskjaer.
Solskjaer juga kecewa timnya kehilangan tiga poin di laga itu. Namun, mereka akan mencoba bangkit kembali di dua laga kandang berikutnya. MU akan menjamu Villarreal pada pekan kedua Grup F di Old Trafford pada 30 September 2021.
Adapun Pelatih Young Boys David Wagner menilai timnya layak memenangi laga itu, meskipun dibantu blunder Lingard pada menit injury time. ”Kami menunjukkan apa yang bisa dilakukan. Kami pantas menang. Ini malam yang luar biasa bagi tim dan suporter yang telah lama tidak hadir ke stadion,” ujarnya mengenai laga yang disaksikan 31.120 penonton itu.
Pesona Bayern
Pada laga lainnya, wakil Jerman, Bayern Muenchen, menunjukkan pesonanya di bawah asuhan pelatih baru, Julian Nagelsmann. Mereka mempermalukan tuan rumah Barcelona, 3-0, pada laga Grup E di Stadion Camp Nou, Spanyol.
Kemenangan itu menunjukkan, Bayern saat ini tidak kalah garang jika dibandingkan era pelatih terdahulu, Hansi Flick. Pada pertemuan kedua tim sebelumnya, Bayern asuhan Flick melumat Barcelona yang masih diperkuat Lionel Messi, 8-2, pada babak perempat final Liga Champions musim 2019-2020.
Bayern lantas melangkah jauh, ke final, dan menjadi juara pada musim itu. Dominasi serupa terlihat pada laga kemarin. Kiper Bayern, Manuel Neuer, nyaris ”menganggur” sepanjang laga itu. Barca, yang tampil dengan duet penyerang Memphis Depay dan Luuk de Jong, tidak mampu menghasilkan satu pun tembakan tepat ke gawang.
Seperti di era Flick, gaya gegenpressing (menekan balik dengan agresif saat kehilangan bola) ala Bayern membuat Barca frustrasi, kemarin. ”Jika tidak mampu menahan bola selama mungkin, kami bakal sulit bersaing, apalagi melawan Bayern. Mungkin, mereka tim terbaik di Eropa saat ini,” ujar Eric Garcia, bek Barca, tentang lawannya.