Peluncuran Desain Besar Olahraga Nasional diharapkan menjadi titik awal peningkatan prestasi olahraga di Tanah Air. Perlu upaya keras agar tujuan ini bisa tercapai.
Oleh
REDAKSI
·3 menit baca
Peringatan Hari Olahraga Nasional pada 9 September 2021 ditandai dengan diluncurkannya Desain Besar Olahraga Nasional oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga. Desain ini diharapkan bisa menjadi pedoman bagi peningkatan prestasi olahraga nasional.
Dengan payung hukum Peraturan Presiden No 26 Tahun 2021 tentang DBON, yang dikeluarkan Presiden Joko Widodo pada hari yang sama, program ini memiliki pondasi yang kuat untuk diimplementasikan. DBON mengatur program peningkatan prestasi olahraga dari hulu ke hilir, dan mengubah paradigma pembiayaan olahraga berprestasi.
Salah satu rencananya adalah membuat pembinaan atlet nasional secara berjenjang, dan pembinaan dilakukan tanpa putus, sepanjang tahun. Pembiayaan olahraga ditempatkan sebagai investasi, bukan lagi biaya yang harus dikeluarkan. Alokasi dana tak hanya pada atlet yang meraih medali, juga pembinaan atlet menuju level elite.
Sebanyak 14 cabang ditetapkan sebagai prioritas pembinaan prestasi, yaitu atletik, angkat besi, bulu tangkis, panahan, panjat tebing, menembak, wushu, karate, taekwondo, balap sepeda, renang, dayung, senam artistik, dan pencak silat. Sementara itu, ada lima cabang Paralimpiade menjadi prioritas, yakni bulu tangkis, tenis meja, angkat berat, atletik, dan renang.
DBON memuat target jangka menengah dan panjang hingga 2045, dan menetapkan 13 poin kondisi yang ingin dicapai. Mulai dari hal mendasar seperti peningkatan partisipasi masyarakat berolahraga, memperbanyak pusat pelatihan nasional di daerah, jumlah atlet dan pelatih di sekolah khusus olahraga (SKO) dan pusat pendidikan dan latihan olahraga pelajar (PPLP), hingga standar gizi atlet, kerja sama antarlembaga, dan dukungan dunia usaha.
Kemenpora bertugas mengorkestrasi kementerian dan lembaga yang terkait, karena hal ini tak bisa dilakukan sendirian. Tanpa kesungguhan, dukungan, dan kerja sama semua pihak, desain besar bertujuan besar ini akan sulit diwujudukan.
Sebelum ini, telah banyak program dilakukan pemerintah di bidang olahraga. Termasuk upaya meningkatkan minat olahraga masyarakat lewat slogan \'memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat\' pada awal 1980-an.
Setelah itu muncul berbagai program peningkatan prestasi olahraga, antara lain Program Garuda Emas, Program Indonesia Bangkit, Program Atlet Andalan (PAL) pada 2008, dilanjutkan Program Indonesia Emas (Prima) tahun 2010 dan diperbaiki tahun 2016. Namun, program peningkatan performa tinggi atlet itu akhirnya dipangkas pada akhir 2017, menyusul hasil buruk atlet Indonesia pada SEA Games 2017.
Salah satu sebab pembubaran Satuan Pelaksana Prima adalah karena dinilai memperpanjang birokrasi pengucuran dana untuk pelatnas cabang olahraga. Mulai 2018, penyaluran dana untuk pelatnas cabang dilakukan langusng oleh Kemenpora pada pengurus cabang olahraga melalui Nota Kespahaman (MoU) antara kedua pihak.
Program yang terus berubah itu menunjukkan, tidak mudah mengimplementasikan program yang di atas kertas terlihat ideal. Perlu usaha keras dan kerja sama semua pihak untuk bisa mencapai tujuan jangka menengah dan panjang, antara lain peringkat 10 besar pada Olimpiade dan Paralimpiade 2032. Selain itu diperlukan peta jalan untuk menerapkan tujuan terssenut dalam langkah praktis.
Dalam DBON, Menpora Zainudin Amali menegaskan Kemenpora bertugas mengorkestrasi kementerian dan lembaga yang terkait, karena hal ini tak bisa dilakukan sendirian. Tanpa kesungguhan, dukungan, dan kerja sama semua pihak, desain besar bertujuan besar ini akan sulit diwujudukan.