Inter, di bawah Inzaghi, tampak berbahaya, tetapi juga rapuh pada saat bersamaan. Inkonsistensi permainan ini menjadi rambu penanda untuk sang pelatih baru Inter.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
GENOA, MINGGU — Di bawah asuhan Pelatih Simone Inzaghi, Inter Milan selalu bisa menghadirkan bahaya untuk para lawan lewat gaya agresif nan fleksibel. Problemnya, permainan intens ”Nerazzurri” sering kehilangan irama tiba-tiba. Inkonsistensi itu pula yang mengakibatkan Inter gagal untuk meraup poin penuh di markas Sampdoria, Minggu (12/9/2021).
Inter harus puas pulang dengan hanya mengantongi satu poin dari hasil imbang, 2-2, di Stadion Luigi Ferraris. Mereka tak mampu mempertahankan keunggulan setelah dua kali unggul lebih dulu lewat gol bek Federico Dimarco dan penyerang Lautaro Martinez.
Dimarco membuka keunggulan Inter pada awal babak pertama lewat gol spektakuler dari tendangan bebas. Tak lama berselang, bek Sampdoria Maya Yoshida menyamakan kedudukan dari skema tendangan sudut.
”Nerazzurri” yang langsung tampil agresif lagi kembali unggul sebelum turun minum lewat gol Martinez. Namun, lagi-lagi, tim tuan rumah menyamakan kedudukan dengan gol bek sayap Tommaso Augello hanya dua menit setelah babak kedua dimulai.
Kami seharusnya bisa dan mungkin menang. Tim seperti kami yang unggul dua kali biasanya menang. Tentu saja hasil ini mengecewakan. Ada penyesalan di dalamnya karena kami menginginkan tiga poin.
”Kami seharusnya bisa dan mungkin menang. Tim seperti kami yang unggul dua kali biasanya menang. Tentu saja hasil ini mengecewakan. Ada penyesalan di dalamnya karena kami menginginkan tiga poin,” ucap Inzaghi seusai laga, seperti dikutip Football Italia.
Salah satu yang juga disesalkan Inzaghi adalah cederanya pemain pengganti Stefano Sensi pada tiga menit sebelum waktu normal habis. Akibat cedera itu, Inter yang sudah melakukan lima pergantian pemain terpaksa tampil hanya dengan 10 orang.
Namun, cedera itu bukanlah alasan Inter kehilangan poin. Mereka tak mampu mempertahankan keunggulan akibat bermain tidak konsisten. Martinez dan rekan-rekan sering kehilangan intensitas tiba-tiba. Padahal, mereka sangat berbahaya ketika menyerang dengan agresif.
Misalnya saja setelah kedudukan kembali imbang pada babak kedua, 2-2. Inter tiba-tiba terbangun, lalu mendadak tampil agresif. Mereka langsung menciptakan tiga peluang beruntun lewat Martinez, Ivan Perisic, dan Hakan Calhanoglu. Peluang itu hampir saja berbuah gol.
Setelah ”hujan” peluang tersebut, tim tamu justru kehilangan momentum. Mereka tidak mampu menghadirkan ancaman berarti lagi selama 30 menit sisa laga. Inkonsistensi ini juga yang diperlihatkan Inter sebelumnya ketika menghadapi Hellas Verona.
Inter tertinggal lebih dulu pada babak pertama, 0-1, akibat lambat panas. Lalu, mereka berhasil bangkit dan meraih kemenangan, 3-1, setelah bermain dengan sebenarnya.
”Kami harus menganalisis lagi apa yang terjadi hari ini. Meskipun hasilnya mengecewakan, kami tetap akan menatap ke depan dengan percaya diri. Saya meyakini tim ini akan lebih baik untuk memainkan ide saya. Semoga pemain bisa lebih bugar karena jadwal pertandingan sangat padat,” tambah Inzaghi.
Hasil seri ini pun menghentikan kemenangan beruntun Inter pada pekan ke-3. Mereka harus merelakan puncak klasemen sementara yang direbut oleh Napoli. Inter, sebagai juara bertahan, butuh konsistensi lebih untuk mempertahankan gelar.
Jika konsisten, ”Nerazzurri” sangatlah berbahaya dengan materi skuad saat ini dan formasi 3-5-2 ala Inzaghi. Seperti dalam laga tadi, mereka memilik duet maut di lini depan, Edin Dzeko dan Martinez, yang mengombinasikan pengalaman sekaligus eksplosivitas. Di belakangnya, trio gelandang Nicolo Barella, Marcelo Brozovic, dan Hakan Calhanoglu, menyokong dengan pergerakan dinamis.
Skuad tersebut bisa menghadirkan banyak pola permainan. Inter, yang memusatkan serangan di lini tengah, bisa bermain sabar dengan umpan-umpan pendek.
Mereka juga bisa memanfaatkan umpan langsung kepada duo striker yang menunggu di depan. Belum lagi, Perisic dan Matteo Darmian sering mengancam lewat tusukan dari sayap.
Direktur Inter Beppe Marotta menilai Inzaghi bukanlah pesulap. Sang pelatih telah melakukan hal terbaik sejauh ini. Namun, Inzaghi memang masih jauh dari kata sempurna karena baru melatih beberapa bulan.
”Inzaghi masih dalam periode penyesuaian bersama Inter. Penyesuaian ini tidak mudah karena yang pasti Inter berbeda dari Lazio (klub lama Inzaghi). Namun, saya yakin kepada Inzaghi karena dia sosok cerdas yang memahami tugas dengan baik. Dia punya kemampuan yang dibutuhkan seorang pelatih hebat,” ucap Marotta kepada Sky Sport Italia.
Di sisi lain, Inter perlu segara memperbaiki masalah ketidakkonsistenannya. Skuad asuhan Inzaghi ini sudah dinanti raksasa Spanyol, Real Madrid, dalam babak grup Liga Champions pada tengah pekan depan. (REUTERS)